back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Senin 12 April 1999 |
Republika |
PAMEKASAN -- Musibah banjir menimpa Kabupaten Pamekasan, Madura, Ahad malam. Beberapa ruas jalan terendam air, dan ratusan rumah di tiga desa --Gladak Anyar, Gurem, Jungcangcang-- juga ikut tergenang. Namun sejauh ini belum ada kabar korban tewas akibat musibah tersebut.
Beberapa ruas jalan yang terendam air meliputi: Jl Veteran, Jl Trunojoyo, Jl Jingga, Jl Jagalan, Jl Abdul Azis. Wilayah yang terendam ini merupakan kawasan kota Pamekasan. Banjir yang mulai datang sekitar pukul 19.00 itu mulai surut menjelang Ahad dini hari.
Menurut penuturan seorang warga Desa Gladak Anyar (Pamekasan) bernama Yusrianto, banjir itu berasal dari air sungai di Pamekasan yang meluap. Dia memperkirakan, luapan air itu berasal dari pegunungan di utara Pamekasan.
"Air sungai itu memang asalnya dari sana. Jadi hampir pasti kiriman air dari utara yang mengakibatkan banjir kali ini. Kalau dari air hujan di sini hampir tak mungkin. Soalnya, walaupun hujan deras di sini nggak pernah ada banjir," kilahnya.
Sepanjang Ahad petang, sambung Yusrianto, hujan memang mengguyur Pamekasan. Hanya saja, di wilayah yang terendam air, curah hujan tak terlalu deras. Tiba-tiba masyarakat dikejutkan oleh adanya luapan sungai Pamekasan itu (tak ada nama sungainya -- Red).
Luapan air mencapai puncaknya pada sekitar pukul 24.00. Saat itu, genangnan air di jalan raya sudah mencapai satu meter. Malahan kabarnya ada pula ketinggian air yang mencapai dua meter.
Di beberapa rumah, ketinggian air yang masuk rata-rata sekitar 0,5 meter. Walau begitu tak ada warga yang diungsikan. "Mereka hanya menjauhi air atau tinggal di tetangga desa lainnya yang tak terkena banjir. Banyak pula warga yang saya lihat berdiri sembari kedinginan di atas jembatan sungai itu," paparnya.
Tak adanya evakuasi itu juga dibenarkan oleh Muchsin, warga setempat. Mereka, kata dia, tak merasa tak perlu mengungsi sebab menjelang pukul 03.00 dini hari air mulai surut. Siang kemarin, bahkan mulai banyak warga yang sudah kembali tinggal di rumahnya. Bantuan pemda setempat juga tak terlihat.
Dia menambahkan, saat ini (Ahad malam--Red) suasana sudah bisa dikatakan normal. "Hampir semua warga sudah menempati rumahnya kembali," ujarnya.
Banjir kali ini merupakan yang pertama sejak sepuluh tahun terakhir. Pada waktu sepuluh tahun lalu, banjir terjadi juga akibat luapan sungai Pamekasan yang berasal dari air bah di wilayah utara.
Belum ada penjeklasan dari petugas mengani jumlah kerugian material akibat banjir itu. Upaya menghubungi humas pemda sepanjang petang kemarin tak menemui hasil.
PAMEKASAN -- Ratusan rumah penduduk di Kabupaten Pamekasan, Madura, Sabtu malam terendam banjir akibat air Sungai Gladak Anyar yang membentang di kota itu meluap setelah diguyur hujan selama sekitar tiga jam.
Hujan yang turun begitu cepat dan luar biasa lebatnya. "Biasanya banjir tidak seperti sekarang, dulu-dulunya hanya sampai setengah meter, tapi kali ini sampai menenggelamkan rumah," ujar Giryo, salah seorang warga Kelurahan Gladak Anyar, Kabupaten Pamekasan.
Pemantauan Antara di Pamekasan, menunjukkan bahwa akibat luapan sungai tersebut, puluhan rumah penduduk lainnya tenggelam karena ketinggian air mencapai puncak rumah.
Hujan yang mengguyur kota Pamekasan sejak sekitar 17.00 WIB itu sebelumnya diawali dengan awan tebal, namun masyarakat tidak mengira kalau akan terjadi hujan lebat, bahkan banjir.
Karena guyuran hujan terus menerus, sungai Gladak tidak mampu lagi menampung air hingga banjir mencapai ketinggian antara dua sampai empat meter, bahkan ada yang lebih hingga rumah tenggelam. Namun demikian hingga berita ini diturunkan, belum diketahui adanya korban jiwa.
Daerah yang terkena luapan air adalah kelurahan yang berada di pinggir daerah aliran sungai (DAS), yakni Gladak Anyar, Parteker, Laden dan Patemon.
Warga Kelurahan Gladak Anyar, Giryo dan mertuanya, Ny Saleh, menuturkan kalau rumahnya tenggelam. Ia mengaku sangat sedih karena banjir merusak semua isi rumahnya. Keduanya mengaku, kalau dia tidak sempat menyelamatkan barang-barang miliknya karena hujan begitu lebat.
Beberapa warga lainnya tampak tertegun dan bingung, ada yang duduk di tembok jembatan seraya berucap "Laailaaha illallah" (tiada tuhan selain Allah). Ketika ditanya, mereka hanya menjawab pendek, "Rumah saya juga habis pak," ujarnya pasrah.
Sementara itu warga yang semula tinggal di rumah masing-masing, secara spontan keluar dengan berbagai kegiatan, seperti mengamankan barang, membantu tetangganya, dan ada yang menghubungi PLN untuk memutus hubungan listrik.
Sekitar pukul 19.30 hujan mulai reda, namun beberapa saat kemudian turun kembali sehingga menambah ketinggian air. Hingga kini belum diketahui jumlah kerugian yang diderita masyarakat, akibat banjir itu.