Jawa Pos
Radar Madura - Selasa, 05 September 00
Kisah Empat Pengantin Wanita Yang Dinikahi Sekaligus
Oleh Taufiq Rizqon & Rasul Junaidy
Isteri Yang Lain Dianggap Saudara
Syamsuddin benar-benar lalananging jagad tulen. Pria berumur 20 tahun yang masih belum punya pekerjaan tetap ini untuk yang pertama di dunia mampu memikat dan menikahi empat wanita sekaligus. Bagaimanakah perasaan keempat isterinya. Inilah penuturan mereka kepada Jawa Pos dengan bahasa saya.
Ketika Jawa Pos berkunjung kerumahnya, Senin (4/9), Syamsuddin yang kelahiran 11 Nopember 1980 ini masih istirahat. Sementara tiga dari empat isterinya, tampak asik nonton acara TV sambil bersenda-gurau. Mereka, Siti Rasma, 16 tahun; Anis Risyanti, 16 tahun; dan Siti Mahmudah, 15 tahun. Sedangkan Siti Martuha, 15 tahun, berada di rumah orang tuanya di Desa Canggereman Konang, Bangkalan.
Setiap pukul 06.00 pagi, mereka berkumpul di rumah Syamsuddin. Masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Bagian mencuci piring, baju, dan masak dikerjakan isteri pertama dan kedua, Rasma dan Martuha. Sedangkan bagian bersih-bersih rumah dan halaman, dikerjakan isteri ketiga dan keempat, Anis dan Mahmudah.
Kegiatan seperti ini mereka jalani sampai pukul 21.00, saat menjelang tidur. Setelah itu, berlaku jadual giliran tidur. Menurut penuturan KH Asmuni, paman Syamsuddin, bila tiba giliran Anis dan Mahmudah, biasanya Rasma dan Martuha menginap dirumahnya.
Sebaliknya, bila giliran Rasma dan Martuha, Anis dan Mahmudah menginap di rumah KH Munawar, paman Syamsuddin yang lain. "Tapi, bila Syamsuddin tidak ada, mereka sering tidur bersama," kata Asmuni.
Saat diwawancarai Jawa Pos, suasana tampak sangat ganyeng, sesekali mereka bertiga tertawa dan saling mencubit. Kelihatan sekali sifat kekanak-kanaan mereka masih terbawa. Maklum, saat dinikahi Syamsuddin mereka masih duduk dibangku sekolah.
Misalnya Rasma, anak keempat dari tujuh bersaudara pasangan Muniwar dan Hatifa. Saat itu, ia yang kelahiran 21 Juni 1984 ini, masih kelas 1 MTsN II Pangkal Pinang. Sedangkan, Ani, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Moh. Ridho dan Siama ini, baru masuk Pendidikan dan Perguruan Agama Islam (PPAI) Kepanjen Malang. Ia yang kelahiran 7 Januari 1984 ini, baru lulus SMPN 4 Malang tahun 1999 lalu.
Sementara, Mahmudah, saat dinikahi oleh Syamsuddin masih duduk di kelas 3 SDN Genteng III Konang, Bangkalan. Anak keempat dari tujuh bersaudara pasangan Abd. Mutolib dan Syafiyah ini, kelahiran 2 Januari 1985. "Setelah nikah, saya tidak bisa sekolah lagi," katanya yang disambut gelak-tawa Rasma dan Ani.
Menurut Rasma, pertama kali ia kenal Syamsuddin sekitar bulan Maret lalu, saat ia sedang mengunjungi saudaranya di Pangkal Pinang. Tapi, belum lama berpacaran, ia langsung dilamar. Saat akan dimadu, sebenarnya ia sempat bertanya alasannya. Tapi, saat itu, Syamsuddin tidak mau menjawab. Akhirnya, ia pasrah juga.
"Saat itu saya bilang, ya sudah kalau kakak mau kawin lagi. Asalkan, jangan bercumbu dengan isteri yang lain di depan saya," katanya sambil mencubit Anis dan Mahmudah.
