back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Virtual Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

SURABAYA
Kamis, 13 Januari 2000
Surabaya Post


Kiai Garis Keras Diduga Pembuat Selebaran Madura

Surabaya - Surabaya Post

"Kiai maksimalis" atau kiai garis keras disinyalir Pimpinan Wilayah (PW) Nahdlatul Ulama (NU) Jatim sebagai pembuat selebaran yang membuat suhu Madura kini "panas". Diduga pula, di balik selebaran ini bersembunyi kepentingan politik mengingat para kiai "maksimalis" di Madura itu berafiliasi kepada parpol yang pada Pemilu 1999 menang di Pamekasan.
Ketua PW NU Jatim, Drs H Ali Maschan Moesa MSi, dan Sekretaris, Drs H Mashoedi Mochtar, Kamis (13/1) pagi tadi, mengungkapkan, tengara itu berasal dari laporan Ketua NU Pamekasan, KH Hamid Manan.
Yang dimaksud kiai maksimalis, menurut Maschan, adalah kiai yang beranggapan beragama haruslah 100% (maksimal). "Ibaratnya, orang Islam yang tak bisa Al Fatihah atau tak salat harus disingkirkan," kata Maschan. Di di Madura, menurut dia, memang terdiri atas dua kelompok, yakni kiai NU dan non-NU yang beraliran maksimalis. "Mereka cukup kuat, misalnya di Pamekasan, Bangkalan, atau Sumenep," kata Maschan.
Mashoedi malah lebih gamblang menyebut para kiai maksimalis tadi sebagai kiai garis keras yang beraliran Islam formal. "Mereka di sana sangat anti Kristen. Ancamannya, kalau kasus Ambon tak juga selesai semua orang Kristen harus diusir dari Madura," kata anggota FPKB DPRD Jatim ini.

Apel Akbar

Maschan bahkan mendapat laporan, para kiai maksimalis ini akan menggelar apel akbar masalah Ambon seperti di Monas beberapa waktu lalu. Namun ketika NU Pamekasan mendesak NU Jatim untuk menggelar apel tandingan, Maschan menolak.
"Jangan dulu. Kalau itu kami lakukan, berarti kami membenturkan massa dengan massa, apalagi ini sama-sama massa Islamnya," ujarnya.
Maschan melihat, ada kepentingan politik di balik selebaran itu. "Jadi bukan kepentingan agama, agama hanya alat saja," katanya.
Dijelaskan, para kiai maksimalis banyak yang bergabung dengan PPP yang pada Pemilu 1999 menang di Pamekasan. Jadi, selebaran dan apel akbar itu dinilai sebagai manuver menjaga hubungan partai dengan pemilihnya.
Karena itu, Maschan mengundang para elite di Madura berdialog mengingat masalah sebenarnya adalah politik. "Jangan sampai elite dengan elite bertengkar, dan yang di bawah lalu dilibatkan. Ini urusannya nyawa," katanya mengingatkan.
Untuk itu NU Jatim menyerukan seluruh pengurus NU di Madura siap siaga agar Madura tidak meledak. Pasalnya, jika Madura meledak Jatim pun goyang. Padahal, menurut Maschan, sudah berkali-kali Jatim diupayakan bergolak dengan berbagai rekayasa seperti kasus santet Banyuwangi dan sekarang di Malang.
"Toh nggak berhasil. Maka sekarang jangan sampai jebol," ujarnya.
Meski keadaan sudah memanas, namun NU Jatim masih merasa belum perlu mengerahkan Banser untuk memagari Madura. "Banser bukan pemadam kebakaran, dan kami memang tak ingin Banser berfungsi seperti itu. Kecuali kasus yang jelas sudah berurusan dengan nyawa seperti kasus santet di Malang sekarang," katanya. (nnn)