Di Madura Hampir Kecolongan
SURABAYA (Media): Pangdam V/Brawijaya Mayjen Sudi Silalahi
mengungkapkan sebelum meletusnya kerusuhan di Mataram, Nusa Tenggara
Barat (NTB), di Jatim, khususnya Madura juga hampir kecolongan dengan
motif dan isu yang sama.
"Jatim hampir saja kecolongan. Kamis lalu hampir terjadi kasus
serupa, tapi H-2 kita dapat informasi dan kita kontak semua tokoh
masyarakat agar memberikan pengertian kepada umat," katanya menjawab
pertanyaan wartawan di Surabaya, Selasa.
Perwira tinggi berbintang dua kelahiran Sumatra Utara yang fasih
berbahasa Jawa itu menambahkan, kalau saja pada waktu itu aparat
keamanan dan tokoh masyarakat tidak segera mendapat informasi dan
segera begerak, mungkin Madura akan rusuh seperti di Mataram. "Kasus
di Mataram itu motif dan dorongannya sama persis seperti yang
diisukan di Madura, yakni ketika umat berkumpul kemudian ada
provokasi untuk melakukan perusakan. Di Madura beredar isu akan
berkumpul sejuta umat untuk mengusir warga nonmuslim dan membakar
aset-aset mereka," katanya.
Menurut Pangdam, pengamanan di kawasan tapal kuda di Jatim menjadi
prioritas perhatian aparat keamanan. Menurut Sudi Silalahi bentuk
solidaritas sempit jelas tidak memecahkan masalah. "Apalagi jika rasa
solidaritas itu diwujudkan dalam bentuk tindakan destruktif, pasti
merugikan banyak pihak. Apa memang ini yang diinginkan," ungkapnya.
Aksi provokator
Sementara Kapolda Jambi Kolonel Drs Ngusman Fu`ady mengimbau
masyarakat agar mewaspadai aksi provokator yang menghasut dan
menyebarkan isu agar muncul gejolak, kerusuhan, dan keresahan.
Kapolda Ngusman di Jambi, Selasa, meyakini, kerusuhan dan perusakan
yang terjadi di Jambi dalam beberapa hari terakhir ini, didalangi
orang-orang tertentu yang ingin memecah belah dan merusak kehidupan
bermasyarakat. "Polda Jambi terus berupaya menjaring dan menangkap
para provokator dengan mengerahkan satuan intel, baik pada
kasus-kasus yang sudah terjadi, maupun pada daerah-daerah yang rawan
terjadi kerusuhan, yang mudah disusupi dan dipengaruhi," katanya.
Selama tahun 2000, telah terjadi dua kali perkelahian massal
antarwarga desa bertetangga, yakni di Kabupaten Kerinci dan Bungo
Tebo, yang telah mengakibatkan satu korban jiwa, satu orang luka
berat, dan lima luka ringan, termasuk anggota Polri dan TNI-AD.
"Meski sepintas lalu dinilai sebagai perkelahian massa namun tidak
menutup kemungkinan, ada provokator yang menyulut terjadinya
perkelahian massal itu," katanya.
Tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama, diminta meningkatkan
koordinasi untuk menangkal aksi provokator, dan selalu mendiskusikan
setiap permasalahan yang terjadi lebih dulu.
Sementara itu Makodam VII/Wirabuana pada salah satu bagian gedungnya
kini dijadikan tempat pengungsian yang layak bagi warga korban
kerusuhan Ambon maupun Maluku Utara. Ruangan tersebut dapat menampung
sekitar 1.000 orang dilengkapi kamar, lantai berkarpet dan kasur
serta ruang dapur. "Nanti jika situasi aman, mereka sudah boleh
pulang. Jadi untuk sementara kami tampung beberapa bulan dulu," kata
Pangdam.
Bagi siswa SD, SLTP, dan SLTA warga Maluku Utara yang korban
kerusuhan yang terancam studinya diberi kesempatan melanjutkan
sekolah di Yayasan Chandra Kartika, Dia berharap kepada pimpinan
perguruan tinggi baik negeri maupun swasta agar memberi perhatian
yang serupa.
Di Denpasar, Danlanal Benoa Kol Laut Ignatius Dadiek Surarto
mengemukakan Armatim di Surabaya mengirim dua peleton pasukan marinir
untuk membantu pengamanan dan memulihkan situasi dan kondisi Mataram
yang dilanda amuk massa. "Dua peleton masing-masing berkekuatan 31
orang itu diberangkatkan dari Surabaya dalam dua gelombang
menggunakan pesawat udara dan lewat darat," katanya.
Polda Bali juga mengirim dua satuan setingkat kompi dan Kodam
IX/Udayana melakukan hal yang sama untuk secepatnya bisa memulihkan
gangguan amuk massa di NTB.
Dadiek juga antisipasi kemungkinan eksodus dari Mataram ke Bali.
"Transportasi antara Bali-NTB cukup lancar, sehingga koordinasi
tersebut lebih mudah," tambahnya. (Ant/HE/FL/Z-2)
|