back |
|
Serambi DEPAN |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment
|
Transkrip lengkap pidato Megawati Sukarnoputri
dalam acara pembukaan Kongres PDI Perjuangan
di lapangan Kapten Jafa, Denpasar
Bali, Kamis (08/10/1998)
M e r d e k a !
Saudara-saudaraku senasib dan seperjuangan,
Pertama-tama, perkenankan saya mengajak seluruh yang hadir
disini untuk memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa; bahwa pada hari ini, kita semua dapat berkumpul di
pulau Dewata dalam keadaan sehat dan tegar untuk
melaksanakan Kongres PDI, yang selanjutnya saya sebut
sebagai Kongres Perjuangan.
Mengapa Kongres kali ini saya sebut sebagai Kongres
Perjuangan? Karena Kongres PDI yang sekarang ini adalah
Kongres-nya keluarga besar PDI Perjuangan --- yang selama ini
kepemimpinannya telah dipercayakan kepada saya;
sebagaimana yang telah diketahui oleh masyarakat luas secara
baik.
Saya pun yakin, bahwa kita semua sependapat dengan Rakyat
yang telah menganugerahkan kata 'Perjuangan' -- agar ia selalu
melekat dan melembaga pada PDI yang sama-sama kita cintai
ini. Oleh karenanya, saya pun berkeyakinan bahwa semua yang
hadir disini adalah para Pejuang Demokrasi yang untuk sampai
pada Kongres kali ini, telah teruji menempuh perjuangan panjang
dan berliku.
Bagi PDI Perjuangan, memang tidak ada sesuatu yang dengan
mudah diraih begitu saja, tanpa terlebih dahulu berjuang dan
terus berjuang untuk mewujudkan setiap cita-citanya. Adapun
cita-cita yang paling utama bagi kita adalah mewujudkan
Amanat Penderitaan Rakyat Indonesia; yang begitu haus
mendambakan tegaknya Kedaulatan Rakyat dan kesejahteraan
yang adil, beradab dan ber Ketuhanan.
Oleh karenanya dalam Kongres kali ini, semangat dan tekad
untuk berjuang dan terus berjuang mengangkat harkat dan
derajat Rakyat dari segala lapisan, ras dan golongan; harus bisa
kita jadikan sebagai roh-nya Kongres PDI Perjuangan, baik
yang sekarang maupun dimasa-masa mendatang.
Kalau selama ini kita telah berhasil mengarungi berbagai
samudra cobaan yang penuh dengan gelombang intrik dan
penistaan, semua ini disebabkan karena keteguhan iman
perjuangan kita yang telah memilih untuk selalu bersama
bergandeng tangan, merapatkan barisan dan menyatukan
langkah dalam mencapai tujuan.
Dalam mencapai tujuan ini, satu hal yang saya banggakan
sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan adalah; kenyataan bahwa
seluruh keluarga besar PDI Perjuangan telah dengan setia,
disiplin dan tunduk pada pilihan untuk tidak menghalalkan
segala cara.
Hal lain yang juga saya banggakan selama memimpin PDI
Perjuangan, adalah meningkatnya kesadaran politik warga PDI
Perjuangan. Terbukti dengan tumbuhnya sikap kritis untuk selalu
meluruskan perjalanan bangsa ini; agar tetap berjalan dalam
koridor perjuangan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945.
Sikap yang tumbuh dari kesadaran ini, pada hakekatnya
merupakan perwujudan dari konsistensi langkah-langkah
perjuangan kita dalam meneruskan cita-cita para 'founding
fathers' Negara Kesatuan Republik Indonesia; yang
menghendaki Indonesia sebagai sebuah Negara yang
benar-benar Merdeka dan berdaulat penuh.
Oleh karenanya, sampai detik ini PDI Perjuangan selalu memilih
untuk tetap berada dalam nafas dan detak jantung Rakyat, yang
dengan segala daya upaya memperjuangkan suatu keadaan yang
memungkinkan bagi Rakyat Indonesia menjadi cerdas, percaya
diri dan mandiri dalam kehidupannya.
