Polres Terima 'Soguk' Warga Madura
Malang - Surabaya Post
Peringatan HUT ke-53 Bhayangkara di Polres Malang tahun ini berlangsung unik dan menarik, Minggu (4/7) siang. Warga Madura asal Kec. Gondanglegi, Malang Selatan, menghadiahkan soguk (Jawa: buwuhan).
Bentuknya berupa hiasan bambu yang dirangkai mirip rangka layang-layang. Uniknya, di setiap sisi bambu diselipkan uang pecahan Rp 20 ribu dan Rp 10 ribu. Soguk itu dibawa dua orang berbusana ala Sakera.
Mereka diiringi puluhan orang berpakaian sama, sejak dari depan Mapolsek Kepanjen hingga masuk Mapolres Malang, sejauh sekitar 1,5 km. Sepanjang jalan, mereka mempertontonkan soguk sambil menari.
Sedangkan pengiringnya melakukan gerakan tari tertentu sambil memainkan celurit dan blencong. Wajah mereka sangar-sangar. Kumis tebal, pakaian hitam-hitam membungkus kaus bergaris merah-putih.
Sebuah soguk bisa mencapai jutaan rupiah. Bila adat Jawa mengenal buwuhan dengan cara "salam tempel" yang terkesan sembunyi-sembunyi, maka bagi orang Madura soguk justru bisa dilihat semua orang.
Semakin besar nilai soguk, semakin tinggi status sosial seseorang di mata masyarakat. Tapi yang terjadi Minggu (4/7) soguk itu merupakan urunan (patungan) dari warga Madura Gondanglegi yang terhimpun dalam Sakera Karangasem.
Sesepuh komunitas itu, Achmad Supriyadi, pengusaha karoseri bak truk di Gondanglegi. "Yang penting bukan nilainya, tapi ini merupakan partisipasi kami dalam rangka ulang tahun polisi. Semoga tambah hari tambah bagus," ujarnya.
Diguyur Hujan
Waka Polres Malang, Mayor Pol Drs Joko Hertanto, menimpali, "Terima kasih atas pemberian yang tulus dari warga Madura di Gondanglegi. Nanti malam (tadi malam. Red), uang itu akan digunakan untuk warga yang nonton wayang kulit," tuturnya.
Sayang, acara penyerahan soguk berlangsung di bawah guyuran hujan deras. Alhasil, uang soguk basah. Selain itu, atraksi senam celurit dan blencong tidak bisa berlangsung lama.
Selain soguk, peringatan HUT Bhayangkara kali ini juga dimeriahkan atraksi reog dari kelompok Rukun Santoso, Kec. Donomulyo, drumben pelajar SMUN Kepanjen dan kalangan pemuda santri dari Kec. Pujon.
Minggu malam, ribuan masyarakat menyesaki halaman Mapolres di Kepanjen. Para penggemar wayang kulit itu tidak beranjak dari tempatnya meski hujan mengguyur. Boleh jadi karena dalangnya Ki Anom Suroto.
"Lakonnya Parikesit Dadi Ratu," tutur Mayor Joko. Menanggap wayang kulit setiap HUT Polri, sudah menjadi tradisi Polres Malang. Tahun lalu, Ki Manteb Sudarsono yang manggung. Pertunjukan tersebut juga diudarakan langsung oleh RRI Regional Malang. (tuf)
|