back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Senin 26 April 1999 |
Kompas |
Sambas, Kompas
Ahli waris dan pemangku adat Keraton Sambas (Kalbar) Raden Winata Kusuma mengimbau masyarakat Sambas agar segera menghentikan pertikaian yang sudah berlangsung dua bulan. "Pertikaian yang berlarut merugikan semua pihak. Semua tokoh masyarakat Melayu dan Dayak pun sudah sepakat untuk menghentikan pertikaian, karena aparat tetap bertindak tegas," kata Raden Winata Kusuma di Keraton Sambas, hari Minggu (25/4).
Tentang rencana pemerintah merelokasi warga Madura asal Kabupaten Sambas ke Tebangkacang dan Padangtikar, wilayah Kabupaten Pontianak, RW Kusuma yang dipanggil akrab Wimpie menyatakan setuju. "Daerah itu subur. Saya yakin masyarakat Madura mampu membuka daerah tersebut menjadi daerah yang maju," katanya. Wempie menekankan, masyarakat Melayu Sambas di lapisan bawah menghendaki masyarakat Madura tidak kembali ke Sambas. "Ini keinginan masyarakat bawah," tandasnya.
Laporan dari ke Tebangkacang menyebutkan, terjadi pro-kontra mengenai rencana relokasi pengungsi ke wilayah itu. Kalangan yang pro menyatakan menerima rencana itu, namun para pengungsi diminta tidak berbuat kriminal dan tidak arogan.
Asmar H Ibrohim (74), pemuka masyarakat Tebangkacang kepada Kompas di rumahnya menyatakan, kecuali peralatan berkebun, siapa pun tidak diperkenankan membawa atau menyimpan senjata tajam dan senjata api.
Pandangan berbeda dikemukakan masyarakat Pulau Padangtikar, termasuk warga etnis Madura yang menolak rencana pemerintah merelokasi 7.000 kepala keluarga (KK) pengungsi Sambas di pulau itu. Alasannya, sudah sering timbul pertikaian antara etnis Dayak atau Bugis dengan Madura di kawasan itu.
Penolakan tersebut tertuang dalam surat pernyataan bersama tertanggal 22 April 1999 yang ditandatangani tokoh etnis Madura, Melayu, Bugis, dan Dayak, baik yang tinggal di Kota Padangtikar maupun Batuampar.
Sementara itu, da'i sejuta umat, KH Zainuddin MZ, Sabtu lalu, memberi siraman rohani kepada sekitar 2.000 warga di depan Masjid Keraton Sambas (sekitar 260 km dari Kota Pontianak). KH Zainuddin MZ terbang dari Pontianak ke Sambas dengan helikopter polisi, dikawal Komandan Korem 121 Kalbar Kolonel Encip Kadarusman.
Mulai pulih
Menurut laporan, situasi di Kabupaten Sambas berangsur-angsur pulih. Aktivitas sosial dan ekonomi di sejumlah kota seperti Pemangkat, Tebas dan Sambas, yang sebelumnya merupakan kantung konflik, sudah berjalan normal. Namun Kota Singkawang masih terasa mencekam, khususnya selepas tengah malam hingga menjelang pagi. Suara letusan senjata api diselingi suara petasan terdengar di permukiman penduduk.
Polisi Sabtu dini hari menggerebek rumah di Jl Trisula, Desa Bukitbatu, Kecamatan Roban, Kotif Singkawang. Polisi menahan delapan orang, termasuk pemilik rumah, dan menyita satu kotak alat pembuat senjata api rakitan, satu pucuk senjata api lantak, dan sejumlah peralatan lain. (ksp/jan)