Untuk itu, segala bentuk tindakan yang berdampak merugikan
bagi masa depan kehidupan Rakyat, pasti akan kita tolak
dengan tanpa kompromi dalam bentuk apapun. Praktek-praktek
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; yang jelas-jelas merugikan dan
membawa Rakyat ke dalam jurang kehancuran, tidak akan
pernah kita biarkan untuk tumbuh di setiap jengkal tanah-bumi
pertiwi yang menjadi milik seluruh dan segenap Rakyat
Indonesia.
Sehubungan dengan Kongres Perjuangan kali ini, banyak orang
yang bertanya pada saya : Mengapa di tengah kehidupan
ekonomi yang dilanda krisis berkepanjangan ini, PDI Perjuangan
justru mampu menyelenggarakan sebuah Kongres yang terkesan
cukup megah?
Kepada mereka saya katakan; bahwa Kongres kali ini adalah
Kongres-nya Rakyat, dan bila Rakyat sudah mempunyai
kehendak dan bersatu, maka tidak ada sesuatu yang tidak dapat
diraih dan dicapai! Itu lah nafas perjuangan PDI yang saya
pimpin.
Selanjutnya, ketika ditanyakan kepada saya: Apa yang Mbak
Mega miliki sebagai modal? Kepada mereka saya jawab: modal
yang saya miliki utamanya adalah kepercayaan Rakyat dan
keyakinan mereka bahwa cita-cita perjuangan PDI yang saya
pimpin; sejalan dengan aspirasi dan tujuan hidup mereka.
Manunggalnya rasa, pikiran dan tujuan, adalah tali pengikat
kepercayaan dan kebersamaan yang terawat, terbina dan
tumbuh dari rasa cinta rakyat dan bangsa negeri ini. Itulah
sebabnya, mereka berbondong datang dan mengulurkan tangan
sambil berkata; Mbak Mega ..., saya ikut sampean!
Dalam kesempatan ini pula, saya ingin nyatakan secara terbuka,
bahwa kelak bila rakyat dalam Pemilu mendatang mempercayakan PDI
Perjuangan untuk membentuk suatu pemerintahan, maka dengan tegas
saya sampaikan disini bahwa Pemerintahan yang akan PDI Perjuangan
bentuk adalah Pemerintahan yang tidak akan pernah ragu-ragu dalam
menegakkan keadilan dan wibawa hukum.
Siapa saja yang telah melakukan pelanggaran hukum dan
pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia, secara pasti harus
diseret ke meja hijau, tanpa pandang bulu. Baik ia rakyat biasa,
maupun pejabat tinggi negara; termasuk para mantan pejabat
yang di mata hukum perlu dituntut pertanggungjawabannya.
Untuk itu, kepada para hakim dan jaksa yang tidak sanggup
melaksanakan amanat ini, dipastikan tidak akan ada tempat lagi
bagi mereka!
Mengenai pentingnya perjuangan menegakkan hukum ini secara
sadar kami sebar luaskan, karena PDI Perjuangan memang
tidak menginginkan terjadinya peristiwa; dimana rakyat yang
tidak lagi percaya kepada lembaga hukum negara, membentuk
pengadilan rakyat untuk menghakimi dengan cara dan maunya
sendiri (anarkis). Oleh karenanya, keharusan membentuk
pemerintahan yang berani menyuarakan kepentingan rakyat
secara tegas, telah menjadi pilihan PDI Perjuangan.
Saya yakin, kita semua, rakyat Indonesia, tidak menginginkan
suatu pemerintahan yang mengambang dalam bersikap, dan
menjadi benalu bagi masa depan rakyatnya. Benalu-benalu yang
selama tiga dasa warsa terakhir telah menggerogoti tubuh bangsa
Indonesia, dengan tegas dan tuntas -- harus kita berantas sampai
ke akar-akarnya!
Menyisakan sedikit saja, niscaya cepat atau lambat, benalu
benalu itu akan mengeringkan dan mengerdilkan pohon
kehidupan rakyat bangsa ini. Sekarang, saya ingin bertanya pada
Anda semua...; Apakah kita akan biarkan benalu-benalu itu
tetap tumbuh di atas bumi pertiwi tercinta ini?!
Kalau Anda semua tak menghendakinya; maka,...rapatkan
barisan, tajamkan tujuan, ayo bersama PDI Perjuangan, ...kita
selamatkan Republik ini dari berbagai tindak pengkhianatan dan
praktek-praktek penghisapan darah rakyat yang berlangsung
selama ini!
