back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Jumat 16 April 1999 |
Jawa Pos |
Bangkalan, JP.-
Banyak kisah sedih dan mengharukan yang didengar Gubernur Imam Utomo dan istrinya saat mengunjungi para pengungsi Sambas yang ditampung di Desa Katol Barat, Bangkalan, kemarin. Salah satunya adalah cerita seorang ibu yang terpaksa meninggalkan anak dan suaminya untuk mempertahankan hidupnya. "Pak, anak dan suami saya tewas dibunuh," kata ibu muda itu dengan berlinangan air mata.
Gubernur dan Ny Imam Utomo sendiri terlihat berkali-kali mengusap matanya. Imam memang terlihat amat menghayati cerita para pengungsi itu. Mantan Pangdam V/Brawijaya itu terharu mendengarnya. Apalagi, para pengungsi itu terlihat letih dan lusuh.
Beberapa saat kemudian, air mata Imam Utomo meleleh. Ia lalu mengambil makanan yang disediakan di atas meja dan diulurkannya kepada para pengungsi. "Saya kasihan melihat mereka. Anak-anak kecil ini sudah harus dipaksa melarikan diri dari kampung halamannya," kata Ny Imam Utomo.
Para pengungsi itu juga mengaku sudah berupaya maksimal sehingga bisa sampai ke tanah kelahirannya di Bangkalan. Bahkan, di Bangkalan pun tak sedikit yang sudah tak ingat desa asalnya. Tak sedikit pula yang sudah tak punya saudara di sini. "Kami datang ke sini setelah berhari-hari bersembunyi di hutan dan tidak makan, Pak," tutur Marsuin, pengungsi lain, polos.
Cerita yang sama juga diungkapkan Ponisah. Perempuan setengah baya itu mengaku sudah puluhan tahun berdomisili di Sambas. Ia mengungkapkan, 10 orang anggota keluarganya habis dibantai salah satu suku di Sambas, termasuk suami, anak, dan keponakannya. Ia pun lantas bersembunyi di hutan selama 10 hari tanpa makan dan minum.
"Tapi, berkat kekuasaan Allah, saya selamat setelah regu penolong dari satuan ABRI datang mengamankan dan membawa saya ke tempat pengungsian," katanya. "Keluarga saya habis, Pak. Saya lari pulang ke Madura dengan uang seadanya," tambahnya sambil mengusap air bening yang meleleh di pipinya.
Seorang pengungsi lain mengisahkan, ketika peristiwa pembakaran dan pembantaian itu terjadi pada pukul 15.00, ia hanya bisa melihat kampungnya habis dilalap api. Di tepi pantai, ia juga melihat sejumlah anak kecil yang sedang menangis ketakutan.
Tanpa berpikir panjang, warga Desa Katol Barat, Kecamatan Geger, Bangkalan itu, mengambil sampan milik orang yang berada di pinggir pantai tersebut. Anak-anak yang ketakutan itu pun diangkut dan diselamatkannya.
Gubernur Imam Utomo datang ke Bangkalan membawa bantuan 20 ton beras dan uang tunai Rp 25 juta. Ny Imam, atas nama ketua Tim Penggerak PKK Jatim, menyumbangkan uang tunai Rp 10 juta, 5 ton beras, pakaian layak pakai, mi instan, dan obat-obatan.
Selain itu, gubernur juga mengirimkan sumbangan berupa 40 ton beras dan 80.000 bungkus mi peduli ke pengungsi Madura di Sambas. Menurut gubernur, untuk membantu mereka pada bulan pertama dan kedua, akan diberikan beras secara cuma-cuma 20 kg per-KK. Mereka disamakan seperti warga prasejahtera yang mendapat beras dengan harga Rp 1.000 per kilogram. Namun, karena tidak mampu, akan dibayar pemda.
Untuk tahap lanjutan, para pengungsi tersebut akan diberi lapangan pekerjaan berupa padat karya program irigasi dan sebagainya. Sebab, di antara mereka ada yang masih memiliki tanah untuk bertani. (din/dwi)