Pertanyaan:
Harap dijelaskan apa yang dimaksud dengan remote sensing itu.
Warsito, Jember.
Jawab:
Menurut sumber yang pernah saya baca, remote sensing, atau penginderaan jauh, itu suatu teknik mengamati obyek di permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan obyek yang diamati. Pengamatan obyek di permukaan bumi itu dilakukan dengan jalan menempatkan suatu sensor pada suatu ketinggian tertentu dari permukaan bumi. Misalnya, sensor itu digantungkan pada balon udara. Bisa juga dipasang di pesawat terbang, atau bahkan sekarang ditempatkan pada satelit bumi.
Dalam uji coba yang untuk pertama kali dalam penginderaan jauh itu digunakan sensor berupa sebuah kamera. Uji coba itu dilakukan oleh Gaspard F. Tourmachon pada tahun 1859 untuk memotret desa Petit Bectre di dekat Paris. Penginderaan jauh mulai diupayakan untuk semakin tinggi agar cakupan permukaan buminya semakin luas. Setelah pada tahun 1960 Amerika berhasil dengan peluncuran Television Infrared Observation Satellite, satelit Tiros, yang dilengkapi dengan sensor multispectral scanner, penginderaan jauh mulai memasuki ketinggian ruang antariksa. Kemudian National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengorbitkan sebuah satelit meteorologi yang dilengkapi sensor Advanced Very High Resolution Radiometer.
Berikutnya sebuah satelit yang dirancang khusus untuk memantau bumi, satelit sumber daya alam Landsat, berhasil diluncurkan masuk ke orbitnya. Landsat itu dilengkapi dengan sensor yang kepekaan resolusinya 79 meter. Pada saat ini Landsat generasi lima membawa sensor-sensor Multispectral Scanner dan Thematic Mapper dengan tingkat kepekaan resolusinya jauh lebih baik sampai 30 meter.
Negara-negara maju lainnya yang sudah meluncurkan satelit sumber alam adalah Perancis satelit SPOT dan Kanada dengan satelit RADARSAT. Memasuki tahun 1990 suada ada satelit sumber alam komersial yang dilengkapi sensor dengan tingkat kepekaan resolusi sampai 1 meter. Misalanya, satellit-satelit Earthwatch, Space Imaging, dan Orbital Science.
Teknik penginderaan jauh, disingkat inderaja, dapat juga dilakukan dengan pesawat ruang angkasa. Misalnya dengan Explorer (1959), Mercury (1960), Gemini (1965), Apollo (1969), dan Skylab (1973). Bahkan pada tahun 1981 menggunakan pesawat ulang alik (space shuttle ship) Columbia, dan pada tahun 1995 dengan Endeavour.
Semua pemantauan bumi dengan teknik inderaja itu telah berhasil menghimpun ratusan ribu foto permukaan bumi. Ratusan ribu foto itu merupakan data yang untuk selanjutnya dapat diolah menjadi informasi. Dan informasi ini kemudian diolah menjadi suatu pengetahuan (knowledge). Dengan pengetahuan itu maka dapat dibuat suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan untuk kegiatan eksplorasi mineral, minyak , dan gas bumi. Dengan pengetahuan itu pula dapat dilakukan inventarisasi sumber daya alam dan pemantauan lingkungan, pemantauan gunung berapi, pertanian, kehutanan, perikanan, dan pengembangan wilayah transmigrasi.
Kehadiran satelit dengan resolusi tinggi sampai 1 meter itu sudah tentu ada dampaknya terhadap keamanan nasional suatu negara. Semua negara di dunia ini menjadi sangat terbuka bagi inderaja dengan satelit itu. Satelit inderaja dapat memantau setiap saat dalam 24 jam sehari. Menurut ketentuan PBB, data inderaja terbuka untuk siapa saja, tanpa diskriminasi. Setiap negara berhak atas data dari wilayahnya, tentu saja dengan jalan membeli.
Indonesia sudah memasuki inderaja sejak tahun 1990. Di Pare-Pare sudah dibangun stasiun bumi yang mampu menerima data dari satelit-satelit Landsat (AS), SPOT (Perancis), JERS (Jepang), dan ERS (The European Space Agency). Di Jakarta ada stasiun bumi untuk menerima data dari satelit NOAA. Selain itu, juga dibangun stasiun bumi di Jambi dan Kalimantan Tengah.
Dengan semakin berkembangnya inderaja, dewasa ini tumbuh cabang ilmu baru yang disebut Geomatika. Geomatika ini merupakan penggabungan dari cabang-cabang ilmu fotogrametri, image recognition, geographic information system, global posioning system, teknologi komputer, dan remote sensing (inderaja).