back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Selasa 5 Oktober 1999 |
Radar Madura |
Pengungsi Madura Asal Tim-Tim di Bangkalan
Bangkalan, Radar.- Setelah kebanjiran pengungsi Madura asal Sambas, kali ini Bangkalan kedatangan lagi pengungsi Madura berasal dari Timor Timur. Sebanyak 29 pengungsi Tim-Tim tersebut adalah warga Madura yang berasal dari Desa Bilaporah dan Desa Jaddih Kecamatan Socah Bangkalan. Sabtu (2/10) lalu Bupati Bangkalan Ir M Fatah dan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bangkalan, Ny. Endang Fatah mengunjungi para pengungsi tersebut sekaligus menyerahkan bantuan. Di antara para pengungsi tersebut, juga tampak seorang warga Tim-Tim asli bernama Agustinus yang berasal dari Vikeke, Tim-Tim. Kedatangan Agustinus bersamaan dengan pengungsi lainnya pada tanggal 4 September lalu. Menurut Agustinus, dia ikut ke Madura karena saat di Tim-Tim dia bekerja pada orang Madura. Jadi ketika juragan saya pergi mengungsi, saya ikut dia, katanya. Selanjutnya, kata Agustinus dia akan mencoba mengadu nasib di Jakarta. Dalam kesempatan bertatap muka dengan pengungsi, M Fatah mengatakan bahwa para pengungsi asal Tim-Tim yang ada di Bilaporah dan Jaddih adalah tamunya. Pengungsi yang ada di sini adalah tamu saya. Jadi melalui Pemda Bangkalan, kami akan memperhatikan kelangsungan hidup pengungsi. Dan siap membantu setiap kesulitan yang dialami pengungsi, kata M Fatah. M Fatah juga menawarkan agar pengungsi ikut bekerja sebagai pekerja perkebunan di Medan dan Gorontalo, seperti halnya pada pengungsi Sambas. Bila ada di antara pengungsi ada yang berkeinginan untuk bekerja di PTP III Medan dan Gorontalo, Pemda Bangkalan siap membantu sepenuhnya, katanya. Namun tawaran M Fatah tersebut ditolak oleh para pengungsi, karena para pengungsi tersebut bukan berprofesi sebagai petani. Jadi mereka awam soal pertanian atau perkebunan. Menurut para pengungsi, mereka berterima kasih atas tawaran dan niat baik Pemda untuk mempekerjakan mereka di perkebunan kelapa sawit dan karet. Tetapi kami tidak tahu cara bertani, karena di Tim-Tim kami bekerja sebagai pedagang kaki lima, kata seorang pengungsi. Dan usaha kami di sana cukup sukses. Kami sudah lama menggeluti usaha berdagang, jadi disinipun kami akan meneruskan usaha kami, timpal lainnya. Pada Kesempatan kunjungan tersebut, M Fatah menyampaikan bantuan berupa paket sembako untuk 29 jiwa, terdiri dari 5 kg beras, supermi dan kurma. Khusus untuk Agustinus, M Fatah memberikan tambahan berupa uang tunai sebagai biaya perjalanannya ke Jakarta. Namun bantuan tersebut tidak diberikan secara berkelanjutan seperti yang diterima para pengungsi Sambas. Karena kebanyakan dari pengungsinTim-Tim termasuk dari keluarga mampu. (ris) |