6.000 Paket Sembako untuk Pengungsi Sambas
Surabaya - Surabaya Post
Sekitar 6.000 paket sembako berisi beras, gula pasir, dan supermi sumbangan masyarakat siap disalurkan kepada pengungsi Sambas yang kini tersebar di tempat penampungan di Bangkalan dan Sampang. Bantuan kemanusiaan itu diangkut empat truk TNI-AL.
"Bantuan sosial kemanusiaan tahap pertama senilai Rp 50 juta itu merupakan realisasi dari sumbangan masyarakat --perorangan maupun kelompok-- melalui posko kami," kata Drs Ec. Sudhi Dharma, Ketua Presidium Gerakan Peduli Pengungsi Madura (GPPM), Kamis (6/5) pagi di sela acara pelepasan rombongan misi kemanusiaan ke Madura.
Bantuan natura ini dikemas dalam paket-paket kecil berisi 2 kg beras, 0,5 kg gula pasir dan dua bungkus supermi. Posko GPPM ini juga menyalurkan 2.000 potong pakaian bekas layak pakai, 55 pasang sepatu dan menyediakan bantuan tim medis untuk memeriksa kesehatan pengungsi di kamp-kamp penampungan.
Sejauh ini ia juga menyadari jumlah bantuan kemanusiaan ini masih jauh dari kebutuhan semua pengungsi warga keturunan Madura yang jumlahnya diperkirakan mencapai 20 ribu lebih.
Data jumlah pengungsi terbaru, Selasa (5/5), yang diterima dari posko Satuan Koordinasi Penanggulangan Bencana (Satkorlak) Kab. Bangkalan dan Dinas Sosial Sampang sekitar 12 ribu. Selebihnya, pengungsi dan keluarganya itu ada yang datang sendiri dengan perahu dari Sambas (Kalbar) dan sejumlah pengungsi lainnya datang dari Ambon.
Posko GPPM ini, kata Sudhi Dharma, dibuka setelah ia bersama pengurus lain memantau langsung kedatangan pengungsi etnis Madura dari Sambas di Tanjung Perak. Pantauan itu sejak kedatangan kapal Pelni --KM Bukit Raya-- gelombang I, akhir Maret lalu hingga kedatangan arus pengungsi Sambas gelombang III pada 28 April 1999.
"Kami pun semakin tersentuh setelah mendatangi kamp-kamp pengungsi etnis Madura yang sekarang ini tersebar di 10 kecamatan (48 desa) Kab. Bangkalan dan tujuh kecamatan di Kab. Sampang," jelasnya.
Upaya jemput bola ini, bukan karena ia tidak percaya pada petugas di kamp-kamp pengungsi, tetapi pihaknya ingin menyerahkan bantuan ini langsung kepada mereka yang berhak.
"Sistem jemput bola itu merupakan salah satu amanat dari sejumlah simpatisan yang menitipkan bantuan itu melalui posko GPPM," jelas anggota Posko Kewaspadaan Korem 082 Bhaskara Jaya dan pengurus Badan Musyawarah Antar Umat Beragama (BAMAG) Jatim.
Koordinasi
Pdt. Adolf Antjura S.Th menambahkan, bakti sosial ini murni untuk misi kemanusiaan. Makanya, dukungan dari simpatisan yang peduli terus mengalir, sehingga pihaknya merencana menyalurkan bantuan ini tidak sekali saja, melainkan bertahap.
Menariknya lagi, kata Adolf, ada anggota dari TNI-AL yang dapat mengusahakan empat truk untuk mengangkut paket sembako, pakaian bekas layak pakai dan obat-obatan ke Madura.
Rombongan tim bakti sosial posko GPPM ini sesampai di Madura dipisah menjadi dua kelompok dengan sasaran Bangkalan dan Sampang. Dengan demikian dalam waktu sehari, proses penyaluran paket itu bisa tuntas.
"Untuk kelancaran administratif, kami juga mendapatkan kemudahan dari Bupati Kab. Bangkalan dan Bupati Sampang termasuk jajaran di bawahnya," ujarnya.
Bahkan sebelum penyaluran langsung ini terwujud, GPPM juga sempat berdialog dengan sesepuh masyarakat Madura Moch. Noer (mantan Gubernur Jatim, Red.) sampai tiga kali. "Sesepuh Madura itu pun memberi lampu hijau atas upaya koordinasi yang kami lakukan. Cara ini dinilai dapat menghindari tumpang tindihnya bantuan. Itu artinya orang sama menerima lebih dari sekali," kata Adolf. (ahn)