Bagi PDI Perjuangan, dalam rangka menegakkan keadilan dan
upaya penegakkan hukum, pemberdayaan lembaga-lembaga
demokrasi merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi. Rakyat
Indonesia sudah tidak mau dan jelas-jelas menolak untuk hanya
dijadikan kambing hitam dan sapi perahan dari setiap kerja
penyelenggara negara oleh pihak penguasa.
Keyakinan kami, Rakyat harus menjadi modal utama dan
sekaligus tujuan pembangunan itu sendirii. Rakyat harus dan
wajib dilibatkan di setiap pengambilan kebijakan dalam segala
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mengapa PDI Perjuangan menegaskan hal ini? Karena banyak
juga penguasa yang belum sadar, bahwa sesungguhnya
kedaulatan tertinggi berada di tangan Rakyat. Saya ingatkan
kepada para penguasa, mengapa kepercayaan dunia
internasional mencapai titik yang paling rendah seperti yang
terjadi sekarang ini?
Salah satu inti penyebabnya adalah, karena mereka tahu bahwa
sampai hari ini kedaulatan tertinggi belum sepenuhnya berada
ditangan Rakyat Indonesia. Dunia internasional telah belajar dari
pengalaman, bahwa ketika kedaulatan tertinggi sepenuhnya
berada di tangan penguasa, maka hasil akhir yang terjadi
hanyalah kehancuran yang bersifat menyeluruh.
Hal ini dibuktikan dengan krisis berkepanjangan yang tengah
diderita oleh bangsa kita; yang hingga detik saya berbicara di
panggung Kongresnya rakyat ini, masih terus berlanjut dan
semakin parah. Oleh karenanya, yakinlah bahwa bangsa
Indonesia baru bisa mewujudkan suatu pemerintahan yang
bersih dan berwibawa, kalau ia dilahirkan dari tangan Rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi; yang tentunya melalui
cara-cara yang konstitusional dalam pengertian yang
sesungguhnya, yakni; Pemilu yang demokratis, jujur dan adil.
Hanya pemerintahan yang koruplah, yang tidak mau
mendudukkan Rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara. Pemerintahan yang seperti itu, jelas bukan yang menjadi
pilihan PDI Perjuangan.
Menyoal masalah Ekonomi, perekonomian Rakyat Indonesia
sekarang ini telah berada diambang kehancuran yang mendasar.
Rakyat telah kehilangan daya geraknya. Pemerintah telah
kehilangan kepercayaan Rakyat dan kepercayaan dirinya.
Dunia internasional dilanda ketakutan menghadapi Indonesia yang
penuh dengan ketidak-pastian.
Perangkat ekonomi dan lembaga-lembaga keuangan negara
maupun swasta, telah jauh dari berwibawa dan dipercaya. Para
investor asing menjadi ragu. Perekonomian Rakyat menjadi lesu.
Sementara pemerintah, sampai hari ini masih juga berputar
ditempat, karena tak mampu memberikan jalan keluar yang
berpengharapan bagi masa depan perekonomian Rakyat
Indonesia.
Walau sejauh ini, saya masih menyisakan keyakinan saya bahwa
pemerintah sekarang ini, telah berusaha sekuat tenaga untuk
memperbaiki perekonomian kita. Tapi mengapa jalan keluar
belum juga ditemukan? Menurut hemat saya, kuncinya terletak
pada kurangnya kesungguhan dan keberanian pemerintah di
dalam melakukan reformasi yang bersifat substansial-mendasar,
sebagaimana yang dituntut dan diamanatkan Rakyat kepadanya.
Lewat mimbar ini saya minta; Katakan sesungguhnya kepada
Rakyat, bagaimana sebenarnya kondisi perekonomian kita!
Katakan kepada Rakyat, bagaimana sebenarnya persediaan
pangan kita !. Katakan dan nyatakan pula kepada Rakyat,
sebab-sebab dan penyebab hancurnya perekonomian kita, dan
katakan pula pada rakyat siapa sesungguhnya yang harus dan
paling bertanggung jawab akan hal ini!
Rakyat harus sungguh-sungguh tahu, agar Rakyat dapat
sungguh-sungguh membantu. Percayalah pada Rakyat-mu
sendiri, dan jangan lagi sekali-kali membuat Rakyat menjadi tak
mengerti dan takut, karena terlalu seringnya ditakut-takuti,
dikebiri harkat dan jati dirinya.
