back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
23 Juni 1999 | Jawa Pos |
Faried, Jaksa Glamour yang Kesandung Suap Rp 10 M
Saya Difitnah, Serba Salah, Dihantam Kanan-Kiri
Faried Hariyanto SH, jaksa muda di Kejaksaan Agung yang ikut-ikutan ngetop karena dugaan kasus suap Rp 10 miliar, diperkirakan banyak menimbun hartanya di Surabaya. Namun, Faried yang kini kepala bagian TU dan Tata Usaha Negara Kejagung itu membantah. Dia mengaku bahwa semua hartanya dibelikan ibunya, yang tinggal di Blega Madura.
Di kalangan koleganya, sesama jaksa -- saat bertugas di Kejari Surabaya -- Faried sejak dulu dikenal jaksa kaya yang berpola hidup glamour. Semua yang dipakainya serba bermerk. Tas buatan Itali, sepatu, arloji, hingga ballpoin, maupun asesori lainnya bermerek dan buatan luar negeri. Faried juga dikenal gonta-ganti mobil. ''Sifatnya memang suka pamer. Dia bergaya hidup mewah. Hampir setiap malam keluar masuk tempat hiburan, '' ujar seorang jaksa senior.
Dia mengakui dibandingkan jaksa-jaksa lainnya, Faried lebih encer otaknya. Dan dia faham betul soal itu. ''Karenanya agak angkuh. Artinya kalau berdebat masalah hukum tidak mau kalah,'' kata pejabat itu.
Karena keluwesannya bergaul dengan jajaran atasannya maupun dengan pihak luar, sewaktu bertugas di Kejari Surabaya, Faried banyak kebagian kasus-kasus besar, menarik perhatian, dan..basah. Seperti kasus Marsinah yang hingga sekarang masih belum jelas, dan kasus Astini, pembunuh yang memotong-motong korbannya. Saat itu Faried berhasil membuktikan pembunuhan yang tergolong misteri, dan menuntut Astini dengan hukuman mati.
Tidak lama di Surabaya, Faried yang pernah menangani kasus artis Yenny Rachman itu, ''dibawa'' mantan jaksa agung Soedjono A. SH ke gedung bundar Jakarta. Saat itu, Faried memang disebut-sebut salah satu anak emas Seodjono. Ketika sudah pindah ke Jakarta, Soedjono diganti Andi Ghalib, Faried berganti menjadi anak emas Ghalib.
Rencananya, kedudukannya di Kejaksaan Agung itu hanya batu loncatan. ''Saya di sana hanya sebentar kok. Tidak lama lagi insya Allah bisa menjadi Kajari Bangkalan,'' ujar Faried kepada Jawa Pos, waktu akan pindah ke Jakarta.
Rencana untuk Faried memang sudah disiapkan, tetapi sebelum melangkah ke Madura, dia terpuruk dengan dugaan kasus suap Rp 10 miliar dari perkara korupsi proyek jalan tol yang melibatkan Mbak Tutut, putri mantan presiden Soeharto. Isu suap Faried mencuat hampir bersamaan dengan suap Rp 9 miliar kepada Ghalib.
Menariknya, gaya hidup mewah yang dilakukan Faried selama ini menjadi bumerang. Rumah mewahnya di beberapa tempat di Blega Madura dicurigai sebagai hasil korupsi. Mobil BMW terbaru yang sering dipakai di Surabaya tak luput dari sorotan. ''Dia juga pulang pergi dari Jakarta-Surabaya seminggu sekali setiap hari Jumat, dengan menggunakan pesawat pulang pergi. Uang dari mana? Kalau hanya gaji jaksa setiap bulan Rp 1 juta, apa bisa?'' kata jaksa.
Yang menarik, belum lama ini Faried membeli rumah di Prapen Indah Blok B/12 A senilai kurang lebih Rp 300 juta. Rumah yang letaknya di tikungan sudah siap huni dan sedang dalam perbaikan akhir. Rumah bertingkat di kawasan elit itu dijaga oleh satpam khusus. ''Itu memang rumahnya Pak Faried, tetapi kalau ada orang menanyakan kepada penjaganya akan dibilang rumahnya H. Muslich,'' kata seorang tetangga Faried.
Faried ketika dikonfirmasi Jawa Pos, dia terdengar sangat putus asa. Bercerita kepada Jawa Pos pun sudah nyaris menangis. Suara hampir serak dan berkali-kali bilang tidak bisa ngomong apa-apa. ''Saya serba salah, nggak bisa komentar apa-apa,'' katanya tadi malam.
Jaksa bertubuh tinggi kurus itu mengaku sejak dulu tidak pernah mau memeras orang. ''Dari dulu saya jaksa yang streng. Mulai menjadi jaksa di DKI Jakarta, lalu pindah ke Surabaya, saya selalu menangani kasus dengan streng. Semua itu saya lakukan dengan kerja keras. Sungguh,'' ujarnya.
Dia mengaku kasus suap yang sedang dihadapinya semuanya fitnah. ''Rasanya saya mau menangis. Tunjukan siapa yang telah menyuap saya. Dengan cara seperti sekarang, saya difitnah habis-habisan, sudah dituduh dari kanan kiri, harus ngomong apa,'' ujarnya.
Lalu bagaimana dengan BMW, rumah mewah di Blega dan Surabaya? Faried tidak mengelak, jika dia memang memiliki semua itu. ''Tapi sungguh itu semua dari ibu saya, ibu saya memang sederhana, tetapi bukan orang miskin. Bukannya saya sombong, sejak dulu keluarga saya adalah keluarga kaya. Tanya saja semua orang di Blega,'' katanya.
