Gus Dur Melakukan Kunjungan Spiritual ke Madura
PRESIDEN Abdurrahman Wahid saat melakukan perjalanan spiritual ke makam Kiai Damanhuri, Batu Ampar, Pamekasan, Madura, akhir pekan lalu, konon setelah mendapat masukan dari seorang auliya'illah dari Aceh, Abu Ulailah.
Abu Ulailah membisiki bahwa Gus Dur harus berziarah ke Pulau Madura. Namun di Pulau Garam ini ada tiga makam ulama besar, antara lain Syaechona Moch. Cholil, Martajasah, Kab. Bangkalan, Syekh Damanhuri, Batu Ampar, Kab. Pamekasan, dan Sayyid Yusuf, Talango, Kab. Sumenep.
"Beliau menjawab sendiri ke Kiai Damanhuri, yang berarti ke Batu Ampar. Saya beberapa waktu lalu mengatakan pada Bapak Gubernur. Pak Imam saya ingin ke Batu Ampar, diam-diam, tetapi nyatanya begini, ya sudah," kata Presiden Abdurrahman Wahid disambut tertawa yang hadir.
Memang termasuk dalam rombongan Gus Dur di antaranya ibu negara Sinta Nuriyah, putrinya (Yeni Yanuba), Menhutbun Noermahmudi Ismail, Menkop/PKM Zarkasih Noer, Gubernur Jatim Imam Utomo. Terlihat juga Pembantu Gubernur Wilayah VI Madura di Pamekasan, Kapolwil Madura, Bupati Pamekasan, dan Bupati Sampang.
Di Pemakaman Batu Ampar, Presiden bersama Ibu Sinta Nuriyah dan putrinya, membacakan doa tahlil kepada Kiai Damanhuri, yang dipimpin KH Sidqi Mudhar (Wakil Ketua Syuriah PW NU Jatim). Beberapa menit kemudian dilanjutkan pembacaan doa yang dipimpin KH Ramli Damanhuri. Tuan rumah juga meminta Gus Dur agar membacakan doa.
Dalam acara silaturahim di kediaman KH Ramli Damanhuri, Presiden Abdurrahman Wahid mengatakan, kedatangannya ke Madura dengan harapan bantuan doa demi tegaknya persatuan dan kesatuan negara RI. "Jadi intinya, memintakan barokah agar supaya keutuhan Indonesia terjamin," kata Gus Dur, yang disambut amin dari hadirin.
Dengan beban tugas negara yang cukup berat bagi Presiden Abdurrahman Wahid dalam situasi yang mengarah pada disintegrasi bangsa, keturunan Syekh Damanhuri mengaku ikut prihatin. Sebagai bentuk kepedulian kepada Presiden, KH Romli mewakili keluarga menyerahkan barang pusaka peninggalan leluhurnya, berupa keris berbungkus sarung warna merah, kepada Gus Dur.
Presiden Abdurrahman Wahid juga mengisahkan, malam Jumat lalu diminta KH Abdullah Siddiq, Kediri, untuk datang ke makam Sunan Kalijogo, di Kadilangu, cuma berdua saja tanpa orang lain. Di makam itu Gus Dur mendengar "suara" dari dalam kuburan yang mengatakan jangan khawatir menghadapi apa pun.
Gus Dur oleh Sunan Kalijogo diminta untuk berziarah ke makam KH Hasyim Asy'ari, kakeknya yang pendiri NU, di Tebu Ireng, Jombang. Maksudnya, untuk meminta surban pemberian Wali Songo kepada neneknya saat menjaga Indonesia sewaktu NU didirikan.
Namun Gus Dur, ternyata tidak bisa mengambil surban, baik secara fisik maupun simbolik. Sebagai gantinya Gus Dur meminta adiknya Abdul Hakam bin Khaliq Hasyim membacakan surat Al Kahfi di makam KH Hasyim Asy'ari. (kas)
|