back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Virtual Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Rabu
12 Januari 2000
Radar Madura


Tidak Nyala, Pelanggan PLN Ancam Bakar Kantor PLN
Oknum Petugas Tarik Pelanggan Ilegal Sebesar Rp 450 ribu - Rp 1,2 juta

SUMENEP - Amuk massa nyaris menghanguskan kantor PLN PLTD Sapudi di Desa Pancaor, Kecamatan Gayam, Sumenep, Minggu (9/1) lalu. Pasalnya, selama dua bulan terakhir aliran listrik di desa tersebut padam total. ''Bila tidak segera memenuhi tuntutan pelanggan, saya tidak bertanggung jawab bila kantor PLN beserta mesinnya dibakar massa. Kami selama dua bulan bersabar," ujar salah seorang pengunjuk rasa meluapkan emosinya.Aksi Minggu malam lalu itu, merupakan aksi lanjutan. Sebelumnya, ratusan pelanggan PLN dari Dusun Rok-korok, Desa Pancor, pada Jumat malam, bertepatan dengan malam takbiran juga mendatangi kantor PLN PLTD Sapudi. Sambil membawa clurit, mereka minta agar aliran listrik di daerahnya cepat dinyalakan. "Saya mau merayakan Lebaran, tolong aliran listrik di dusun kami cepat dinyalakan," ujar salah seorang pengunjuk rasa.

Beberapa pendemo PLN pada Minggu malam itu juga tampak membawa senjata tajam, karung berisi batu, dan tali perahu. Apa yang akan dilakukan mereka? Menurut juru bicara aksi dari Dusun Wak Duwak, Desa Pancor Abd Adim, batu itu akan dilemparkan ke kantor dan mesin PLN, tali perahu untuk mengikat petugas PLN di pohon yang gelap, biar merasakan kegelapan malam. Sedangkan senjata untuk menjaga keamanan massa.

Menurut informasi yanng dikumpulkan Radar Madura, pemadaman PLN PLTD Sapudi sudah berlangsung dua bulan lalu secara bergilir. Tiap tiga gardu tiga malam hidup satu malam mati. Menurut beberapa sumber Radar Madura, pemadaman secara bergilir itu akibat maraknya pelangan ilegal. Hal itu masih ditambah adanya penambahan daya yang tidak sesuai dengan meteran listrik. Misalnya, dalam rekening tertulis 450 watt tetapi yang dipakai konsumen mencapai 900-1200 watt.

Kepala PLN PLTD Sapudi Ariefuddin saat itu sedang tidak berada di kantor. Sehingga, para pelanggan yang kecewa itu melakukan musyawarah dengan salah satu petugas PLN yang sedang piket, Suyith. Namun, Suyith tidak bisa memenuhi tuntutan para pelanggan. Bahkan ia menyerahkan jalan terbaik penyelesaiannya kepada tokoh LSM, tokoh masyarakat dan anggota DPRD Sumenep wakil dari Sapudi Drs. Abd. Rahman sambil menunggu kedatangan Kepala PLN PLTD Sapudi.

''Saya menyerahkan cara penyelesaian terbaik kepada para tokoh LSM, tokoh masyarakat dan Drs Abd. Rahman. Saya hanya staf bawahan. Pemenuhan tuntutan itu wewenang Kepala PLN PLTD Sapudi," ujar Suyith.

Menurut Abd Adim, masalah listrik ini muncul sejak kepala PLN PLTD Sapudi Rasul dan dua oknum petugas lapangan PLN yakni H Sukur dan Suyith menerima pemasang ilegal. ''Dua oknum PLN itu menarik uang kepada pelanggan PLN sebesar Rp 450 ribu sampai Rp 1,2 juta,'' katanya.

koordinator aksi pelanggan PLN Desa Pancar Ir. Orick Mashuri dan anggota DPRD Sumenep asal Sapudi Drs Abd Rahman berjanji akan menyelesaikan persoalan PLN PLTD Sapudi melalui musyawarah dengan Muspika Sapudi dan akan memanggil kepala PLN ranting Sumenep ke DPRD Sumenep.

Menurut Abd Rahman, persoalan PLN Sapudi sudah mencapai klimaks. Ia sebagai wakil rakyat Sapudi akan berjuang dan minta pertanggungjawaban oknum PLN Sapudi serta pimpinan PLN ranting Sumenep yaag telah merugikan masyarakat selama 2 bulan itu. (ham)

Bagaimana komentar para pelanggan PLN selama listrik tidak normal? Soeharto pelanggan PLN Desa Pancar mengaku bahwa petugas PLN bagian pengontrol rekening PLN, Sumarto tidak melakukan kontrolan rekening ke setiap rumah, melainkan rekening listrik hanya dihitung di rumah petugas PLN senndiri. Akibatnya, kata Soeharto, biaya beban listrik setelah giliran pemadaman listrik 3 malam hidup, 1 malam mati, bukan menurun melainkan biaya rekening tambah membengkak.

Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Andu pelanggan PLN asal Dusun Wak-Duwak Desa Pancar Kecamatan Gayam. Dikatakan bahwa selama dua bulan berlangsung giliran pemadaman listrik, biaya rekening listrik bertambah besar dari sebelumnya. "Jika sebelum giliran pemadaman listrik terjadi, biaya rekening listrik hanya 9.600, tapi pada saat mengalami giliran pemadaman listrik biaya beban mencapai 10.500," ujar Pak Abdu

Selain itu, beban biaya rekening listrik membengkak, para pelanggan PLN juga mengeluhkan tindakan oknum PLN Sapudi. Menurut Ach Zaini pelanggan PLN dari Dusun Tok-Gung Desa Pancar, banyak masyarakat desa yang dipungut biaya pemasangan sekitar 450 ribu sampai 1-2 juta tidak ada realisasi pemasangan selama 2 tahun lebih. Seperti yang menimpa Zainal Abidin dan Jumadi. Kedua pelanggan ilegal yang hanya dijanjikan untuk nyala sedangkan uang pemasangan bablas.

Dari pantauan Radar Madura di pulau Sapudi, saat keliling sabtu-minggu ditemukan banyak kabel listrik oloran (ilegel) dari rumah-ke rumah. Fenomena ini merata terjadi di seluruh 18 desa di Pulau Sepudi. Jarak kabel listrik oloran ini mulai 1-3 km. Mengenai biaya kabel ditanggung pemasaang ilegal dan biaya pemasangan sekitar 450 ribu -1,2 juta.

Sedangkan desa yang rawan pemasang ilegal diantaranya terdapat di Desa Nyamplong. tiang listrik dimakam Asta Nyamplong, kabel listrik tersalur sampai didusun Srenteng desa Jambuir yang berjarak 3 km. Begitu juga di Dusun Jambuir tengah sampai dusun Jambuir Barat yang berjarak 2 km. Hal serupa juga terjadi di Desa Kalowang, Trebung, Karang Tengah, Parambenan serta seluruh desa di kecamatan Nong-Gonung (ham)