back
Serambi KAMPUS https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Webmaster

Iskandar Zulkarnain
Chief Executive Editor

Informasi

PadepokanVirtual

URL

http://w3.to/padepokan
http://welcome.to/madura
http://travel.to/kampus

KOMPAS
OPINI - Senin, 24 April 2000

"The Tao Of"...?
Oleh Sukidi

Paradigma The Tao of...? Inilah fenomena Taoisme yang paling ekspresif. Ia menjadi ciri khas hampir semua literatur; pendidikan, keagamaan, kepemimpinan, manajemen-keorganisasian, bisnis, hubungan keluarga, antarpribadi, psikologi, komunikasi, psiko-sosial, perempuan, urusan dapur, makanan, kesehatan (olahraga), musik, keindahan, sampai menyentuh hubungan intim; cinta dan seks. Nah, gejala apa ini semua? Dan apa maknanya bagi kehidupan kita di tengah kebisingan dunia modern dewasa ini?

Paradigma "The Tao Of"...?

Sekilas, tema ini pernah saya singgung sepintas lalu di Majalah Gamma, edisi 29 Februari 2000 pada kolom New Age. Untuk itu, tulisan sederhana ini ingin merekam lebih detail trend mutakhir paradigma The Tao of... era 90-an, yang sarat mewarnai judul penerbitan buku-buku populer.

Di bidang pendidikan, misalnya, kita membaca The Tao of Learning (1998) karya Pamela K Metz, yang mengeksplorasi esensi sejati proses belajar-mengajar, perkembangan intelektual, peran siswa, guru, dan bagaimana proses transfer of knowledge dari sudut pandang Toisme. Ada juga The Tao of Teaching: Special Meaning of The Tao Te Ching as Related to the Art and Pleasures Teaching (1999) karya Greta K Nagel, yang menggunakan teks klasik Tao Te Ching sebagai "labor of love" buat guru, orangtua, atau siapa pun yang menaruh komitmen pada pendidikan generasi muda.

Di bidang keagamaan, kita dibuat terkejut dengan terbitnya The Tao of Islam: A Sourcebook on Gender Relationships in Islamic Thought (1993) karya Sachiko Murata yang mengupas tuntas paradoks-paradoks relasi gender dalam pemikiran keislaman-Taoisme. "An excellent comparison of Taoist and Islamic Philosophy," itulah pujian Robin Turner asal Turki (1998). Berikutnya ada The Tao of Chinese Religion karya Milton M Chiu.

Di bidang kepemimpinan, kita pun diperkenalkan The Tao of Leadership: Lao Tzu's Tao Te Ching Adapted for New Age (Hardcover, 1992) karya John Heider, yang menyajikan kiat menjadi pemimpin yang baik, beriman, terpercaya dan penuh perhatian. Ada juga The Tao of Personal Leadership (1997) karya Diane Dreher, yang mengkombinasikan kearifan tradisional Taoisme dengan kiat sukses menjadi pemimpin, "not just good managers," kata Dreher "but great leaders."

Terkait juga di bidang manajemen-keorganisasian, kita mengenal The Tao of Management: An Age Old Study for New Age Managers (Hardcover, 1992) karya Bob Missing, yang memberikan panduan manajemen buat manajer New Age. Berikut ada The Tao of Organization: The I Ching for Group Dynamics (1995) karya Cheng Yi, dan The Tao of Teams: A Guide to Team Success (1994) karya Cresencio Torres.

Sedangkan di bidang bisnis, kita juga diperkenalkan The Tao of Sales: The Easy Way to Sell in Tough Times (1997) karya E Thomas Behr, yang mendemonstrasikan bagaimana filsafat klasik Cina, yakni filsafat Tao dapat dipakai untuk membangun hubungan bisnis-produktif kontemporer. Populer pula The Tao of Trading: Discovering Simpler Path to Success (Hardcover, 1998) karya Robert Koppel, yang ditujukan kepada pengusaha dan investor supaya mengkombinasikan antara intuisi dan kreativitas dengan teknis perdagangan praktis. Ada juga The Tao of Negotiation: How you can Prevent, Resolve, and Transcend Conflict in Work and Everday Life (1994) karya Joel Edelman.

Dalam hubungan keluarga, kita juga membaca The Tao of Parenting: The Ageless Wisdom of Taoism and the Art of Raising Children (1998) karya Greta Nagel, yang berisikan 81 bab tentang prinsip-prinsip Tao untuk harmonisasi keluarga. Begitu pula dalam hubungan antar-pribadi, kita akrab dengan The Tao of Loving Couple: True Liberation Through the Tao (1991) karya Jolan Chang, yang mengintrodusir filsafat klasik Cina, yakni Tao sebagai jalan baru cinta. Juga populer The Tao of Love (Hardcover, 1997) karya Heng Cheng dan Arthur Denner. Bahkan, dalam hubungan intim pun, kita diberitahu The Tao of Sexual Massage (1992) karya Stephen Russell, yang mengupas sistem pijat seksual model Tao.

