back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Rabu 21 April 1999 |
Kompas |
Pontianak, Kompas
Setelah dirahasiakan hampir seminggu, Pemda Kalbar akhirnya menyebutkan Tebangkacang di Kecamatan Sungairaya dan Pulau Padangtikar di Kecamatan Batuampar, keduanya di Kabupaten Pontianak, merupakan lokasi permukiman permanen bagi pengungsi warga Madura. Di kedua tempat itu tersedia 12.500 hektar untuk lokasi permukiman dan lahan pertanian.
Gubernur Kalbar Aspar Aswin kepada wartawan di Pontianak, Selasa (20/4) menyatakan, pihaknya telah melakukan pendekatan terhadap penduduk setempat, dan mereka dengan sepenuh hati menerima kehadiran pengungsi kerusuhan Sambas.
Sikap ini, menurut gubernur, membuktikan masyarakat Kalbar sangat terbuka dan mau menerima siapa saja untuk hidup bersama asal tidak disakiti hatinya atau tak dilanggar adat-istiadatnya oleh pihak mana pun. Sikap demikian juga membuktikan masyarakat Kalbar bukan tipe pendendam atau tidak mau memaafkan kekeliruan atau kesalahan orang lain yang pernah terjadi di masa lalu.
Ia berharap masyarakat Madura dalam hidup bertetangga dengan warga etnis lainnya di lokasi yang baru agar memelihara, menjaga serta meningkatkan kerukunan dan keakraban. Solidaritas yang dibangun bukan lagi atas dasar etnis, tetapi solidaritas warga setempat yang sudah menyatu. "Perlu dibuat kesepakatan internal dalam kelompok masyarakat agar siapa pun yang membuat kerusuhan, dialah yang ditindak tegas sesuai dengan hukum sehingga tak merembet ke masyarakat lainnya," katanya.
Tentang persiapan infrastruktur di Pulau Padangtikar dan Tebangkacang untuk kehidupan masyarakat Madura asal Sambas, Aspar Aswin mengatakan, semua fasilitas yang dibutuhkan segera dibangun. "Apalagi pemerintah pusat bersama Presiden memberikan perhatian dan dukungan yang sangat kuat. Jadi pasti segera dibereskan," jelasnya.
Jemput istri
Sementara itu, situasi kawasan Pemangkat yang dalam sepuluh hari terakhir ini berangsur mereda, Senin malam memanas lagi menyusul terbunuhnya seorang warga Madura, Marhan (30), di Desa Perapakanbesi. Sepanjang Selasa massa bersenjata berjaga-jaga lagi di sudut-sudut kota kecil di pesisir utara Kalbar itu. Namun aktivitas ekonomi berjalan normal.
Marhan bersama dua rekannya, Saeri (50) dan Amat (28), dikawal Kopral M Yusuf Senin malam pukul 20.30, tiba dari Pontianak di Desa Perapakanbesi, Kecamatan Pemangkat. "Maksud Marhan ingin berjumpa dengan istrinya-orang Melayu-sekaligus menjemputnya di desa itu. Tetapi massa curiga sehingga mengejar mereka. Dua berhasil lolos, tetapi Marhan tertangkap dan akhirnya dibunuh massa," kisah Camat Pemangkat, Zanim M, kepada Kompas.
Dua yang lolos, Saeri dan Amat, warga Desa Perapakanbesi mengenal medan, dan Selasa subuh muncul di markas Kompi "B" Batalyon Infantri 641 Beruang di Pemangkat. Demikian pula Kopral M Yusuf.
"Tolonglah kepada warga Madura, jangan dulu datang ke Pemangkat, karena masyarakat belum menerima kehadiran warga pendatang di sini. Sebetulnya situasi sudah mulai dingin, tetapi melihat ada warga pendatang yang berkeliaran, massa mengamuk lagi," kata Camat Pemangkat, Zanim M. Bupati Sambas Tarya Aryanto menyampaikan imbauan serupa.
Sementara itu, petugas yang berpatroli di dalam Kota Singkawang, Senin malam menemukan seperangkat alat pembuat senjata api rakitan di sebuah rumah di Gang Patora, Kelurahan Sekiplama, Kecamatan Roban, Kotif Singkawang. Situasi di dalam Kota Singkawang sendiri relatif aman dan tenang. (jan/ksp)