Kerusuhan yang meletus kembali di Singkawang, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, menurut Kepala Kejaksaan Tinggi Kalbar, Moch. Ghalib SH, merupakan rentetan dari kasus sebelumnya. Suku Madura yang dinilai memulai kerusuhan, tampaknya sudah tidak diterima lagi oleh suku Dayak dan Melayu.
"Ini semua akibat ulah pendatang-pendatang dari Madura yang tidak mengerti situasi, akibatnya, orang keturunan Madura yang sudah berpuluh-puluh tahun hidup rukun berdampingan di Sambas ikut menjadi korban," ujar Kajati Kalbar kelahiran Sampang yang dihubungi pertelepon Selasa (6/4) siang tadi.
Menurut Kajati Kalbar, kerusuhan di Sambas sudah berlangsung sekitar tujuh kali sejak 1970, namun yang terakhir ini merupakan terbesar dan akumulasi dari kejengkelan suku Dayak dan Melayu terhadap ulah oknum-oknum pendatang dari Madura. Akibatnya, orang-orang keturunan Madura yang sudah bermukim di Sambas sejak awal 1900-an itu ikut menanggung dosa perusuh.
Menurut Moch. Ghalib, kasus kerusuhan itu bermula dari preman asal Madura yang tertangkap sedang melakukan pencurian di permukiman suku Melayu. Pencuri ini digebuki massa, namun akhirnya dilepas. Kemudian pencuri ini melapor ke orang-orang Madura.
Terbakar oleh laporan preman ini, sekitar 200 orang asal Madura menyerbu kampung Melayu, dan mengkibatkan tewasnya tiga warga Melayu. Perselisihan itu akhirnya dapat didamaikan. Namun muncul lagi kasus seorang suku Madura naik angkot tidak mau bayar, bahkan menusuk kernet hingga tewas.
"Akibat ulah segelintir orang asal Madura yang tidak tahu suasana di Sambas, akhirnya orang keturunan Madura yang tidak tahu apa-apa ikut menjadi korban. Kebencian itu sudah memuncak, akibatnya ya seperti sekarang ini. Kalau sudah begini, ya tidak tahu lagi bagaimana proses mengembalikan prinsip hidup rukun berdampingan," ujar Ghalib.
Tindakan Anarkis
Pembakaran yang terjadi di Singkawang Ibu Kota Kabupaten Sambas ditujukan pada rumah warga pendatang. Sejak dua hari terakhir tercatat 10 rumah terbakar dan lima lainnya rusak berat. Dari kerusuhan tersebut sedikitnya 56 orang ditahan.
Kapolda Kalbar, Kol Pol Drs Chaerul Rasyid SH, yang dihubungi melalui telepon di Singkawang, Senin (5/4) malam, membenarkan bahwa sejak Minggu malam sampai Senin sore telah terjadi tindakan anarkis.
Target mereka adalah salah satu etnis harus keluar dari Singkawang. Namun, bila mereka nekat akan berhadapan dengan aparat keamanan. "Coba saja main kuat-kuatan, akan saya hadapi mereka," ujar Chaerul.
Pasukan telah digelar di seluruh pelosok Singkawang. Bupati Sambas, Tarya Aryanto, terus memantau keadaan dan tak bosan-bosan mengimbau warga setempat agar tenang.
Menurut Kapolda Kalbar, dalam peristiwa anarkis tersebut pihaknya telah menahan barang bukti berupa bom molotov, puluhan senjata tajam dan panah, namun tidak disebutkan apakah dalam peristiwa itu ada korban jiwa. (saf, Ant)
top