Selama ini, dia mengaku sering tidur berdua dengan Ani. Sebab, Mahmudah dan Martuha masih sering pulang ke rumah orang tuanya. "Saya menganggap, isteri kakak yang lain adalah saudara. Kalau yang satu sakit, yang lain ikut sakit," papar Rasma yang dibenarkan Ani dan Mahmudah
Bagaimana dengan Ani? Ternyata, dia mengaku kenal dengan Syamsuddin sejak masih kelas dua SD. Ani mengaku setiap tahun pulang ke Madura, mengikuti orang tuanya yang asli Desa Genteng Konang, Bangkalan. "Kakak memang cinta pertama saya," katanya sambil tersenyum malu.
Saat dilamar, Ani dan keluarganya sudah tahu kalau akan dijadikan isteri yang ke tiga. "Saat itu, aku tidak terkejut. Sebab, di keluarga kakak kawin empat itu adalah hal yang biasa. Asalkan, tidak kawin lebih dari empat," imbuhnya yang diamini oleh Rasma dan Mahmudah.
Lain halnya dengan pengakuan Mahmudah. Dengan perasaannya yang polos dan malu-malu, ia sebelumnya tidak kenal dengan Syamsuddin. Tapi, karena setiap kali berangkat sekolah selalu melewati rumah Syamsuddin, ia mengaku hanya kenal wajahnya saja.
"Saat mau dinikahi kakak, saya sudah tahu kalau akan dijadikan isteri yang keempat. Tapi, orang tua saya setuju, ya saya setuju saja," kata Mahmudah yang hanya dilamar dalam waktu tiga hari itu.*
Maskawinnya, Hanya Uang Rp 10 Ribu
Syamsuddin benar-benar lalananging jagad tulen. Pria berumur 20 tahun yang masih belum punya pekerjaan tetap ini mampu memikat hati empat wanita sekaligus. Siapakah sebenarnya Syamsudin?
Pria krempeng jebolan Ponpes Salafiyah Sukorejo, Situbondo, dan Ponpes Lenbulen Desa Baturasang Kecamatan Tambelangan, Sampang, itu saat menemui Jawa Pos tampak kelihatan lesu. Mungkin, ia masih lelah setelah semalaman begadang. Sebab, walaupun sudah mempunyai isteri empat, kebiasaan keluyuran malam tetap saja dilakoni.
Gaya dan penampilannya, tidak jauh berbeda dengan anak muda di kota. Warna rambutnya ia cat pirang, dan dibiarkan memanjang. Mirip aktor ganteng Leonardo Di Caprio. Sedang dinding kamarnya, ia tempeli poster beberapa artis dan penyanyi barat. Tampak juga sebuah gitar yang digantung dekat pintu kamar.
Sambil menyetel lagu-lagu barat dari tape record mobil colt warna merah tahun 75 kesayangannya, Syamsuddin mengajak Jawa Pos ngobrol di Mushola samping rumahnya. Saat itu, ia hanya memakai kaos oblong warna hitam dan bercelana jin.
Sebelum mengawini keempat isterinya itu, Syamsuddin - anak kedua dari lima bersaudara pasangan KH Ach. Djazuli (Almarhum) dan Hj Sutiyah - mengaku sudah pernah menikah dengan Siti Rohmah, 20, warga Kecamatan Kokop, Bangkalan. Tapi, pernikahan itu tidak berumur panjang. Dengan Siti Rohmah, ia dikaruniai seorang putera, Fahrur Rozi, 8 tahun. "Sebenarnya, saya pernah mengajak untuk rujuk kembali. Tapi, ia menolak. Rupanya, ia tidak mau dimadu," ujarnya polos.
Sejak kecil ia mengaku mempunyai nazar ingin punya isteri empat, seperti orang tuanya. Tapi, tidak pernah terlintas dibenaknya mengawini empat wanita sekaligus. Keinginan seperti itu baru muncul, setelah menikahi Siti Rasma dan Martuha. "Saat rencana ini saya sampaikan pada orang tua dan saudara. Ternyata, mereka semuanya setuju," ungkapnya sambil tersenyum.
Syamsuddin menikahi Siti Rasma tanggal 27 Juli 2000 lalu. Dua belas hari kemudian, tanggal 7 Agustus 2000, ia menikahi Martuha. Baru setelah itu, ia menikahi Ani Risyanti dan Mahmudah, berturut-turut tanggal 12 dan 17 Agustus 2000. Sementara perhelatan pernikahannya digelar empat hari berturut-turut, sejak tanggal 20 sampai 23 Agustus 2000 lalu.
