Ketahanan Masyarakat Madura Teruji
Surabaya Post
Meski Madura digoyang provokator dari Jakarta, namun ketahanan masyarakat Pulau Garam itu masih teruji, terutama dalam menghadapi provokasi dan konspirasi gerakan kelompok tertentu yang berkedok membela agama (Islam).
Pernyataan itu dilontarkan Ketua Pembina Ikatan Keluarga Madura Indonesia (IKMI) Jatim, KH Fuad Amin Imron, Rabu (12/1), menanggapi sinyalemen Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jatim tentang upaya provokator menggoyang kerukunan umat beragama di Madura.
"Saya melihat konspirasi yang dilakukan provokator itu bertujuan merongrong kewibawaan pemerintahan Gus Dur. Salah satunya dengan mengacau ketenangan Jatim dan menggoyang Madura yang sejauh ini jadi barometer kerukunan umat beragama. Alhamdulillah, provokasi itu bisa dipatahkan," ujarnya.
Salah satu tokoh masyarakat Madura ini yakin konsiprasi itu cepat tercium karena peranan ulama dan tokoh masyarakat di Madura serta dukungan media massa.
"Kami meminta media cetak memberikan informasi yang benar, namun penyajian beritanya jangan memancing dan menyulut emosi rakyat untuk balas dendam. Justru beritakan peristiwa tersebut secara proporsional dan menyejukkan," ujarnya.
Menurut dia, sebenarnya upaya menggoyang Jatim dan Madura terasa sejak IKMI menangani arus pengungsi warga keturunan Madura dari Sambas (Kalbar), tahun lalu.
Selain itu, kasus pembunuhan dukun santet di Banyuwangi dan Malang selatan dinilainya sebagai salah satu usaha provokator mengobok-obok kerukunan umat beragama di Jatim.
"Namun upaya tersebut bisa digagalkan berkat kebersamaan ulama, tokoh masyarakat dan media cetak. Saya lihat media cetak punya kekuatan untuk memberdayakan masyarakat dari selebaran isu yang menyesatkan," ulasnya.
Dari pengalaman, masyarakat Madura punya ketahanan prima terhadap isu semacam itu. Sehingga tidak mudah bagi provokator "bermain" di Madura.
Seperti diberitakan Surabaya Post Selasa (11/1), Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Jatim, H M. Farhan, mengingatkan, masyarakat untuk mewaspadai manuver provokator dari Jakarta yang mencoba mengobok-obok kerukunan umat beragama di Madura. Padahal, gerakan yang berkedok membela agama (Islam) itu sebenarnya bertujuan merongrong pemerintahan Gus Dur.
"Kami menengarai sebagian masyarakat Madura diduga telah dihasut oleh kedatangan provokator dari Jakarta beriniasial ES atau AS," katanya.
Dari kedatangan provokator itu, lanjut ia, di Madura sekarang beredar luas selebaran berisi ancaman untuk mengusir pemeluk Nasrani dari Madura, jika pembunuhan, pengusiran dan pembakaran di Kepulauan Maluku dan Sambas (Kalimantan Barat) tidak dihentikan dalam waktu 3x24 jam.
Selebaran itu ditulis di atas kertas berkop Badan Silaturahim Ulama Pesantren Madura (Bassra), ditujukan kepada Pimpinan Dewan Gereja Indonesia (DGI) dan MAWI.
"Namun setelah kami lakukan pengecekan pada pihak-pihak terkait, ternyata Bassra tidak tahu menahu dengan selebaran itu. Bassra yang beranggotakan para ulama pengasuh pesantren di Madura tidak pernah menerbitkan selebaran itu," katanya. (ahn)
|