Pompanisasi Lahan Kering di Banyuates
Surabaya - Surabaya Post
PLN Distribusi Jawa Timur kini mengembangkan program pompanisasi lahan kering sebagai upaya untuk mendongkrak penjualan energi listrik yang tahun ini ditargetkan 10.400.000 MWh.
Setelah sebelumnya menggalakkan pompanisasi lahan kering di Magetan (3 unit) dan Bojonegoro (6 unit) kemarin giliran pengoperasian 1 unit pompa di Desa Trapang, Peteran Banyuates - Sampang.
Untuk keperluan tersebut, Pemimpin PLN Distribusi Jawa Timur, Ir Budi Harjanto mengatakan pihaknya telah menginvestasikan dana Rp 49 juta/unit pompa lewat koperasi Sumber Tirto. Dana tersebut diberikan melalui program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) dengan bunga murah 5% per tahun dengan jangka waktu 5 tahun.
Petani selaku anggota koperasi setempat -- tanpa menyerahkan agunan -- berkewajiban membayar cicilan melalui bagi hasil dengan setoran 19% per tahun. Setelah lima tahun, kepemilikan pompa bantuan sepenuhnya diserahkan ke petani.
Budi menambahkan program pompanisasi lahan kering yang dikerjakan bersama LSM Pemberdayaan Masyarakat Pertanian (PMP) yang kini tengah digalakkan di daerah-daerah tandus di Jawa Timur sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani.
"Jika sebelumnya dengan mengandalkan air hujan petani maksimal hanya mampu melakukan tanam dua kali setahun kini bisa menjadi tiga kali karena suplai air pengairan lebih terjamin," katanya.
Untuk tahap awal, program pompanisasi di Banyuates mampu mengairi areal sawah secara langsung seluas 37 hektare. Namun diupayakan dalam beberapa bulan kemudian bisa untuk mengairi areal seluas 60 hektare.
Karena banyaknya lahan kering di daerah Sampang yang selama ini mengandalkan air hujan, menurut Budi pihaknya akan terus melakukan pengembangan program pompanisasi. Hingga tahun depan ditargetkan ada 50 unit pompa.
Budi mengakui, melalui program pompanisasi tersebut ada target yang ingin dicapai yakni peningkatan penjualan daya listrik yang tahun ini ditargetkan 10.400.000 MWh untuk menutup kerugian PLN yang hingga akhir 1999 diprediksi mencapai Rp 300 Miliar.
"Itu hanya tujuan akhir, justru yang ingin kami bangun dulu adalah peningkatan pendapatan petani," katanya.
Dengan meningkatnya pendapatan petani, lanjut Budi maka berbagai sektor usaha di lingkungan pedesaan tersebut akan tumbuh. Dari sinilah diharapkan konsumsi listrik dapat meningkat secara significant.
Sementara itu Ketua LSM PMP Tatak Madjid mengatakan dalam program pompanisasi tersebut pihaknya bertindak selaku lembaga mediasi antara petani dengan koperasi Sumber Tirto yaitu mulai penyusunan proposal, pelatihan pertanian hingga back up pembayaran penggunaan listrik petani sebelum pertaniannya berhasil.
Tatak menilai program pompanisasi bermanfaat dan menguntungkan petani karena penggunaan pompa yang digerakkan dengan tenaga listrik jauh lebih murah.
Disebutkan, jika menggunakan pompa disel tarif sewanya cukup mahal mencapai Rp 3,6 juta per hektare per musim tanam sementara jika menggunakan tarif listrik diperkirakan biaya operasionalnya tak sampai separonya dalam sebulan. (tis)
|