3 Polisi Gugur, Diteriaki Ninja, Dihajar Massa
Padahal Ditugasi Tangkap Penadah di Bangkalan
Surabaya, JP.-
Jajaran petugas kepolisian Surabaya
berduka. Tiga serse anggotanya gugur ketika menjalankan tugas di Madura. Mereka dihakimi
massa pada saat mau menangkap Musa, yang diduga kuat sebagai penadah kendaraan curian di
rumahnya dusun Umbul-Umbul, Daleman, Galis Bangkalan.
Enam anggota polisi teman mereka --dua di
antaranya dari Polsek Blige yang mendampingi rombongan Surabaya-- berhasil menyelamatkan
diri. Sebagian dari mereka bersembunyi di sungai dan di dalam lumpur begitu massa terus
mengejar mereka. Lalu, ketika hari gelap, mereka diam-diam keluar dari desa.
Ketiga polisi tersebut seluruhnya anggota
Unit Reaksi Cepat (URC) Polwiltabes Surabaya. Mereka adalah Serda Mohammad Hadiri, Serda
Mohammad Dahlan, dan Serda Yanus A Parembong. Mereka bertiga satu angkatan dan sama-sama
kelahiran 1975. Oleh Wakapolda Jatim Brigjen Pol Sudirman Ail yang kemarin datang ke
Madura, para pahlawan polisi ini pangkatnya langsung dinaikkan satu tingkat menjadi Sertu
Anumerta.
Ketiga bintara polisi ini tewas amat
mengenaskan. Mereka ditemukan dalam posisi kedua tangan terikat. Sekujur tubuh mereka yang
robek akibat luka bacokan penuh dengan lumuran darah. Selain itu, senjata api milik Hadiri
dan Yanus hilang. Yang ditemukan polisi cuma pistol milik Dahlan. Itupun sudah
rusak, kata polisi yang mengaku ikut mengevakuasi mayat korban dari tempat
kejadian.
Jenazah para korban ditemukan di tempat dan
waktu yang berbeda. Namun semuanya wasih di wilayah Daleman, Galis itu. Yang pertama kali
ditemukan mayat Yanus sekitar pukul 21.00 Sabtu malam. Keesokan harinya baru giliran mayat
korban lainnya ditemukan tergeletak di jalanan. Mayat Dahlan pukul 07.00 Minggu pagi. Lalu
sejam kemudian mayat Hadiri, yang asli Borneh Bangkalan itu.
Korban polisi yang tewas itu sedianya mau
menangkap tersangka Musa. Mereka berangkat dari Surabaya pukul 13.30 naik Panther.
Rombongan ini berjumlah 7 orang dipimpin Kasubnit Resmob (Reserse Mobil) Letda Nyoman Gede
Artha SH. Tiga anggota rombongan lainnya juga dari Resmob. Yaitu Serka Bambang Iswanto,
Sertu Mohammad Ali dan Sertu Tri Joko.
Ketujuh petugas berpakaian preman ini
sampai Madura pukul 15.30. Mereka segera ke Polres Bangkalan untuk melakukan kordinasi.
Lantas, diarahkan ke Polsek Blige. Dari situ mereka diantar masuk oleh dua petugas Polsek
masuk ke dusun tempat tinggal Musa, Sertu Didik dan Sertu Firman. Seorang berpakaian
preman dan seorang lagi berseragam polisi. Itu sekitar pukul 16.00.
Untuk menunjukkan rumah Musa, Letda Gede
dan anak buahnya membawa tersangka Laura Ali, anak buah Musa yang sebelumnya sudah
ditangkap polisi. Sebab, dari penyidikan terhadap Ali inilah diketahui kalau
Musa sebagai penadah kendaraan yang dicuri Ali. Jadi tujuan ke Madura ini, selain untuk
menangkap Musa juga mengambil sejumlah barang bukti motor curian di rumahnya,
papar seorang polisi.
Namun, naas menimpa rombongan polisi ini.
Kehadiran mereka ternyata diketahui Musa. Ia langsung kabur lewat belakang begitu
mengetahui polisi mau menangkapnya. Lalu, Musa masuk mushalla dan teriak-teriak lewat
pengeras suara, PKI... PKI.... maling.... maling...ninja...ninja. Teriakan ini ditujukan
kepada polisi-polisi yang datang ke rumahnya itu.
Akibatnya, dalam waktu singkat, ratusan
massa langsung datang dan mengepung polisi. Letda Gede berusaha menenangkan massa dengan
menunjukkan identitas dan surat perintah penangkapan Musa. Tapi massa tidak menggubris.
Mereka malah berusaha menyerang polisi dengan berbagai macam senjata tajam yang mereka
bawa.
Panther abu-abu metalik yang mereka pakai
juga menjadi sasaran amuk massa. Mobil tersebut ringsek berat. Seluruh kacanya hancur
lebur dan bodinya penyok. Selain itu, perangkat di dalam mobil seperti tape, dashboard
sampai accu dan dinamo amphere ikut amblas disikat massa. Semua jok dan roda mobil robek
disayat-sayat dengan senjata tajam.
Melihat kondisi demikian, polisi melepas
tembakan peringatan ke udara. Namun, karena massa terus merangsek maju, Letda Gede
memerintahkan anak buahnya untuk melarikan diri. Mereka kabur dengan cara berpencar. (mam)