Saudara-saudaraku dimanapun berada,
Sungguh aneh rasanya, bila di atas tanah Ibu pertiwi yang subur
dan kaya segalanya ini, terpetik berita bahwa seorang petani
mati lapar di lumbung padi. Saya jadi bertanya, pantaskah
bangsa yang dikaruniai Tuhan dengan kekayaan alam yang serba
melimpah ruah ini, harus menyaksikan dan meratapi sebuah
tragedi kemanusiaan yang tak layak terjadi ini.
Tapi bila hal ini sampai benar terjadi, saya yakin, pasti ada
sesuatu yang salah di negeri ini. Begitu pula saya yakin, Rakyat
pun sebenarnya tahu, siapa yang harus bertanggung jawab atas
kejadian semua ini?!Hanya ketahanan dan kesabaran Rakyat-lah
yang membawa kita sampai hari ini masih mampu tegak berjalan,
walau terasa kian lamban.
Oleh karenanya, muliakan mereka dan jangan pernah lagi sakiti
hatinya...hati Rakyat Indonesia. Itulah sebenarnya kunci
keberhasilan dari setiap upaya mengembalikan kepercayaan
Rakyat pada pemerintah maupun kepada pemimpinnya.
Kenyataan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa telah
menganugerahkan hamparan tanah yang luas dan subur kepada
bangsa Indonesia, hendaknya kita maknai sebagai amanat yang
dibebankan pada kita untuk merawat dan mengolahnya demi
dan untuk kesejahteraan Rakyat. Baik rakyat Indonesia pada
khususnya maupun umat manusia pada umumnya.
Untuk sampai mampu melakukan peran ini, Rakyat Indonesia
harus berada setidaknya dalam kondisi yang kecukupan,
setidaknya cukup pangan, papan dan sandang yang memadai.
Rakyat Indonesia yang sebagian besar hidup di pedesaan dan
tetap setia pada kerja pertanian yang menjadi bagian dari
hidupnya, seharusnya ditempatkan pada posisi dan peran yang
mulia dalam gerak pembangunan bangsa.
Sudahi janji-janji teknologi yang pada akhirnya hanya berkiblat
pada tujuan membangun teknologi mercu-suar yang sedikitpun
tidak menyentuh dan bersentuhan dengan upaya meningkatkan
kualitas kehidupan Rakyat sehari-hari. Yang kita perlukan
adalah, teknologi yang berdampak dan berdaya guna bagi
peningkatan produktifitas kerja para petani kita --yang sekaligus
menjamin terciptanya infra struktur teknologi pertanian bangsa
Indonesia yang moderen, tangguh, berketahanan dan mampu
berbicara di pasar dunia internasional.
Hanya dengan mencurahkan perhatian dengan penuh pada
bidang pertanian -- agro-industri, bangsa Indonesia akan mampu
sampai pada tahapan swa-sembada pangan. Bahkan lebih jauh
lagi, berkemampuan untuk turut ambil bagian dalam upaya
mencegah kelaparan di muka bumi ini.
Kalau dalam desakan gelombang globalisasi, perekonomian kita
harus menerapkan sistim ekonomi pasar yang terbuka, maka
sebagai bangsa yang percaya diri, seharusnya kita tidak perlu
merasa cemas dan takut. Bila keterbukaan dan kehidupan
demokrasi benar-benar telah kita menangkan, dan oleh
karenanya Rakyat dapat menjalankan fungsi kontrolnya, maka
segala bentuk ketakutan terhadap praktek-praktek
neo-kolonialisme lewat pintu pasar terbuka sebagaimana
kekhawatiran banyak orang, rasanya tidak perlu kita jadikan
permasalahan yang hanya akan membuat kita menjadi bangsa
yang kerdil dan tak mampu menghadapi kenyataan.
Karena bagi PDI Perjuangan, penerapan sistim ekonomi pasar
haruslah berjalan di atas asas saling menunjang dan saling
menguntungkan, dimana seluruh gerak perekonomian yang
terjadi harus di arahkan pada tujuan meningkatan kesejahteraan
bagi kehidupan umat di seluruh dunia.