Sedangkan di bidang psikologi dan komunikasi, terakhir kita diperkenalkan The Tao of Jung (1997) karya David Rosen, yang memperkenalkan biografi dan pemikiran psikologi Carl Gustav Jung yang dikenal Taois, dengan filsafat Taoisme-nya. Juga populer The Tao of Abundance: Eight Ancient Principles for Abundant Living (2000) karya Laurence G Boldt; The Tao of Conversation (1995) karya Michael Kahn; The Tao of Representation: Postmodernity, Asia, and the West (1998) karya Raymond LM Lee.

Di bidang psiko-sosial, kita diperkenalkan The Tao of Chaos: Essence and the Enneagram (1994) karya Stephen Wolinsky, yang menawarkan terapi mengatasi chaos secara psikis. Ada pula Tao of Chaos: Merging East and West (1994) karya Katya Walter, yang mengeksplorasi pertemuan baru mistik spiritual Timur (I Ching) dan sains Barat (DNA), untuk mengatasi chaos. Pada aspek kekuasaan vis a vis perempuan, ada The Tao of Womanhood (1998) karya Diane Dreher yang memaparkan sepuluh petunjuk tentang bagaimana merajut pola relasi harmonis antara perempuan-kekuasaan-perdamaian. Di satu sisi, ada The Tao of Politics (1990) karya Thomas Clery, namun di sisi lain juga ada The Tao of the Goddess: A Feminine Voyage of Spirituality and Selfhood (1999) karya Joan R Tarpley.

Sampai urusan dapur dan makan, kita diberitahu The Tao of Eating: Feeding Your Soul Through Everday Experiences with Food (1998) karya Linda R Harper, yang mempersembahkan lima tahap makanan gaya Tao: Goal replacing, Undieting, Informing, Deciding, and Experiencing. Ada pula The Tao of Healthy Eating (1998) karya Bob Flaws; dan Tao of Food (1999) karya Richard Craze.

Di bidang olahraga, juga populer The Tao of Sports (1997) karya Bob Mitchell, yang mengkombinasikan makna olahraga dengan filsafat Tao. Ada pula The Tao of Golf (tth) karya Leland T Lewis. Di dunia musik pun, dikenal The Tao of Music: Sound Psychology (1997) karya John M Ortiz, yang mengupas kekuatan musik dengan mengkombinasikan teknik psikologi dan ide Taoisme. Berikutnya, The Tao of Voice: A New East-West Approach to Transforming the Singing and Speaking Voice (1991) karya Stephen Chun-Tao Cheng.

Pada aspek keindahan, populer The Tao of Cleaning (1999) karya AW Ku, yang mempergunakan teks klasik Tao Te Ching sebagai penemuan jalan penyeimbang antara kesibukan hidup vis a vis problem kebersihan dan keindahan. Berikut ada The Tao of Watercolor: A Revolutionary Approach to the Practice of Painting (1998) karya Jeanne Carbonetti; dan The Tao of Design (1998) karya Carl G Garant.

Di dunia binatang, kita pun dapat membaca The Tao of Meow & The Tao of Bow Wow (1999) karya Deborah Wood, yang memberikan pelatihan terhadap kucing dan anjing dengan jalan Tao. Terakhir, yang membuat kita geleng-geleng kepala dan tertawa puas adalah: Pertama, The Tao of Pooh/the Te of Piglet (1994) karya Benjamin Hoff, yang mengupas tokoh kartun Winnie-the-Pooh dengan jalan Tao; Kedua, The Tao of Muhammad Ali: A True Story karya Davis Miller; dan Ketiga, The Tao of Jeet Kune Do (1993) karya Bruce Lee, yang sarat konsep-konsep filosofis tentang seni bela diri Jeet Kune Do.

"Philosophy of Life"

Sengaja saya paparkan secara detail trend mutakhir paradigma The Tao of... (era 90-an) seperti paparan di atas, agar menyadarkan kita, dan sekaligus menghentakkan kesadaran batin dan pikiran kita untuk sejenak merenung; kenapa paradigma The Tao of... begitu ekspresif dan fenomenal? Gejala apa ini semua?

The Tao of... begitu ekspresif dan fenomenal, justru di tengah kebisingan dunia modern dewasa ini, oleh karena ia memberikan "philosophy of life." Suatu filsafat kehidupan yang membentangkan "jalan," sesuai makna literal Tao; "a path, a way, a principle, and a method." Inilah makna Tao secara otentik, yang pertama kalinya diperkenalkan Lao Tzu dalam Tao Te Ching; teks klasik yang memberikan petunjuk mengenai "jalan dan kebajikan" (the way and virtue). Taoisme adalah agama asli Cina, yang ditetapkan sejak Dinasti Han (206 SM-220 M).

