KLINIK Minggu, 30 November 1997 |
Jawa Pos |
Tanya :
Mengapa ada beberapa standard televisi siaran?
Maya R, Surabaya
Jawab :
Untuk mendapatkan gambar atau citra bergerak, televisi meniru film bioskop. Film bioskop menayangkan 30 frame (bingkai) gambar dalam setiap detik. Karena itu bingkai-bingkai gambar yang disorotkan atau diproyeksikan pada layar menimbulkan gambar yang terkesan bergerak, suatu gambar yang nampak hidup.
Demikian juga televisi memancarkan sejumlah bingkai gambar dalam setiap detiknya. Agar supaya pesawat televisi dapat bekerja sebagaimana mestinya, pesawat televisi memerlukan suatu sumber sinyal-sinyal referensi pewaktu. Sinyal-sinyal ini yang mengatur pesawat televisi agar siap untuk menerima gambar berikutnya dari deretan gambarnya.
Dari sejak semula sudah ditetapkan untuk menggunakan frekuensi jala-jala listrik sebagai sumber sinyal referensi. Ada dua alasan mengapa menggunakan frekuensi jala-jala listrik. Pertama, bila frekuensi sinyal referensi pewaktu tidak sama dengan frekuensi jala-jala listriknya akan menghasilkan gambar-gambar yang rolling. Alasan yang kedua, di studio televisi akan menghadapi masalah-masalah flicker pada kamera pada saat pembuatan program.
Setiap bingkai gambar terbentuk dengan jalan penyapuan (scanning) garis-garis yang membentuk suatu gambar. Teknik penyapuan garis-garis itu dilakukan dengan mengerjakan penyapuan pada garis-garis bernomor gasal lebih dulu, hasilnya dinamakan field gasal. Selanjutnya mengerjakan penyapuan pada garis-garis bernomor genap, hasilnya dinamakan field genap. Kedua field itu disatukan sedemikian rupa sehingga garis-garis bernomor genap tersisip masuk di antara garis-garis bernomor ganjil, terjadi yang namanya interlacing, dan terbentuklah sebuah bingkai gambar.
Di seluruh dunia ada dua frekuensi jala-jala listrik yang digunakan, yaitu 50 hertz dan 60 hertz. Hal ini yang membagi sistem televisi di dunia menjadi dua kelompok yang berlainan, kelompok 25 bingkai gambar per detik atau 50 field per detik (50 hertz) dan kelompok 30 bingkai gambar per detik atau 60 field per detik (60 hertz). Kemudian kelompok 60 hertz mengadakan sedikit perubahan frekuensi field menjadi 59,94 hertz ketika ada penambahan warna pada sinyal televisi. Isu frekuensi field itu cukup dalam mengakar pada kedua standard televisi. Sehingga masalah kompatibilitas yang terbesar di antara kedua standard itu tetap berkaitan dengan frekuensi field, dan ini merupakan masalah yang tersulit untuk dipecahkan.
Di luar itu, antara sistem-sistem yang berbasis 50 hertz dan 60 hertz timbul perbedaan berikutnya sejak permulaan siaran berwarna. Sebagian besar negara yang berbasis 60 hertz menggunakan teknik yang disebut NTSC, yang aslinya dikembangkan di Amerika Serikat oleh suatu badan yang namanya National Television Standard Committee. NTSC, sering diplesetkan Never Twice The Same Color, bekerja dengan baik pada lingkungan video dan closed circuit. Tapi dapat menimbulkan masalah perubahan hue (warna) bila digunakan pada lingkungan penyiaran (broadcasting).
Masalah perubahan hue ini disebabkan oleh pergeseran-pergeseran fasa sub-gelombang pembawa warna (color sub-carrier phase) dari sinyal televisi. Kemudian muncul versi modifikasi dari NTSC yang berlainan terutama pada fasa sub-gelombang pembawa yang dibalik pada setiap garis yang kedua. Versi modifikasi ini disebut PAL, singkatan dari Phase Alternate Lines, yang sering diplesetkan dengan Picture At Last, atau dengan Pay for Added Luxury, atau dengan People Are Lavendar.
Di negara-negara yang jala-jala listriknya 50 hertz, PAL yang paling banyak dianut untuk siaran televisi. PAL bukan satu-satunya sistem warna yang banyak digunakan dengan 50 hertz. Perancis telah merancang suatu sistem, terutama dengan alasan-alasan politis untuk melindungi perusahan manufaktur dalam negerinya, yang dikenal sebagai SECAM, singkatan dari SEquential Couleur Avec Memoire. Sering diplesetkan dengan System Essentially Contrary to American Method, SECAM banyak digunakan di negara-negara blok timur untuk menggalang inkompatibilitas dengan siaran dari negara-negara blok barat. Juga suatu motif yang bermuatan politis.
Secara umum, karena frekuensi field dan frekuensi penyapuan (scanning) itu identik, maka bisa diperoleh gambar monokhrom dari suatu rekaman video PAL yang diputar ulang (replay) pada perangkat SECAM, atau sebaliknya. Perbedaan-perbedaan frekuensi pemancaran dan pengkodean (encoding) menimbulkan inkompatibilitas perangkat ditinjau dari sudut penyiaran.
top | |
Serambi KLINIK |
PadepokanVirtual Surabaya Based Life-long Virtual Learning Environment |