back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Kamis 25 Maret 1999 |
Kompas |
Sambas, Kompas
Wilayah terpencil di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, seperti Kecamatan Paloh dan Telukkeramat di ujung utara, hingga Rabu (24/3), masih diselimuti ketegangan. Di dua kecamatan yang hanya dapat dijangkau dengan menyeberangi Sungai Sambas Besar itu, ditemukan belasan jenazah dan ratusan rumah yang dibakar.
Dengan penemuan tersebut, berarti jumlah korban tewas dalam kerusuhan sosial yang meledak sejak awal pekan lalu meningkat menjadi 176 jiwa. Data yang diperoleh Kompas dari Posko I Pemda Kalbar di Pontianak, menyebutkan, selain korban tewas, jumlah rumah yang dibakar mencapai 2.324 unit. Sedangkan rumah yang dirusak 161 unit.
Laporan terakhir menyebutkan, sebanyak 408 warga Madura yang tersasar ke pelabuhan Sematan, Lundu, sekitar 108 km dari Kuching, ibukota negara bagian Sarawak, Malaysia Timur, Jumat sekitar pukul 02.00, bertolak kembali ke Pontianak menggunakan Kapal Motor Anugerah Makmur. Jumlah yang tersasar sebenarnya 411 orang. Tetapi satu keluarga terdiri tiga jiwa terpaksa "dititipkan" di Lundu, mengingat si-Ibu baru saja melahirkan.
Keterangan LO Polri di Konsulat RI di Kuching Mayor (Pol) Herwan Chaidir menyebutkan, mereka tersasar ke Sarawak ketika hendak menjauhkan diri dari kerusuhan di Kalbar.
Warga Madura yang berasal dari Desa Paloh di Pemangkat, Kalbar itu meninggalkan Paloh, Selasa lalu menuju Pontianak.
Di tengah jalan, kapal motor Perniati yang mereka tumpangi mendapat serangan, sehingga perjalanan membelok ke arah Sematan, Lundu, Sarawak.
Ulama Madura
Sementara itu, ulama Madura dalam pernyataan tertulis yang ditandatangani KHR Fuad Amin Imron menyatakan, bahwa masyarakat Madura -terlepas dari kekurangannya -, sangat menghargai etnis lain dan mudah bergaul serta beradaptasi dengan warga lain tanpa memandang perbedaan suku, agama, dan etnis. Juga terkenal sangat ulet dalam menantang hidup, sehingga banyak sukses dalam segala usahanya dan tersebar di seluruh Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Demikian pula, sangat patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan pemerintah sebagai masyarakat berbangsa dan bernegara.
Oleh sebab itu, tulis pernyataan itu lebih lanjut, ulama Madura menyatakan prihatin dan belasungkawa sedalam-dalamnya atas korban tragedi Sambas yang terjadi antara kelompok etnis Dayak dan Melayu dengan kelompok etnis Madura yang telah banyak memakan korban jiwa, harta benda, dan martabat manusia.
Mengimbau pemerintah, khususnya aparat ABRI maupun Polri untuk segera mengambil tindakan tegas dan cepat dengan tanpa memihak, serta mengimbau pemerintah untuk dapat menjamin keamanan dan keselamatan jiwa etnis Madura yang sedang dalam keadaan terdesak. Disamping itu mendesak pemerintah untuk segera mengadakan rekonsiliasi antara etnis yang bertikai di Kalbar.
Ulama Madura juga mengimbau pemerintah agar tidak memulangkan warga Madura yang sudah bertahun-tahun berada di Kalbar, sesuai dengan haknya sebagai warga negara, agar tidak menimbulkan masalah-masalah baru, karena Kalbar adalah bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tegang
Ketegangan di Kecamatan Paloh, sekitar 300 km dari Pontianak terjadi sejak Senin tengah malam lalu. Namun hingga Rabu siang kemarin, masih terlihat massa mengenakan ikat kepala kuning dan merah. Sebagian lagi masih melakukan pembakaran rumah dan kendaraan milik warga Madura.
Rumah-rumah yang dibakar berlokasi di Desa Tanah Hitam, Malek, Nibung di Kecamatan Telukkeramat, serta di Liku (ibu kota Kecamatan Paloh), Desa Sebubus, dan Desa Setinggak. Jumlahnya lebih dari 500 buah.
Suasana mencekam juga masih menyelimuti Desa Dusun Senangi, Desa Lela, Kecamatan Telukkeramat di sebelah utara Kabupaten Sambas. Di perkampungan ini, menurut saksi mata, sekitar 200 rumah dibakar massa dan ditemukan puluhan jenazah yang dibunuh massa pada hari Selasa siang hingga malam. Puluhan lainnya tergeletak di dalam hutan di sekitar Senangi.
Sebanyak 150 petugas keamanan yang tergabung dalam Pasukan Penindak Rusuh Massal (PPRM) tiba di Paloh petang hari. Mereka tiba di dermaga Telukkalong (Telukkeramat) setelah truk-truk yang mengangkut mereka menyeberang Sungai Sambas Besar dengan feri KMP Merawan II. Pasukan itu dipimpin Kapolres Sambas Letkol (Pol) M Nurdin dan Wakil Komandan PPRM Letkol (Pol) Johny W Usman. Pasukan PPRM akan disebar ke dua kecamatan yang terpencil itu.
Pontianak
Gelombang pengungsian dari Kabupaten Sambas masih terus bertambah. Sepanjang hari Rabu, jumlah pengungsi yang tiba di Pontianak kurang lebih 2.800 jiwa. Di antaranya ada tiga perempuan yang baru dua hari melahirkan bayi. Mereka adalah Ny Midah (21), Ny Saritah (22), dan Ny Sari'ah (35). Ketiga ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
Pengungsi yang telah tiba di Pontianak diperkirakan telah mencapai kurang lebih 16.500 jiwa. Namun yang diamankan di sebelas lokasi pengungsian di kota itu hanya sekitar 13.191 jiwa. Sisanya ditampung pada rumah keluarga.
Untuk itu Pemda Kodya Pontianak menginstruksikan kepada para Lurah agar segera mendata warga baru di wilayahnya. Pendataan ini dinilai penting untuk memudahkan pengawasan dan koordinasi dengan Pemda Kalbar dalam upaya rehabilitasi serta relokasi pengungsi pasca kerusuhan sosial. (ksp/jan/*)