Harga Ekspor Rp 100.000/kg
GENJOT EKSPOR TERI NASI
backSampang, Surya Sejauh ini baru sekitar 25 persen dari total produksi teri nasi di Jatim
yang dapat diekspor. Selebihnya terpaksa dipasarkan di dalam negeri, karena tidak memenuhi
standar kualitas ekspor.
"Kualitas menjadi kendala utama ekspor. Mereka, yang terlibat proses
produksi, perlu mendapatkan bimbingan dan pelatihan," tandas Kakanwil Deperindag Jatim Drs Suharno,
ditemui seusai pembukaan Pelatihan Komoditas Teri Nasi, Senin (19/10).
Pelatihan diadakan di Hotel Wisata Pantai Camplong, Sampang, dibuka
Bupati Drs H Fadillah Budiono dan diikuti tak kurang dari 50 peserta. Usai pembukaan, Kakanwil
meninjau proses pengolahan teri nasi dan tambak garam.
Dicontohkan Suharno, produksi teri nasi di Kabupaten Sampang yang mencapai
1.000 ton per tahun, yang bisa diekspor tidak lebih dari 265 ton per tahun. Begitu juga
daerah-daerah lain, rata-rata hanya 25 persen saja dari jumlah produksi yang bisa diekspor.
Itu sebabnya, lanjut Suharno, nilai ekspor teri nasi relatif kecil
dibandingkan dengan potensi yang dimiliki Jatim, yaitu cuma 24 juta dolar AS (sejak Januari
hingga September) atau 8,8 persen dari total nilai ekspor ikan serta udang Jatim yang
mencapai 272 juta dolar AS tahun lalu.
Kenyataan semacam itu patut disesalkan. Pasalnya, selain negara sedang
membutuhkan dolar untuk menguatkan nilai tukar rupiah, ekspor jua merupakan kesempatan
emas untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan mereka yang terlibat dlam proses produksi. Harga jual teri nasi di luar negeri, kata Suharno, cukup mahal, minimum
Rp 100.000 per kg.
Mengenai kondisi ekspor Jatim, Suharno memaparkan, meski sedang dilanda
krisis moneter, dan ekspor nasional mengalami penurunan sekitar 4 persen, ekspor Jatim justru
naik 21 persen dengan total nilai 3,5 miliar dolar AS (Januari - September 1998).
Komoditas dari Jatim yang diekspor saat ini ada 1.357 jenis, dengan tujuan
137 negara yang tersebar di 5 benua. Dalam 9 bulan terakhir, nilai ekspor tertinggi ditempati
komoditas kertas (lebih 500 juta dolar AS), disusul kemudian perhiasan (480 juta dolar AS),
mebeler kayu/furnitur (280 juta dolar AS), serta ikan dan udang (272 juta dolar AS). (lia)