PadepokanVirtual's
Serambi PANEPEN
Internet Based Life-long Learning Environment

Webmaster

Iskandar Zulkarnain
Chief Executive Editor

Informasi

PadepokanVirtual

Mailing List


Jika ingin bergabung dengan
PadepokanVirtual Mailing List,
masukkan alamat E-mail Anda
disini:



URL

http://w3.to/padepokan
http://welcome.to/madura
http://travel.to/kampus

    Last updated:
    April 25, 2000
     



Antara Keseimbangan Kosmologi dan Teknologi
Sejak dulu, nenek moyang kita telah memiliki konsep keseimbangan kosmologis. Salah satu bukti di antaranya adalah karya monumental Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 Masehi, salah satu dari "10 keajaiban dunia". Rapuhnya keseimbangan kosmologis inilah yang antara lain membuat krisisnya kepribadian bangsa Indonesia saat ini, sehingga di mana-mana muncul chaos dan anarkisme yang mengganggu keseimbangan, keharmonisan, dan keselarasan kosmologis itu. Hal-hal demikian yang ditangkap oleh Dosen Filsafat Universitas Gajahmada (UGM), Yogyakarta, Dr Damardjati Supadjar, M.Sc.

Mencari Tuhan-tuhan Digital
PERKEMBANGAN cyberspace - sebagai salah satu bentuk pencapaian mutakhir teknologi informasi - telah membawa perubahan yang besar pada berbagai sisi kehidupan manusia, termasuk sisi kehidupan spiritualitas dan keberagamaan. Meskipun sangat banyak manfaat yang ditawarkannya terhadap kehidupan spiritualitas,cyberspace pada kenyataannya penuh dengan paradoks-paradoks spiritualitas. Paradoks antara fungsinya sebagai media komunikasi keagamaan atau ia sebagai ''agama'' itu sendiri; antara kegunaannya sebagai penyalur daya spiritualitas atau ia sebagai ''spiritualitas'' itu sendiri; antara hakikatnya sebagai ''pengingat kesucian'' Tuhan atau ia sebagai ''Tuhan'' itu sendiri.

Kearifan Spiritual
Spirituality, Yes, saya kira Naisbitt benar, dan memang harus dibenarkan. Tetapi, Organized Religion, No, saya kira Naisbitt "salah," dan memang harus "dikoreksi". Karena, hampir semua agama besar di dunia ini, entah itu Kristen, Islam, Yahudi, Hindu maupun Buddha, sudah terlembagakan secara formal. Maka, penolakan terhadap semua agama formal, berarti secara sengaja memilih menjadi "a-theis".

Demam Tasawuf
''Ia datang bagai mutiara peradaban'' begitulah pamflet dari penerbit Mizan Bandung, menyambut kedatangan Prof Annemarie Schimmel. Dalam ceramah umumnya di Perpustakaan Nasional 25 Februari lalu, yang bertemakan ''Tasawuf dan Relevansinya untuk Dunia Modern'' hadir lebih dari 600-an orang, yang membuat auditorium Perpustakaan Nasional yang besar itu pun menjadi pengap. Bayangkan, sebuah acara ceramah ilmiah keagamaan dihadiri oleh begitu banyak peminat yang bersemangat!

Sunan Bonang dan Peranan Pemikiran Sufistiknya
Maraknya pengajian tasawuf dewasa ini, dan kian bertambahnya minat masyarakat terhadap tasawuf memperlihatkan bahwa sejak awal tarikh Islam di Nusantara tasawuf berhasil memikat hati masyarakat luas. Minat tersebut boleh serius, boleh setengah serius, atau sekadar ingin tahu. Namun yang jelas pengaruh dan peranan tasawuf, yang menjamin keberadaan dan relevansinya, ternyata tidak pudar sejak dulu sampai sekarang. Itu pun juga dengan sedikit mengabaikan penyimpangan-penyimpangan, yang boleh saja terjadi, sebagaimana penyimpangan boleh juga terjadi dalam amalan ilmu dan gerakan keagamaan nontasawuf.

Asal Usul Islam
Suatu agama, baik yang mengaku sebagai agama wahyu maupun tidak, tidak bisa lepas dari pengaruh situasi asal-usulnya yang kompleks. Adanya campur tangan Tuhan sekalipun, tidak bisa terlepas dari pengaruh-pengaruh ini. Teologi Islam, sebagaimana dinyatakan oleh Al-Qur'an, tidak mengenal konsep campur tangan Tuhan yang semena-mena, bahkan dalam teologi Asy'ariah sekalipun. Pernyataan Al-Qur'an dalam masalah ini sangat jelas. "Kamu tidak akan pernah menemukan perubahan apa pun pada sunnah Allah".1 Bahkan pahala dan siksa Tuhan, berbeda dengan teologi Calvinis, bukan atas dasar tindakan Tuhan yang semena-mena. Al-Qur'an menyatakan, "Tidak ada sesuatu pun bagi manusia, kecuali apa yang diupayakan".2

Prisma Pergeseran Budaya Jawa
ke Budaya Indonesia

SEMUA agama dan budaya mempunyai hari-hari yang diagungkan, menjadi "hari besar" atau "hari raya". Dalam agama Islam, hari raya yang canonical atau sah dan resmi menurut ajaran agama itu sendiri ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Sedangkan hari-hari raya Islam yang lain, seperti Tahun Baru Hijrah, Maulid Nabi, Isra'-Mi'raj dan Nuzulul Qur'an, adalah hari raya "budaya Islam", bukan hari raya "agama Islam". Karena itu, beberapa negara, seperti Arab Saudi dan sekitarnya yang menganut aliran pemikiran atau mazhab Hanbali dalam tafsiran Muhammad Ibn Abdul Wahhab, selain Idul Fitri dan Idul Adha tidak ada hari yang dirayakan sebagai bagian dari Keislaman, walaupun mereka merayakan hari-hari nasional mereka, yang sama sekali "sekular".


We welcome your comments regarding
how we can make this better web site and hope you enjoy the PadepokanVirtual

© Copyright 1998-1999 PadepokanVirtual
All Rights Reserved
All Wrongs Re-Engineered