Maka, saat kita membaca The Tao of... yang merambah ke semua lini kehidupan, yang secara ekspresif menjadi trend judul penerbitan buku-buku mutakhir, jelas mengandung pesan bahwa; "setiap jalan kehidupan, ternyata menyimpan kebijaksanaan." Suatu kearifan dan kebijaksanaan hidup. Setiap pejalan, entah itu psikolog, agamawan, guru, musikus, seniman, manajer, jago silat, new agers, spiritualis, mistikus, dan seterusnya itu, memiliki jalan hidupnya masing-masing. Dan juga, mengalami kebijaksanaan tersendiri, yang satu berbeda dari yang lain. Di situlah terletak keunikan kebijaksanaan, nilai kearifan dan kebijaksanaan hidup. Hal ini begitu kuat diyakini oleh setiap pejalan hidup, oleh karena sedemikian kuatnya keyakinan akan prinsip Taoisme sebagai universal way. Jalan universal yang membentang luas, memancar ke luar, keaneka ragam tradisi esoteris agama-agama, yang karenanya setiap pejalan dapat berjalan secara leluasa, dan merasa aman memilih jalan hidupnya, tanpa merasa diganggu dengan pejalan lain yang berbeda.

Terkait tema ini, kabarnya, di Condong Catur, Yogya, setiap malam Minggu diselenggarakan spiritual gathering dari berbagai pejalan hidup lintas agama. Mereka saling berbagi pengalaman spiritual, dan memperkayanya lewat dialog teologis agama-agama. Makanya, kita tak lagi terkejut saat melihat seorang sufi, spiritualis, pendeta, Buddha, dan berbagai pengamal setiap tradisi esoteris agama-agama, justru terpancar sinar kearifan dan kebijaksanaan hidup. Barangkali tanpa disadari, mereka secara intrinsik sudah mengamalkan ajaran Taoisme sebagai universal way.

Itulah sebabnya, sebagai universal way, Tao seringkali dipakai, utamanya kalangan spiritualis, mistikus, dan penganut setia gerakan New Age sebagai "sebuah doktrin," yang menyimpan petunjuk dan berbagai kaidah moral untuk mengarahkan mereka ke sikap hidup yang arif dan bijak. Persis seperti yang diproklamirkan Marc de Smedt (1996) sebagai "The Wisdom of Tao." Suatu kearifan dan kebijaksanaan hidup model Tao. Dan memang begitulah kondisi objektifnya, taoisme tak lain dan tak bukan adalah ancient wisdom. Kearifan kuno, (tradisional, perenial), yang sekarang sedang diburu manusia modern untuk mengobati krisis pengenalan diri, akibat cara pandang hidup yang terlalu sekuleristik, mekanistik dan materialistik. Saksikan saja, sudah berapa jutaan manusia modern dewasa ini yang merasakan manfaat langsung dari pengobatan akupuntur, herbalisme, pengobatan holistis, meditasi, yang kesemuanya merupakan tradisi sejati Taoisme.

"Everyday Tao"

Hal itu karena kita tahu, betapa kearifan tradisional selalu mengajarkan pola hidup secara natural: sarat keselarasan dan keharmonisan. Itulah gaya hidup Taois. "Everyday Tao: Living with Balance and Harmony," kata Ming-Dao Deng. Suatu keselarasan dan keseimbangan hidup, seperti Yin-Yang yang menjadi dasar Taoisme. Karena itu, siapa pun di antara kita yang berminat menginternalisasikan Taoisme ke dalam keseharian hidupnya, harus sepenuhnya sadar dengan patokan hidup gaya Taois; penuh kesederhanaan, sensitivitas, fleksibilitas, independen, terfokus (lurus, istiqamah), sopan, disiplin, dan penuh kegembiraan (secara spiritual).

Sampai di sinilah, saya pun membayangkan jika harmonisasi hidup model Tao ini berkembang pesat, dan malah terbukti menjadi trend judul penerbitan buku-buku mutakhir, maka kita sebenarnya sedang menyaksikan bangkitnya wajah baru kebudayaan milenium ketiga dewasa ini. Wajah kebudayaan yang disebut-sebut dalam Manuskrip The Celestine Vision sebagai Spiritual Culture. Kebudayaan Spiritual yang sarat kreativitas dan personal fulfillment, di mana proses interaksi sosial kultural antarpersonal berlangsung harmonis dan selaras, layaknya keselarasan hidup model Taois. Inikah impresi sosial kultural hidup gaya Taois? Wallahu A'lam bishawab.

*) Sukidi, Staf Dubes RI di Oslo, Norwegia, Alumnus Fakultas Syari'ah IAIN Ciputat, E mail: Sukidioslo@hotmail.com.


Berita dikbud lainnya :

atas