back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Jumat 17 September 1999 |
Radar Madura |
Unicef Bantu Jambanisasi di Tiga Puluh Desa: Ada yang Menolak Karena Tidak Air Sampang, Radar.- Tahun ini, Unicef memberi bantuan kepada masyarakat di 30 desa yang tersebar di enam kecamatan di Kabupaten Sampang. Bantuan bersifat hibah sebesar Rp 800 juta itu, untuk membangun fasilitas jambanisasi. Masing-masing kecamatan terdapat lima desa yang menerima bantuan. Dari keseluruhan dana itu, sebesar 10 juta disisihkan sebagai dana abadi. Dana abadi itu, nantinya akan dilakokasikan untuk membantu ibu-ibu tidak mampu saat melakukan persalinan, jelas salah seorang panitia lokakarya Kelangsungan Hidup Perkembangan serta Perlindungan Ibu dan Anak (KHPPIA), yang diadakan oleh Bapeda Sampang. Sedangkan keenam kecamatan tersebut adalah Sampang, Omben, Kedundung, Camplong, Robatal, dan Kecamatan Tambelangan Yang menarik, menurut Abdul Malik, pimpinan proyek dari Unicef itu, pelaksana di lapangan untuk proyek ini adalah pondok pesantren-pondok pesantren. Dipilihnya pondok pesantren mungkin karena selama ini mereka (ponpes) secara moral bisa dipercaya untuk melaksanakan proyek ini. Selain itu, secara budaya dan kultural masyarakat Madura, ponpes punya kedekatan tersendiri dengan masyarakat, jelas Malik. Sementara mengenai dana abadi, Malik mengatakan, sifat adalah pinjaman, bukan cuma-cuma. Sehingga, diharapkan dana itu bisa bergulir dan bermanfaat bagi masyarakat banyak. Tetapi, kalau mereka memang betul-betul tidak mampu, akan ada kebijakan lain. Kemungkinan bisa digratiskan, jelasnya. Dalam lokakarya itu, terungkap bahwa banyak masyarakat yang menolak proyek jambanisasi itu. Alasannya, menurut salah seorang peserta, karena di daerahnya sulit untuk mendapatkan air. Sehingga, mereka lebih senang bila jambanisasi itu, berupa joglo dari pada sapiteng. Bantuan Unicef ini memang bersifat top down. Sebab, sebelumnya memang tidak pernah diadakan penelitian kondisi yang ada di lapangan. Padahal, sebagian besar daerah di enam kecamatan tersebut, kalau sudah musim kemarau seperti sekarang, sangat sulit mendapatkan air," jelas Dono salah seorang panitia loka karya. Sementara itu, yang lucu, menurut Abdul Malik, ada sebagian masyarakat yang minta lengkap. "Mereka minta proyek jambanisasi itu komplit, dari sapiteng sampai saluran airnya. Padahal, dana yang disediakan kan terbatas. Jadi, kendala SDM ini yang sering kita temui di lapangan," tambahnya. (fiq) |