Kita pasti mampu memenangkan hak-hak ekonomi Rakyat kita,
dengan tanpa harus melakukan distorsi terhadap prinsip
ekonomi pasar itu sendiri. Dengan mendorong tumbuhnya usaha
kecil dan menengah yang terampil dan berdaya saing tinggi, kita
akan mampu menepis berbagai kemungkinan berawalnya bentuk
baru penjajahan melalui pintu ekonomi.
Kita tidak perlu memelihara sikap permusuhan dan sikap curiga
yang berlebihan terhadap para investor asing yang menanamkan
modalnya di Indonesia. Yang justru harus kita kembangkan dan
pelihara adalah sikap dan etos hidup yang terus mau belajar dan
memperbaiki diri serta memerangi berbagai kebodohan yang
dicekokkan kepada rakyat bangsa ini -- oleh para penguasa
yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
Saya yakin, kalau kita sadar dan bersatu, kita pasti akan
menjadi bangsa yang kuat; dan untuk bersatu menjadi kuat;
hendaknya kenali dan pelajari kembali; apa,..siapa,..dan mau
apa kita sebagai bangsa?
Dalam rangka memulihkan perekonomian Indonesia yang
berwibawa, pemecahan masalah utang luar negeri dan masalah
perbankan Indonesia, harus pula dilaksanakan secara efektif dan
berwibawa. Untuk itu, lembaga-lembaga khusus yang menangani
masalah tersebut, seperti : Bank Indonesia, BPPN dan INDRA,
harus dibuat menjadi benar-benar independen dan profesional.
Independensi dan kewibawaan lembaga ini, menurut hemat kami
merupakan syarat mutlak dalam upaya mempercepat
penyelesaian krisis Indonesia. Untuk hal itu, DPP-PDI
Perjuangan bersikap dan bertindak secara pro-aktif
memperjuangkan --agar anggota-anggota dari tim komisi
penyelesaian hutang luar negeri swasta dan restrukturisasi
perbankan, tidak terdiri dari para birokrat dan pihak-pihak yang
terkait dalam masalah tersebut. Dalam hal ini,
transparansi-keterbukaan dan keterusterangan, harus menjadi
bagian penting dari budaya kerja dari team komisi tersebut.
Yang tak pula kalah pentingnya adalah upaya untuk meningkatkan
kualitas kebebasan dan profesionalisasi pers.
Walau tak terkait secara langsung dalam masalah penyelesaian
krisis perekonomian bangsa, berdasarkan pengamatan kami,
pers yang bebas, sehat dan berkualitas, akan sangat membantu
dan berfungsi sebagai penghubung yang aktif antara publik
dengan berbagai kinerja yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
negara sebagai pelaksanaan tugas penyelenggaraan negara.
Melalui pers yang bebas tapi berkualitas, Rakyat akan dipacu
menjadi cerdas. Dengan memiliki Rakyat yang cerdas, maka
akan tercipta pula kondisi; dimana publik dapat melaksanakan
peran sosial kontrolnya secara cerdas dan berkualitas pula.
Lewat langkah ini berbagai tindak penyelewengan dan penyalah
gunaan wewenang, akan dapat direduksi hingga mencapai titik
nihil. Hasil akhir inilah yang membuat PDI Perjuangan
menganggap perlunya bangsa ini memiliki pers yang bebas dan
berkualitas.
Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air,
Berbicara masalah pencerdasan bangsa, kami percaya bahwa
kunci utamanya adalah meningkatkan kualitas pendidikan di satu
sisi dengan tanpa mengurangi perlunya pendekatan kuantitatif di
sisi lain. Dalam kaitan ini, satu hal yang perlu diperhatikan adalah
kebutuhan mendesak akan pentingnya peningkatan kualitas dan
kesejahteraan guru. Karena tanpa guru yang sejahtera, tidak
mungkin kita akan capai pendidikan yang bermutu dan sehat.
Secara pribadi saya menganggap, guru sebagai tiang budaya
pendidikan bangsa. Maka bila tiang itu tidak pernah berdiri
kokoh, maka jangan harapkan rumah pendidikan bangsa kita
dapat tegak berdiri sebagaimana yang diidamkan. Hal lain yang
perlu kita pikirkan bersama adalah; perlunya memperjuangkan
otonomi institusi pendidikan negeri maupun swasta berikut
otonomi para pendidik yang sangat diperlukan untuk mencegah
terciptanya pola pendidikan yang bersifat birokraktif dan
indoktrinatif seperti yang diterapkan selama ini.
