Hampir seluruh rumah tangga di Pulau Madura kini beralih dari listrik yang disuplai PLN ke energi alternatif tradisional, antara lain teplok (lampu minyak tanah). Karenanya, harga lampu teplok melonjak, ukuran kecil saja naik dari Rp 1.500 jadi Rp 2.500 per buah. Ini pun harus diantre, seperti terlihat di pedalaman Bangkalan, Selasa (23/2). Semua ini gara-gara terputusnya jaringan kabel listrik dasar laut Jawa-Madura, Jumat (19/2) lalu.
Bangkalan, Kompas
Kebutuhan minyak tanah di Madura langsung melonjak dua kali lipat setelah terputusnya kabel listrik bawah laut (submarine cable) dari Jawa ke Madura. Baru hari Senin (22/2) permintaan tambahan untuk pasok harian dipenuhi, dari kebutuhan 270.000 liter per hari menjadi 315.000 liter per hari. Kabel itu putus sejak hari Jumat pekan lalu. (Kompas, 21/2)
Untuk mencukupi kebutuhan di Pulau Madura yang luasnya 4.865 kilometer persegi dengan penduduk 3,568 juta, kabarnya Pertamina akan menaikkan lagi pasokan minyak tanah sebesar 50 persen, sehingga menjadi 405.000 ton per hari. Tetapi kenyataannya, hari Selasa kemarin, minyak tanah masih terasa sulit dicari di Bangkalan dan Sampang.
Sehubungan Pertamina tidak spontan memenuhi tambahan kebutuhan, harga minyak tanah sempat naik dari Rp 400 per liter menjadi Rp 600 per liter, bahkan di Tanjungbumi harga minyak tanah sempat mencapai Rp 800 per liter.
Bupati Bangkalan Mohamad Fatah memastikan, pihaknya sudah mendapat jaminan dari Depot Pertamina di Camplong, Sampang, bahwa tambahan kebutuhan BBM, terutama solar dan minyak tanah akan dipenuhi. Tiga bupati di Madura, Bangkalan, Sampang dan Sumenep sudah mengadakan rapat koordinasi dengan Gubernur Jatim, bersama sejumlah instansi terkait seperti PLN, PDAM dan Pertamina, dan mendapat instruksi untuk memprioritaskan layanan masyarakat.
Air minum
Direktur PDAM Bangkalan Mohammad Dahlan menjelaskan, pihaknya sudah mendapat bantuan dua generator listrik dari PLN Ranting Bangkalan sebanyak 700 KWatt, sementara kebutuhannya mencapai 600 KWatt sehingga pasokan air bersih ke pelanggan ibu kota kecamatan dan Kota Bangkalan sudah terpenuhi. "Hanya saja kami baru bisa memasok separuh kebutuhan, karena kedua genset harus dipakai bergiliran," kata Dayat.
Kabag Teknik PLN Ranting Bangkalan Dede Saiful mengungkapkan, sampai Senin sudah sembilan generator listrik masuk dan beroperasi di Madura. Dua di antaranya dari PLN Jawa Tengah dan tujuh lainnya dari Jawa Barat. Jatah untuk Bangkalan hanya dua yang habis dikonsumsi untuk kebutuhan pompa air PDAM, sementara generator lainnya untuk kabupaten lainnya di Madura.
"Kami bisa menyisihkan 60 KWatt kelebihan daya jika untuk PDAM saja, sehingga sisanya kini kami salurkan untuk perkantoran dan kantor Polres," katanya seraya menambahkan, pihaknya belum bisa melayani kebutuhan penerangan listrik untuk rumah tangga.
Sampai hari kelima padamnya aliran listrik di Pulau Madura, Rumah Tahanan (Rutan) Bangkalan belum mendapat bantuan genset untuk penerangan. Karena itu, rutan terpaksa memanfaatkan lampu petromaks untuk penerangan.
Kepala Rutan Bangkalan Prabowo Bc.IP, SH ketika dihubungi hari Selasa mengatakan, lampu petromaks, terutama di Blok A karena dari empat blok yang ada hanya satu blok yang dipergunakan untuk ruang tahanan, berisi 79 orang narapidana. "Sebagian besar narapidana yang menghuni rutan ini, karena perkara pencurian termasuk pencurian sapi," ujarnya.
Prabowo lebih lanjut mengatakan, padamnya aliran listrik sangat mengganggu aktivitas para petugas maupun para narapidana. "Kami sudah minta bantuan genset kepada PLN maupun Dirjen Pemasyarakatan, tetapi sampai sekarang belum ada kabarnya," ujarnya. (tif/ody)
top |
|
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment
|