back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Jumat 23 April 1999 |
Kompas |
Pontianak, Kompas
Sudah lebih satu bulan Nurhayati (13) asal SDN di Desa Rambaian, Kecamatan Tebas, dan Muhammad Saturi (14) asal SDN Sarangburung, Desa Beringin, Kecamatan Sambas, pergi ke sekolah tanpa mengenakan pakaian seragam. Ketika mengikuti pelajaran, anak-anak itu merasa seperti bukan ke sekolah.
Mereka adalah dua dari 922 anak pengungsi warga Madura dari Kabupaten Sambas yang terpaksa meninggalkan kampung halaman akibat kerusuhan sosial, dan kini belajar di SDN 51 di seputar Kodya Pontianak yang menampung pengungsi khusus pada petang hari.
Namun sejak hari Rabu (21/4), anak-anak itu bisa tersenyum lagi, karena dapat pergi ke sekolah dengan pakaian seragam, putih-merah. ''Sekarang kami seperti anak-anak yang lain, mengenakan seragam ke sekolah,'' kata Nurhayati tertawa cerah, sesaat setelah
menerima satu stel seragam sekolah dasar.
Sebanyak 600 siswa SD asal Sambas yang ikut diungsikan bersama orangtuanya pada sejumlah lokasi pengungsian di Pontianak, Rabu petang menerima bantuan dari pembaca Kompas. Bantuan itu berupa pakaian seragam sekolah, dan setiap siswa memperoleh satu pasang.
Bantuan berupa 600 setel pakaian seragam SD bernilai Rp 9.600.000 itu secara simbolis diserahkan oleh Koordinator Wartawan Kompaswilayah Kalimantan, Robert Adhi Kusumaputra, kepada Kakanwil Depdikbud Kalbar, Sjech Achmaddin, di halaman SDN 30, Jalan Purnama, Pontianak. Hadir Kandep Depdikbud Kodya Pontianak, Syarif Saleh, empat Kakancam Depdikbud se-Kodya Pontianak, dan 30 guru SD.
Kakanwil Depdikbud Kalbar menyatakan, kepedulian pembaca Kompasini telah ikut mengangkat moral siswa SD yang ikut diungsikan bersama orangtuanya. Selama ini sekalipun ada semangat bersekolah, namun karena tidak mengenakan seragam mereka pun menjadi kecil hati dibandingkan dengan teman-teman siswa lainnya di Kodya Pontianak.
''Karena itu saya optimis pakaian seragam yang disumbangkan pembaca Kompasakan turut meningkatkan semangat belajar mereka seperti ketika masih berada di Sambas,'' ujar Sjech Achmaddin seraya menyampaikan terima kasih kepada segenap pembaca Kompas.
Habibie (13) yang semula bersekolah di SD 18 Rambaian A, Kecamatan Tebas mengatakan, pakaian seragam ini membuat dia bersama teman-temannya yang senasib telah menemukan identitasnya.
"Selama ini ke sekolah tanpa berpakaian seragam rasanya seperti main-main saja. Mengikuti pelajaran tidak tenang dan malu dengan teman-teman yang pakai seragam sekolah," tuturnya. (jan/ksp)