Kebebasan dan kemerdekaan berpikir yang tetap dalam koridor
ilmiah dan keilmuan, harus sepenuhnya dijamin untuk dapat
dilaksanakan. Campur tangan pemerintah yang membatasi ruang
kebebasan menentukan pilihan proses belajar dan mengajar,
hanya akan membawa bangsa ini kepada penyempitan sudut
pandang, maupun penyeragaman pola pikir yang satu arah dan
kering nuansa.
Dalam hal ini, memperlebar ruang bagi setiap warga negara
untuk bebas berekspresi dan bebas membangun harapan-harapannya,
merupakan keharusan yang bersifat mutlak. Bahkan lebih jauh lagi,
kebebasan artistik atau kebebasan mengekspresikan estetika berdasar
kan pilihan pribadi sebagai mahluk budaya, sudah saatnya
diperkenalkan dan ditumbuh kembangkan dalam kehidupan kita.
Biarkan anak-anak kita bermain dengan imajinasi-imajinasi yang
sesuai dengan dunianya, baik dunia nyata yang digelutinya
sehari-hari, maupun dunia khayalan yang berdatangan dalam
mimpi-mimpi mereka. Jangan sampai kita biarkan anak-anak
kita menjadi miskin imajinasi dan kehilangan daya khayalnya.
Karena sebuah bangsa yang kering imajanasi dan miskin daya
khayalnya, tak ubahnya bak pohon kekar kerontang penuh duri,
tanpa sehelai daun maupun bunga yang memberi keindahan dan
kedamaian bagi kehidupan diskelilingnya. Bangsa yang demikian
adalah bangsa yang kering dan yang tak akan pernah mengenali
betapa indah dan nikmatnya aroma kehidupan pada saat
imajinasi rakyat bangsanya mampu menembus dinding waktu
dan perdaban yang jauh ke depan.
Pembangunan yang diperjuangkan DPP-PDI Perjuangan adalah:
pola pembangunan yang diarahkan pada pertumbuhan yang
berkeseimbangan, yang berdaya tahan, dan yang mampu
melakukan kesinambungan secara sistemik. Oleh karenanya,
titik berat pada kerja membangun manusia Indonesia, menjadi
titik tolak dari segala perencanaan dan kebijakan yang
menyangkut pada masalah pembangunan Nasional.
Dalam hal membangun Manusia Indonesia yang berkualitas,
berwawasan kebangsaan, berperi-kemanusiaan, berkeadilan
dan berKetuhanan; dengan sendirinya menempatkan peran
kebudayaan menjadi suatu wilayah strategis yang harus
mendapat perhatian khusus. Dengan demikian, pembangunan
mental dan karakter bangsa merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan. Terutama pada saat nilai-nilai moral dan spiritual bangsa
yang dapat eningkatkan kualitas manusia Indonesia sebagai mahluk
yang berakal, berkarakter dan berbudi luhur, dijadikan dasar
pijakan pembangunan dimaksud. Rangkaian inilah yang
seharusnya kita jadikan sebagai strategi Nasional dalam mencari
dan mendudukkan jati diri bangsa.
Hanya dengan akal yang sehat dan budi yang luhur, bangsa
Indonesia akan mampu memanfaatkan perkembangan ilmu dan
teknologi untuk tujuan kemanusiaan dalam peradaban abad XXI
mendatang. Dengan bekal akal sehat dan jiwa yang bebas -- tapi
berbudi, barulah hikmah peradaban ilmu dan teknologi akan
dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk tujuan membangun
manusia yang modern namun berahlak; dan yang maju tapi
penuh toleransi.
Dalam kasus perkembangan teknologi informasi, alur
komunikasi yang mengutamakan kepentingan bersama untuk
tujuan menciptakan keseimbangan hidup, dengan sendirinya
akan berjalan tanpa manusia harus menjadi korban teknologi
informasi itu sendiri.
