Sumenep, Kompas
Sedikitnya 4.000 santri di Pondok Pesantren Annuqayah Prenduan, Sumenep, terpaksa belajar dengan penerangan lampu minyak (teplok) akibat terputusnya aliran listrik ke seluruh Madura sejak hari Jumat lalu.
"Sepertinya kami harus kembali ke zaman kuno, pakai lampu teplok," ujar Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah KH Moh Tsabit Khazin, yang juga Ketua MUI Kabupaten Sumenep, Minggu (21/2) malam. Pondok pesantren itu terletak 26 kilometer sebelah timur Pamekasan.
Aliran listrik PLN ke seluruh Pulau Madura putus total, setelah kabel listrik dasar laut (submarine cable) jebol akibat tersangkut kapal yang sedang lego jangkar di sekitar perairan Gresik - Surabaya. Mantan Dirut PLN Djiteng Marsudi, di Jakarta, Minggu, mengatakan, terhentinya aliran listrik PLN di seluruh Pulau Madura, yang diperkirakan akan berlangsung lebih dari satu bulan, sudah pantas disebut bencana nasional. Sebab, kerugian yang diakibatkan tidak hanya dari segi material yang nilai bisa mencapai puluhan milyar rupiah, tetapi dari segi sosial politis.
"Dengan kejadian ini pemerintah harus mengusut tuntas dan menuntut kapal yang diduga telah menyebabkan jebolnya kabel bawah laut tersebut. Sebab, pengalaman serupa pernah dialami oleh PT PLN. Namun, ganti rugi yang diterima tidak seimbang dengan tuntutan yang diminta," kata Djiteng.
Setelah mencek ke lapangan, Djiteng menjelaskan, kapal yang diduga sebagai penyebab jebolnya kabel tersebut, ternyata tidak menaati rambu-rambu lalu lintas laut. Akibat kejatuhan jangkar, maka kabel listrik bawah laut tersebut rusak atau putus.
Menurut Djiteng, untuk pasokan tenaga listrik ke Pulau Madura, PLN mengalirkan tiga buah kabel bawah laut, masing-masing berkekuatan 120 MW. Tetapi satu kabel di antaranya sudah lebih dari satu tahun mengalami kerusakan dan sampai saat ini belum selesai direparasi. Dan, dua kabel lainnya rusak atau putus terkena lego jangkar tersebut.
Untuk perbaikan kabel bawah laut yang menghubungkan Pulau Madura itu, menurut Djiteng, memerlukan waktu lebih dari satu bulan. "Sebab, kita masih harus mendatangkan tenaga ahli yang bisa memperbaiki dan memasang kabel bawah laut. Dan, untuk itu PLN memerlukan dana yang besar," kata Djiteng.
Mengenai peluang kerugian yang akan diderita PLN, menurut Djiteng, itu bisa dihitung. Kalau dalam listrik padam sebulan, maka rata-rata kebutuhan listrik Madura sekitar 40 MW dikalikan 720 jam (selama 1 bulan) dan dikalikan Rp 200.000 per MW atau sekitar Rp 5,7 milyar. Peluang pendapatan PLN yang hilang ini belum termasuk kewajiban PLN memberikan ganti rugi kepada masyarakat. Sebab, menurut ketentuan apabila listrik mati selama 3 kali 24 jam, maka PLN harus memberikan ganti rugi.
Jangan terlalu lama
Dari Pamekasan dilaporkan, suasana bekas ibu kota karesidenan Madura itu terasa lebih sepi dari hari-hari sebelum aliran listrik PLN mati total. Toko-toko tutup lebih sore meski sebagian memiliki genset atau lampu petromak. Bahkan alun-alun Pamekasan pun terkesan lebih lengang.
Direktur RSU Pamekasan dr Sukarno Kasmuri menjelaskan, untuk sementara rumah sakit yang dipimpinnya tak terganggu dalam menjalankan pelayanan, meski aliran listrik PLN padam. "Mudah-mudahan tak terlalu lama," harap Sukarno.
Rumah sakit itu memiliki generator yang berkekuatan 138 KVA. Sejak Jumat petang lalu generator itu dioperasikan siang-malam, dan dijaga operator. Tetapi pada pukul 14.00-17.00 dan pukul 05.00- 07.00 harus diistirahatkan (dimatikan) untuk perawatan dan pendinginan mesin.
Sejak Sabtu direktur rumah sakit itu sudah mengajukan permintaan bantuan genset dengan kekuatan 100 KVA ke PLN Pamekasan. Tetapi hingga hari Minggu malam bantuan itu belum tiba. Maksudnya, dengan genset bantuan, generator rumah sakit tidak harus terus-menerus dinyalakan dan bisa bergantian dengan genset bantuan PLN.
Rumah Sakit Umum bertipe C itu memiliki 111 tempat tidur. Sementara dokter spesialis yang ada di sana jumlahnya 11 orang, yakni spesialis anak, bedah, penyakit dalam, penyakit paru, radiologi, patologi klinik, mata, syaraf, dan THT. Sedang dokter kandungan dua orang.
Ulangan umum
Akibat putusnya aliran listrik, bukan hanya masyarakat pelanggan perusahaan air minum (PDAM) yang terganggu, tetapi juga anak-anak sekolah. Apalagi Senin (22/2) dilaksanakan evaluasi hasil belajar catur wulan II. Dan sejak Rabu lalu hingga minggu depan SLTP dan SMU juga menghadapi evaluasi hasil belajar. Para pelajar juga kesulitan melakukan fotokopi. Mereka harus pergi ke Surabaya.
Hartono salah seorang karyawan staf Perum Garam Kalianget (Madura) melukiskan, lingkungan perumahan di mana dia tinggal terasa lebih sunyi. Di komplek perumahan Perum Garam Kalianget yang dihuni kurang lebih 100 keluarga itu umumnya menggunakan lampu teplok. Hari Jumat petang, Hartono mengaku beli lampu teplok dengan harga Rp 2.500 dan Rp 5.000. Selain itu juga siap lilin.
(mm/ose)