Zawawi Marakkan Lesehan Budaya
Surabaya - Surabaya Post
BUKAN Zawawi Imron kalau tidak bisa menghidupkan suasana Lesehan Budaya, dalam Secangkir Kopi untuk Indonesiaku di halaman Gedung DPRD Tk. I Jatim. Suara Si "Celurit Emas" saat membacakan puisi-puisinya kadang terasa lembut dan sendu, kadang menghentak dan garang, seolah lengkingnya lepas menembus langit. "Siapa bilang seniman tidak ikut berjuang, siapa bilang seniman tidak reformis," kata Zawawi dalam orasi hati nurani. Hal ini juga terungkap dalam nyanyian dan puisi yang dilantunkan Komunitas Jaguar Surabaya yang banyak mengkritik tentang Pemerintah.
Dalam acara ini juga tampil mantan gubernur Jatim M. Noer yang menghimbau perlunya keseimbangan pendidikan dan ekonomi antara Surabaya dan Madura. "Makanya jembatan Suramadu mesti cepat dibangun karena banyak sekali manfaatnya bagi masyarakat Madura," katanya.
Ini dibenarkan Zawawi yang mengatakan kalau selama ini orang Madura yang pergi menyeberang ke Surabaya ditanya, bila se ongga. Sementara kalau kembali ke Madura ditanya, bila se toron.
Wujud Kekitaan
Zawawi juga mengatakan dalam orasinya bahwa saat ini lebih penting wujud "kekitaan" dari pada "keakuan". Ini bisa diwujudkan dalam bentuk acara kesenian seperti yang sekarang diadakan di halaman kantor DPRD Tk. I Jatim, yang selama ini nyaris tidak pernah dilakukan.
"DPRD itu juga milik aku, aku, aku, dan aku yang kalau dikumpulkan jadi kita. Disini seniman kan rumongso di-wong-kan, mereka juga bisa berorasi dan mengkritik pemerintah," ujarnya.
Dengan kata yang diplesetkan, Komonitas Jaguar Surabaya mencoba mengangkat permasalahan pemerintah, MPR, dan DPR Pusat dalam obrolan santai. Dalam salah satu dialognya mereka mengatakan: "Presiden kita itukan suka main sirkus dan melawak, wakil presiden suka semedi. Sementara ketua MPR yang suka gagap dan bingung, serta Ketua DPRD suka cuci piring."
Komentar ini berlanjut. Seniman lain menyahut, kalau Presiden suka main sirkus dan nglawak itu agar tidak stres, sementara kalau Megawati suka semedi adalah sikap low profile, dan Amien Rais suka gagap dan bingung adalah sikap kehati-hatian. Sementara Akbar Tandjung suka cuci piring maksudnya agar dia cuci karpet demokrasi agar tidak lagi terjadi kekotoran seperti zaman orba. (dew)
|