Saudara-saudaraku warga bangsa, baik sipil maupun militer,
Menyangkut masalah Pertahanan dan Ketahanan Nasional, PDI
Perjuangan merasa perlu adanya perubahan persepsi dan sikap
dalam memaknainya. Karena pada hakekatnya kami
berpendapat bahwa pertahanan dan ketahanan suatu bangsa
dapat terselenggara dengan sendirinya, apabila rasa peduli dan
rasa memiliki terhadap bangsa dan negeri dimana ia hidup, telah
melekat dalam hati dan sanubari seluruh rakyat.
Kunci utamanya adalah tegaknya keadilan dan tumbuhnya rasa
aman yang nyaman bagi setiap warga bangsa dalam mengelola
kehidupan dan penghidupannya. Oleh karenanya tugas utama
bagi Tentara Nasional Indonesia dalam kehidupan di abad
mendatang adalah; menciptakan rasa aman dan nyaman bagi
seluruh rakyat Indonesia dalam menjalankan kehidupannya
sebagai warga di sebuah negara yang merdeka dan berdaulat
penuh.
Sengaja saya tidak secara spesifik membicarakan masalah
Dwifungsi ABRI; karena pada dasarnya telah sangat jelas ;
bidang kerja apa dan wilayah tanggung jawab yang mana, yang
seharusnya dilakukan oleh masyarakat sipil di satu sisi dan
militer di sisi lain. Kebijakan yang membuat keduanya menjadi salah
tempat dan salah fungsi akan membawa bangsa ini kejurang
pertentangan Sipil-Militer yang berkepanjangan.
Hal inilah yang selama ini terjadi dan berdampak negatif
terhadap nilai produktivitas bangsa secara menyeluruh.
Karenannya, kesadaran ABRI untuk dengan segera melakukan
redefinisi, restrukturisasi, reposisi dan refungsionalisasi
dalam kiprah kehidupan berbangsa dan bernegara, harus kita dukung
sepenuhnya. Apalagi ketika motto: dari rakyat dan untuk rakyat,
dijadikan acuan dasar dalam merumuskan jati diri ABRI -- sebagaimana
yang dikehendaki dan diamanatkan oleh UUD'45.
Hal-hal yang telah saya sampaikan di atas adalah sebagian dari
agenda kerja nasional yang menurut kami seharusnya dilakukan
oleh para pemimpin negeri ini. Siapapun yang ingin tampil
sebagai pemimpin dan sanggup melaksanakan apa yang menjadi
harapan kita semua, mari kita dukung bersama.
Jangan lagi permasalahkan siapa-siapa yang akan memimpin
negeri ini, tapi tanyakanlah sejauh mana kesanggupan, kerelaan
dan keikhlasannya untuk memimpin negeri ini.
Kepemimpinan yang diharapkan tentunya bukan kepemimpinan yang hanya
untuk kepentingan pribadi, juga bukan untuk kepentingan
kelompok dan golongan; tetapi semata-mata untuk dan demi
kepentingan Rakyat sepenuh dan seluruhnya. Rakyat memang
perlu pemimpin, dan pemimpin perlu Rakyat.
Pemimpin tanpa Rakyat, adalah suatu kesia-siaan. Akan tetapi
Rakyat tanpa pemimpin, ia akan tetap melahirkan pemimpin
dengan caranya sendiri. Oleh karenanya, pada setiap pemimpin
di negeri ini;--dengar suara Rakyat,-- rasakan detak jantung
Rakyat,--suarakan Nurani Rakyat, dan berpihaklah kepada
Rakyat. Karena suara Rakyat adalah Amanat!.
Untuk itu, kepada seluruh peserta Kongres saya serukan agar
menggunakan momentum Kongres Perjuangan kali ini untuk
melahirkan kembali kepemimpinan Rakyat melalui mekanisme
yang konstitusional, damai dan berwibawa. Sanggupkah kita
semua menjalankan seruan ini?
Kalau begitu, jangan sekali-sekali masuk ke dalam wilayah
intrik politik, money politics, tindak kekerasan, dan perbuatan
memaksakan kehendak dengan menghalalkan segala cara untuk
memenangkan tujuan. Apakah saudara-saudara sanggup?
Oleh karena itu, apabila di pulau Dewata yang damai ini ada
upaya-upaya yang sengaja memancing kerusuhan, maka saya
dapat nyatakan --itu pasti bukan datang dan berasal dari warga
maupun simpatisan PDI Perjuangan.
