Jawa Pos
Radar Madura
Rabu, 23 Februari 2000
Suramadu
Oleh M. Ridhwan SP
Pemakai jasa penyebarangan Kamal - Ujung pasti tahu bahwa sering terjadi kerusakan dermaga penyebarangan Kamal - Ujung Surabaya. Sementara itu pengguna jasa penyebarangan semakin hari semakin meningkat. Tidak ada pilihan lain, alat transportasi penyebarangan satu-satunya adalah melalui dermaga itu. Sehingga jika ada kerusakan pada dermaga, maka transportasi ikut pula terganggu. Tidak itu saja, kegiatan penyebarangan itu tidak hanya berfungsi mengangkut orang bolak balik Kamal - Ujung, tapi terkait dengan kebutuhan masyarakat yang lebih kompleks. Seiring dengan semakin kompleksnya kebutuhan dan aktivitas masyarakat, keberadaan sarana transpotasi yang lebih lancar yang menghubungkan Madura dengan Surabaya sangat diperlukan.
Surabaya sebagai pusat kegiatan ekonomi dan jasa di Jawa Timur dan Indonesia Timur menjadi kota tujuan yang utama, khususnya masyarakat Madura. Sebaliknya, Madura sangat ketinggalan dibanding dengan perkembangan Surabaya. Sedangkan, jika dilihat dari jarak antara Bangkalan sebagai pintu gerbang Madura sangat dekat dengan Surbaya. Peluang Madura berkembang sangat besar bila dilihat dari faktor jarak. Dengan catatan ada sarana yang memperlancar proses aktivitas ekonomi dan jasa, yaitu jembatan.
Rencana Jembatan Surabaya - Madura (Suramadu) sudah bergulir sejak awal 1990-an. Rencana tersebut pernah menjadi polemik karena satu paket dengan rencana industrialisasi Madura. Ketika badai krisis ekonomi melanda, kabar Jembatan Suramadu semakin lenyap. Kemudian muncul lagi ketika akan diberlakukan otonomi daerah dan ada gagasan Madura menjadi provinsi. Pentingkah Jembatan Suramadu?
Kita bisa saja berandai-andai, jika Madura menjadi provinsi. Sebelum ide provinsi muncul, rencana pembangunan Jembatan Suramadu sudah ada. Artinya, kebutuhan Jembatan Suramadu sudah sejak dulu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Madura. Baik itu peluang investasi, pemasaran hasil pertanian, pariwisata dan aktivitas lainnya. Siapapun, saat ini, mungkin tidak menampik pentingnya Jembatan Suramadu. Sehingga Madura bisa lebih terbuka dan bisa mengejar ketinggalannya, terutama dengan kawasan Gerbang Kertasusila.
Jika ada kalangan yang mengkhawatirkan dampak dari adanya Jembatan Suramadu bagi masyarakat Madura, itu wajar saja sebagai bentuk kepedulian dan kecintaan terhadap Madura. Namun, dampak jembatan, saya kira tidak sehebat dampak globalisasi informasi dan komunikasi. Buktinya, masyarakat Madura masih mampu bertahan.
Membuka diri bukan berarti membuka segalanya, tanpa ada filter. Tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita membuka hati kita untuk kepentingan Madura di masa mendatang.
atas