Selama 45 Hari Madura Rawan Padam: Dari Tiga Kabel Laut, Hanya Satu yang Berfungsi
Surabaya, Surabaya Post
Madura rawan padam. Bila satu jalur kabel laut (sirkit dua) yang menghantarkan listrik membentang Gresik-Kamal kena garuk kapal lagi, Madura akan padam seperti yang terjadi pada awal 1999. Setidaknya selama 45 hari mendatang Madura rawan padam.
Pasalnya, tiga jalur kabel listrik yang menghubungkan Distribusi Listrik Surabaya ke Madura kini tinggal sirkit dua, satu-satunya jalur listrik yang bisa beroperasi. Sedangkan dua jalur lainnya, yakni sirkit tiga kena garuk kapal laut milik perusahaan Singapura, sedangkan sirkit satu kena garuk Kapal Hanoman.
Sementara sirkit satu yang kena garuk kapal milik PT Rukundo, telah diperbaiki, dan memakan waktu hingga 45 hari mendatang. Sementara kabel laut sirkit tiga yang kena garuk kapal milik Perusahaan Singapura, sampai kini masih ditangani pihak asuransi. Sehingga PLN sama sekali belum berani mengusik kabel sirkit tiga.
Oleh karena itu PLN Distribusi Jatim minta semua pihak untuk memahami pentingnya menjaga keamanan kabel laut di selat Madura. "Persoalan ini tidak saja menjadi persoalan PLN, namun juga persoalan masyarakat kelautan dan masyarakat Madura khususnya," ujar Kepala PLN Distribusi Jatim, Ir Budi Hardjanto, ketika tatap muka dengan wartawan di Surabaya, Rabu (11/8) sore.
Soal kerugian, bagi PLN tidak begitu besar, karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kabel laut akan ditanggung asuransi, seperti kerusakan sirkit satu yang sempat digaruk jangkar Kapal Hanoman. PLN mengajukan klaim sekitar Rp 17,5 miliar, sirkit tiga juga demikian.
Namun bagi masyarakat, dampak terhadap listrik Madura padam, maka efeknya multidimensional. Dampak listrik padam akan merembet ke biaya hidup, kesehatan lingkungan, keamanan, produktivitas masyarakat, dan dampak lainnya. "Dampak ini telah disurvei oleh Universitas Bangkalan yang dikomandani oleh Dr Manfread Poppe dari Jerman," ujar Budi.
Patroli Laut
Budi menjelaskan bawah kabel laut yang panjangnya 4.100 meter itu di masing-masing titik daratan dijaga oleh PLN 24 jam. Sehingga kalau ada kapal berhenti di jalur pantauan, langsung ketahuan seperti kapal Hanoman milik PT Rukindo yang berhenti di jalur kabel laut pada 3 Agustus 1999 dini hari.
"PLN tidak bisa menangkap kapal. PLN hanya melaporkan ke Syahbandar. Itu sudah dilakukan sejak pukul 02.20, atau 2 jam sebelum sirkit tiga mengalami gangguan," katanya.
Bahkan 1 jam kemudian atau pukul 03.30 petugas pengawas kabel di sisi Madura juga mengulangi laporannya ke Syahbandar. Saat pukul 04.12 terjadi gangguan kabel, terlihat jelas di kawasan jalur kabel didapati Kapal Hanoman 7 sedang menarik tiga kapal tongkang (Tongkang SB 101, Tongkang Ladung Laut, Tongkang TB Anila).
Ketika regu penyelam mengontrol kabel laut ternyata kabel sudah ketarik jangkar Kapal Hanoman 7 setinggi 14 meter dari dasar laut. Guna mengantisipasi gangguan kabel laut, PLN melibatkan Armatim untuk berpatroli di laut selama 24 jam.
Bila ada kapal berhenti di kawasan emergency, petugas pengawas dari PLN langsung kontak Armatim, yang bisa segera mengusir kapal. "Kalau pihak PLN yang mengusir, dikira perompak," ujar Budi, sembari menambahkan, sebagian biaya operasi patroli dibantu PLN.
Menjawab kemampuan kabel mengaliri listrik, Budi menjelaskan, beban yang digunakan masyarakat Madura maksimal hanya 75 mega Watt. Itu pun dikonsumsi selama empat jam, yakni pukul 18.00-22.00, sedang siang hari hanya 40 mega Watt. Sementara satu jalur listrik --sirkit dua-- berkemampuan 120 mega Watt. "Dari segi teknis, satu sirkit sudah cukup melayani kebutuhan listrik Madura," ujarnya. (ben)
|