Saudara saudaraku warga dan simpatisan PDI Perjuangan,
Dalam rangka menghasilkan keputusan-keputusan politik yang
memperkuat garis dan tujuan perjuangan kita, maka dalam
kesempatan ini, saya sebagai Ketua Umum DPP PDI yang
sebentar lagi demisioner, menitipkan pesan kepada peserta
Kongres. Yang saya titipkan ini adalah; Lima Sikap Politik PDI
Perjuangan -- yang saya ajukan sebagai usulan pada peserta
Konggres yang terhormat.
Lima Sikap Politik yang akan saya sampaikan ini dimaksud
untuk menggantikan Empat Sikap Politik PDI di masa lalu yang
terbukti telah membuat kita semua selama ini berada dalam
kesalahan dan kekalahan yang sangat mendasar.
Lima Sikap Politik yang saya titipkan ini adalah sebagai berikut :
Pertama: PDI tetap setia kepada Undang-Undang Dasar 1945
dan Pancasila dalam membangun bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan hukum, sebagaimana
cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945;
Kedua: PDI menjunjung tinggi Kedaulatan Rakyat dan
bertekad untuk senantiasa melaksanakan Amanat Penderitaan
Rakyat;
Ketiga: PDI menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia yang bersumber
pada perikemanusiaan yang berkeadilan dan ber
Ketuhanan;
Keempat: PDI senantiasa bersama seluruh komponen bangsa, baik sipil
maupun militer (ABRI) bertekad mempertahankan
Persatuan dan Kesatuan Bangsa;
Kelima: PDI mendukung pelaksanaan politik bebas aktif atas
dasar persamaan hak dan derajat kemanusiaan dalam
mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Kelima Sikap Politik yang saya ajukan ini, hendaknya dapat
digodog dan disempurnakn dalam Sidang-sidang Komisi
Kongres Perjuangan kali ini.
Saudara-saudara peserta Kongres yang saya banggakan,
Ada satu hal lagi yang perlu saya titipkan secara spesifik terutama kepada para
peserta Kongres. Siapapun yang kelak kalian pilih sebagai pemimpin
DPP-PDI Perjuangan periode mendatang, berikan padanya kepercayaan
penuh untuk menyusun personalia DPP yang tangguh. Hal ini perlu saya ingatkan
berdasarkan pengalaman saya di masa lalu.
Melalui cara yang demikian, PDI Perjuangan akan mampu tampil sebagai
partai terbuka yang sanggup mengakomodir berbagai aspirasi dan
membuka pintu bagi siapa saja warga bangsa Indonesia yang bersimpati
serta ingin bergabung dalam barisan PDI Perjuangan. Kita harus
membuka lembaran dan semangat baru disertai pemikiran dan langkah pembaharuan yang tetap
mengacu pada tujuan lama, yakni; mewujudkan cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Kita tidak perlu takut pada perubahan dan pembaharuan. Karena dengan
bermodalkan keyakinan dan kemandirian diri, menjadi kewajiban bagi
setiap kader PDI Perjuangan untuk melakukan perubahan, perbaikkan
dan pembaharuan.
Karenanya saya tegaskan sekali lagi, bahwa pilihan PDI Perjuangan
menjadi Partai terbuka pada hakekatnya merupakan manifestasi dari
kesiapan kita dalam menyongsong abad XXI.
Maka kepada para kader PDI Perjuangan, saya himbau agar siap untuk
menjadikan diri sebagai Kader Bangsa. Jangan sekali-kali terjebak
dalam pola pikir faksional yang menyempit; apalagi hanya berpikir
dan berjuang untuk memenangkan kepentingan kelompok maupun
golongannya sendiri.
Sebagai Kader bangsa, sasaran akhir perjuangannya haruslah
bertujuan memberikan kemenangan bagi Rakyat sepenuh dan
seluruhnya. Dan rakyat baru bisa dikatakan mencapai
kemenangannya, bila kedaulatan telah benar-benar kembali
berada ditangannya. Itulah tugas kalian,--hai para kader PDI
Perjuangan!
Sekian sambutan saya, dan bersama ini pula, dengan mengucap
Bismillahir-rahmaanir-rahim, Kongres Perjuangan ini dengan
resmi saya buka.
Denpasar - Bali, 08 Oktober 1998.