back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Senin 2 Agustus 1999 |
Radar Madura |
Temukan Sekolah Dasar Negeri Fiktif
Sumenep, Radar.- Sesumbar Sumekar Corruption Watch (SCW) untuk membongkar praktik-praktik-praktik KKK (korupsi, kolusi, dan nepotisme) di Kabupaten Sumenep, rupanya bukan gertak sambal. Ini terbukti dari paparan sejumlah kasus penyelewangan oleh SCW. Apa saja temuan SCW? Beberapa di antaranya adalah temuan tentang adanya sekolah fiktif di hampir semua kecamatan du Kabupaten Sumenep. Misalnya, SDN 2 Sugihan, Kecamatan Ambunten. Salah seorang pengajar SDN 2 Sugihan yang enggan disebut namanya, membenarkan kalau SDN 2 Sugihan itu fiktif. Bahkan, saat ini sudah tidak ada muridnya. Sebenarnya SDN 2 Sugihan sudah saya minta agar ditinjau kembali, karena aktivitas hampir tidak ada. Namun atasan hanya berjanji terus, ungkap prndidik ketika ditemui Radar Madura, kemarin. Informasi lain yang berhasil dikumpulkan Radar Madura menyebutkan, sebenarnya kasus penyelewengan seperti yang ditemukan SCW bukan hal yang baru. Bahkan, hal itu sudah menjadi rahasia umum. Hanya saja, dulu masyarakat masih takut untuk melaporkan keganjilan tersebut. Apalagi, penangannya belum tentu serius. Menurut Deklarator SCW Drs Fathorrohim, kendati merupakan kasus lama tapi apa yang ditemukan SCW itu belum basi dan masih layak diangkat ke permukaan. Dia juga mengharapkan agar SCW bisa menjadi wadah bagi masyarakat Sumenep untuk melaporkan berbagai penyelewengan yang ditemukannya. Kami sebagai warga negara tentunya punya kewajiban mengawasi mereka (pejabat, Red). Apalagi, selama ini DPRD II Sumenep dirasakan belum berfungsi optimal, sehingga belum memberikan arti apa-apa bagi masyarakat Sumenep, katanya. Menurut dia, sebenarnya masyarakat Sumenep sudah lama ingin kasus-kasys KKN ini dituntaskan. Namun, karena ada beberapa alasan, misalnya, untuk pegawai negeri takut dipindahkan ke pulau (Di Sumenep banyak pulau, Red). Jika berani melawan atasan, sepertinya mereka takut dipindah ke pulau. Padahal, banyak pegawai yang sebenar tahu dan sudah muak dengan berbagai penyelewengan yang terjadi. Yang mereka berani lakukan hanya bicara di belakang (rasan-rasan, Red), kata Fathorrohim. (sul) |