Komplotan Copet Serbu Feri Ujung-Kamal
TIGA hari menjelang Idul Adha Dermaga Ujung Surabaya diserbu komplotan pencopet dari Wonokromo dan Bungurasih. Mereka selain beroperasi di darat, juga di atas kapal feri penyeberangan Ujung Surabaya-Kamal, Senin (13/3).
Seperti dikatakan Mts (34), mantan copet asal Bangkalan ditemui di Dermaga Ujung, Senin (13/3), sudah sepekan ini puluhan copet yang biasa beroperasi di Pasar Ujung terlihat mondar-mandir mencari mangsa di sekitar dermaga dan kapal feri.
Untuk itu mantan pencopet yang kini beralih profesi penjual sarang burung walet ini mengimbau penumpang feri agar ekstra hati-hati dalam menjaga harta bendanya.
Bapak 3 anak ini merasa prihatin atas ulah copet yang biasa beroperasi di Ujung. Alasannya, karena ulah kawanan pencopet itu secara tak langsung membuat resah calon penumpang kapal feri Ujung-Kamal.
Dia mengetahui kawasan itu diserbu pencopet dari luar Tanjung Perak, setelah dia bertemu Wt seorang pencopet yang sedang beroperasi di atas sebuah feri menuju Kamal.
Wt salah seorang dari 4 pencopet terperanjat, ketika bertemu dengan Mts. Karena Wt 8 tahun lalu satu komplotan dengan Mts saat beroperasi di sekitar Kebun Binatang.
Merasa aksinya kepergok mantan pencopet, Wt mengurungkan niat jahatnya, akhirnya dia bersama rekannya berbincang-bincang dengan Mts. Mereka berpisah setelah kapal feri itu merapat di Dermaga Kamal.
Mts meneruskan perjalanan pulang ke rumahnya, sedangkan Wt bersama rekan-rekannya pindah naik kapal feri lainnya hendak menuju Ujung Surabaya mencari mangsa. "Mereka bilang nekat beroperasi di atas kapal. Karena ruang gerak beroperasi di darat semakin sempit. Karena polisi terus mengintai mereka," katanya.
Apalagi sekarang hendak Idul Adha dan libur sekolah, banyak masyarakat yang menumpang feri, sehingga kondisi itu merangsang para pencopet beraksi.
Selain itu, jumlah pencopet yang beroperasi di Perak semakin banyak. Sebelumnya hanya 8 orang kini menjadi 20 orang. Selain itu sejak Senin (13/3) kawasan ini kebanjiran pencopet dari Wonokromo dan Bungurasih.
Mts berhenti menjadi pencopet setelah 8 tahun lalu tertangkap petugas Polda Jatim dan dijatuhi hukuman 5 bulan. Dalam penjara itu akhirnya membuat dirinya sadar dan akhirnya dia pergi ke sebuah toko milik WNI di Sampit. Satu tahun kemudian dia diajak seorang pedagang sarang burung walet, dan kini dia menekuni perdagangan tersebut.
Matori, salah seorang pedagang buah yang mangkal di Pasar Buah Ujung, mulai merasakan kehadiran para pencopet. "Mulai tadi pagi terlihat banyak pencopet wajah baru berkeliaran di lokasi itu," katanya.
Untuk itu, pihaknya mengharapkan agar polisi segera melakukan "pembersihan" copet. Karena jika tidak, dikhawatirkan sehari sebelum dan sesudah Idul Adha banyak penumpang kapal menjadi korban kejahatan.
Dibekali Bela Diri
Sementara Kepala Cabang armada penyeberangan Ujung-Kamal dari PT Dharma Lautan Utama di Ujung Surabaya, L. Iswanto mendampingi Wakil Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia serta Administrasi PT Dharma Lautan Utama Drs Ec Erwin H.P. ditemui di Ujung, Senin (13/3) mengatakan, untuk mencegah dan menangani kejahatan di atas kapalnya dia telah membekali semua ABK/Anak Buah Kapal-nya dengan ketangkasan teknik bela diri untuk melumpuhkan penjahat.
Selain itu, semua ABK telah siap membantu penumpang kapal yang menjadi korban kejahatan, sekaligus menangkap penjahatnya, jika aksi kejahatan itu dilakukan saat di atas kapal.
"Untuk itu kami mengimbau penumpang yang kebetulan menjadi korban kejahatan segera melapor ke ABK atau nakhoda agar penjahatnya bisa cepat dibekuk. Jika kapal belum merapat, korban segera melapor, agar nakhoda menunda kapal merapat, dan kami bisa melaporkan hal itu ke polisi. Dengan begitu polisi kita ajak naik kapal kecil menuju feri kami dan melakukan operasi," katanya.
Kapolresta KP3 Tanjung Perak Letkol Pol Drs Wijaya Purbaya didampingi Kasat Resersenya Lettu Pol Sumintho SH, akan menyebarkan petugas berpakaian preman. (Bambang Sujarwanto)
|