Meski dalam suasana pemilu, namun ratusan pengungsi dari Sambas, Kalimantan Barat, masih terus berdatangan ke Madura melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Rabu (9/6) pagi tadi.
Mereka pun membawa aneka cerita. Di antaranya mereka mengaku dilarang mendaftarkan dirinya menjadi calon pemilih oleh suku Melayu yang mendominasi Kota Sambas. Padahal mereka diketahui mempunyai hak untuk mengikuti pemilu.
Hal itu terjadi saat pendaftaran berlangsung. Jika calon pemilih dicurigai sebagai suku Madura, mereka tidak boleh mendaftarkan diri pada panitia yang semuanya dari suku yang berkuasa di Sambas.
Dan ketika warga dari suku Madura di Sambas mendesak minta didaftar, panitia di kecamatan mengatakan bahwa pendaftarannya bukan di sini, tapi di kelurahan. Tapi ketika warga dari suku Madura pergi ke kelurahan, di sana mereka diimbalkan lagi ke kecamatan. Begitu seterusnya. Akhirnya warga Madura di sana pun frustrasi dan tidak mendaftar.
"Kami merasa sangat kesulitan di Sambas. Memang suasana di sana telah terlihat tenang, namun intimidasi dan pemaksaan kehendak masih terus berlangsung hingga sekarang. Juga masalah pemilu ini, hak-hak kami untuk memilih dilarang dan ditindas. Akibatnya kami tidak bisa nyoblos," kata H Hassan (53), asal Bangkalan. Dia telah 29 tahun berada di Sambas bersama 5 orang anggota keluarganya untuk bekerja.
Bersama sekitar 15 orang suku Madura lainnya di Sambas, mereka pulang kembali ke Madura. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan rombongan kecil pengungsi Sambas lainnya. Jumlah mereka pun kian banyak. Apalagi ketika sampai di Pontianak, ratusan warga Madura yang akan pulang pun jumlahnya ratusan. Akhirnya mereka secara bersama-sama menumpang KM Bukit Raya.
Namun sayang tiket penumpang kelas ekonomi yang biasanya dipotong 50% untuk pengungsi Sambas, kini tidak lagi bisa dinikmati. Mereka harus membayar penuh sekitar Rp 90 ribu. (iwa)