back | |
Serambi MADURA |
https://zkarnain.tripod.com/ Internet Based Life-long Learning Environment for Maintaining Professional Vitality |
Radar Madura Sabtu, 29 Juli 00 |
Jawa Pos |
Sumenep Diguyur Hujan, Petani Tembakau Panik
SUMENEP - Harapan masyarakat Sumenep, khususnya para petani tembakau untuk memetik hasil yang gemilang dari daun tembakaunya, nampaknya mulai ketar-ketir bahkan di sebagian tempat mereka tampak panik. Itu terjadi berkaitan dengan awan tebal yang diselingi turunnya hujan kemarin, (28/7) seharian mengguyur Sumenep. Hasil pantauan Radar Madura, sejumlah petani yang berada di areal tanaman tembakau di Desa Kolor, Pabian, Pangarangan, Gung-Gung, Patian, Parsanga, Babbalan dan di daerah lainnya, nampak sibuk membuat saluran air dan membuat tanggul untuk mencegah masuknya air hujan ke areal pertaniannya. Bahkan nampak ada sebagian petani yang menyediakan mesin konur (pembuang air) yang dipersiapkan untuk menguras air jika menggenangi lahan tembakaunya. Salah seorang petani tembakau Asmo asal Desa Kolor Kecamatan Kota Sumenep, kepada Radar Madura mengungkapkan, hujan yang seharian mengguyur Sumenep cukup menjadikan dia dan sebagian temannya sesama petani tembakau nampak gelisah. Sebab semenjak penanaman bibit pertamanya dulu juga hancur karena hujan. Sehingga banyak yang sampai berkali-kali melakukan penanaman lagi, dan membutuhkan dana lebih besar lagi.''Saya saja menanam bibit saja sudah mencapai tiga kali tanam. Padahal saat itu harga bibit tembakau sangat mahal dan bahkan mencapai sepuluh ribu lebih per satu ribu pohonnya. Kita tinggal hitung saja berapa habisnya biaya yang kita keluarkan untuk bibitnya saja,'' ujar Asmo berkeluh kesah. Lain halnya dengan harga sewa tanah persawahan yang semakin tahun semakin tinggi. Naiknya harga sewa tanah tersebut dikarenakan hasil penjualan tembakau itu yang sangat menjanjikan bagi para petani tembakau. ''Ditambah harga pupuk dan biaya para pekerja yang sudah banyak dikeluarkan oleh kami,'' ujar petani lainnya.Hal senada juga disampaikan Sulaiman asal Kecamatan Lenteng yang hampir shok ketika tanaman tembakaunya seharian diguyur hujan. Ia nampak lemas duduk di pematang sawah ladang tembakaunya. Sebab menurutnya, semenjak dimulai penanaman pertama, sudah sekitar 4 kali lebih ia menanam bibit tembakaunya. ''Kalau sekarang ini tanaman tembakau kami harus hancur lagi, wah sudah habislah harapan kami. Sebab untuk sewa tanah saja sudah 5 juta, lain lagi dengan biaya penanaman yang sampai empat kali ditanam ulang, tapi hancur diguyur hujan. Sekarang setelah tanaman tembakau saya sudah mulai nampak menghijau hujan turun lagi,'' ujar Sulaiman.Sementara itu Ahmad salah seorang pedagang tikar bungkus tembakau yang juga sempat menanam tembakau juga sudah mulai khawatir dengan turunnya hujan itu. Karena disamping tembakau juga akan hancur juga bisnis tikar pembungkus pembungkus itu juga akan hancur dipasaran. Padahal jumlah dana untuk membeli tikar pembungkus tembakau itu sudah mencapai puluhan juta rupiah. ''Kami yakin jika hujan hari ini besar sudah jelas tembakau di Madura akan hancur. Walaupun harapannya pada tanaman tembakau di daerah pegunungan akan tahan terhadap turunnya hujan itu. Akan tetapi jelas akan mempengaruhi kualitas tembakaunya. Disamping itu jumlah pesanan terhadap pembungkus tembakau itu juga akan mengurang. Karena tembakau itu hanya ada di pegunungan,'' katanya.Kegelisahan para petani tembakau di Sumenep itu memang cukup beralasan. Karena sejak pagi itu di kawasan Sumenep mendung tebal dan sesekali hujan turun. Yang nampak deras sekali terjadi sekitar pukul 15.30 WIB hujan yang turun secara tiba-tiba itu hampir merata seluruh Kabupaten Sumenep. Akan tetapi hingga berita ini diturunkan kondisi lahan pertanian tembakau di kawasan Sumenep masih terkendali. (rif) |