Yang menarik, saat resepsi pernikahan berlangsung semua keluarga penganten wanita ikut hadir dan menyaksikan. Termasuk, keluarga Siti Rasma yang berasal dari Pangkal Pinang, Sumatera Selatan, maupun Ani Risyanti yang berasal dari Dinoyo, Malang. "Saat saya melamar dulu, mereka memang sudah saya beritahu kalau anaknya akan saya madu," kata Syamsuddin sambil merangkul ketiga isterinya.
Sampai saat ini, pernikahannya dengan keempat isterinya itu belum tercatat secara resmi di KUA Kecamatan Konang. Sebab, mereka hanya dinikahkan oleh seorang kiyai. "Tapi, secara lisan kepala KUA Kecamatan sudah kami beritahu," kata KH Asmuni dan KH Moh Tuki, paman Syamsuddin.
Walaupun masih muda dan belum punya pekerjaan tetap, Syamsuddin termasuk orang yang disungkani di Desa Genteng Kecamatan Konang, Bangkalan. Oleh kepala desa, tokoh masyarakat, ulama setempat, ia diminta untuk membantu menjaga keamanan desa. "Makanya, saat resepsi pernikahan kemarin, yang berkumpul disini sebagian besar kalangan bromocorah," katanya.
Menurut Syamsuddin, sampai saat ini keempat isterinya belum pernah cekcok. Yang penting harus bisa berbuat adil dan bijaksana, terutama soal jadual giliran tidur. Resepnya, kita tidak boleh membeda-bedakan yang satu dengan yang lain. "Bila saat pulang malam isteri saya tidur bersama, saya selalu mengalah. Biasanya, saya memilih tidur di luar," ungkapnya.
Apa ada resep untuk menjaga agar stamina tetap fit? Pasti ada, tandas Syamsuddin agak malu-malu. Setiap satu minggu empat kali, ia mengaku rutin mengkonsumsi 5 butir telor ayam yang dicampur dengan daging kelapa muda. Sebelum diminum, ramuan tersebut harus diembunkan selama semalam dan bisa dicampur dengan madu.
"Kalau kurang keras, ada resep yang satunya. Yaitu, pinang muda di campur dengan lima butir telur ayam kampung. Tapi, sebelum dimakan, harus dikeringkan dulu selama semalam. Baru setelah itu, bisa dimakan dengan dicampur madu asli. Insya Allah, hasilnya ampuh," kata Syamsuddin sambil merangkul dengan mesra ketiga isterinya.
Yang menarik, maskawin yang diberikan Syamsuddin kepada empat isterinya hanya berupa uang Rp 10 ribu. Hal ini dibenarkan oleh ketiga isterinya. Dengan perasaan polos dan jujur, Rasma, Ani, maupun Mahmudah mengaku hanya diberi maskawin uang Rp 10 ribu. Apa ada lagi selain itu? "Tidak ada. Hanya itu saja," kata mereka bertiga sambil tertawa ngakak.
Bagaimana soal anak? Apakah ingin cepat punya momongan? Pertanyaan ini dijawab mereka dengan tertawa sambil saling mencubit. Rupanya, bayangan dibenak Rasma, Ani, maupun Mahmudah belum sampai berpikir jauh soal mempunyai anak. Mereka sepertinya masih senang bermain dan bersenda-gurau, seperti layaknya anak sekolah.
"Kalau masalah momongan, jangan dululah. Saya masih belum berpikir ke sana. Mungkin, empat atau lima tahun lagi bila sudah siap, baru punya anak," kata Ani yang dulu tinggal di Jalan MT Haryono V/25A Dinoyo, Malang, sambil melirik Rasma dan Mahmudah.
Ani mengakui, bila sedang tidur bersama di kamar, mereka saling bercerita pengalaman dan masa-masa sekolah dulu. Malah, kebiasaan seperti ini sering mereka lakukan bila sedang makan atau mandi. "Kalau kakak tidak tidur di rumah, kami biasanya tidur bersama. Ya satu kasur berempat," tambah Ani yang dibenarkan Rasma dan Mahmudah. *
atas