Menurut dia, kemewahan itu sudah dinikmatinya sejak muda usia, sejak masih kecil. ''Sejak muda, kuliah dulu, saya sudah biasa ganti-ganti mobil. Menurut dia, sebagai anak sulung dari dua anak, dia sangat dimanja ibunya. ''Sewaktu kuliah saya sudah dibelikan rumah mewah di Blega, dan mobil. Jadi belum kerja pun saya sudah punya semua itu. Ketika menjadi jaksa pun saya masih disuplai orang tua,'' katanya.
Menurut dia, orang tuanya terus menyuplainya, meskipun saat kuliah dia sudah menikah. Lalu, dia juga meneruskan sekolah ke S-2. ''Semua itu yang membiayai ibu saya,'' katanya.
Karena itu, kata dia, dengan fitnah yang dihadapinya sekarang, dia merasa menyusahkan ibunya lahir dan batin. ''Saya sudah minta uang terus menerus, belum bisa membalas, sudah jadi orang pun ketiban masalah seperti ini, yang menjadikan ibu saya kepikiran,'' katanya.
Faried mengaku sangat putus asa dengan fitnah
yang menyerangnya. ''Saya ini sudah berjuang keras untuk negara. Tetapi malah orang luar
yang tidak senang dengan saya menghancurkan begitu saja. Kalau saya dihantam kanan kiri
seperti ini, lebih baik saya berhenti dari jaksa. Saya ingin menuntut balik mereka, tapi
tak ada gunanya. Biar saja masyarakat yang menilai. Saya sudah pasrah kepada Tuhan,''
katanya.
Pelanggan Blue Sixteen, Dikagumi Wanita Malam
SOSOKNYA lencir kuning, penampilannya
selalu trendy, juga simpatik. Potongan Faried Haryanto lebih pas sebagai pengusaha showbiz
dari pada sebagai jaksa. Pada periode 1993 sampai 1996-an, Faried termasuk jaksa senior di
lingkungan Kejaksaan Negeri (Kejari) Surabaya. Jaksa yang disegani, dan sempat termasuk sebagai jajaran
penuntut umum yang sering menerima kasus-kasus basah. Entah, tapi
kabarnya dia berasal dari keluarga berada, tapi yang jelas Faried penggemar barang-barang
kelas mewah. Mulai sepatu, tas kulitnya, jam tangannya yang Rolex emas
memang wah dan mahal. Dia termasuk pemilik hanphone pertama di lingkungan Kejari. Bahkan
sebuah bolpoinnya seharga Rp 1 juta. Tentang bolpoin ini ada cerita menarik. Suatu saat
dia keceplosan cerita kalau bolpoinnya yang satu batang itu harganya Rp 1 juta kepada
wartawan. Cerita ini lantas dimuat Jawa Pos. Sekitar sebulan kemudian
dia mengeluh. "Mas, gara-gara tulisan sampeyan tentang bolpen itu saya dilaporkan ke
kejaksaan tinggi. Saya mau diperiksa," tuturnya dengan muka bersungut-sungut.
Nama Faried juga sempat mencuat ketika dia turut sebagai
tim penanganan kasus pembunuhan Marsinah. Kasus tewasnya buruh wanita dari PT Catur Putra
Surya (CPS) Porong, Sidoarjo ini memang sampai menginternasional. Saat kasus ini disidangkan di Pengadilan Nengeri (PN)
Surabaya, bahkan Faried sempat menantang Prof Sahetapy yang guru besar
Fakultas Hukum Universitas Airlangga itu. Pasalnya, Sahetapy saat itu mengungkapkan bahwa kasus
Marsinah tak lebih dari rekayasa. Bahwa cerita pembunuhan itu hanyalah skenario dari
penyidik, jaksa penuntut umum yang kemudian di limpahkan ke pengadilan. Sebagai salah seorang penuntut umum kasus itu, Faried
merasa berang. Katanya, sebagai seorang profesor yang ngerti hukum, Sahetapy tak pantas
berkata seperti itu. Kalau berani, ayo beradu argumentasi hukum di pengadilan.
Sahetapy bisa menjadi pembela para terdakwa itu," cetusnya. Meskipun saya pernah jadi muridnya, saya tak
akan gentar, tandasnya. Tentang kehidupan malamnya, banyak teman-temannya di kejari
Surabaya mengakui. Wartawan pun banyak hapal cerita detilnya. Saat masih di Surabaya dulu,
Faried hampir tidak pernah absen mengunjungi Blue Sixteen, tempat mangkal favoritnya yang
berada di Jalan Pemuda ini. Kini, kalau Faried ke Surabaya lagi, ia tak bisa menemukan
tempat happy night-nya ini. ''Dia memang senang keluyuran malam. Bahkan sampai pernah
dekat dengan beberapa purel. Tapi itu dulu, sejak pindah ke Jakarta sampai sekarang, tidak
lagi ke tempat hiburan malam,'' kata teman dekat Faried yang mengaku pernah ke tanah
kelahiran Faried di Blega. Menurut dia, Faried memang banyak dekat dengan wanita.
''Dia memang senang berpakaian rapi dan memakai barang-barang mahal. Itu menambah
penampilannya yang bagus. Terus terang saja, banyak wanita yang jatuh hati padanya,''
katanya. Bahkan, Faried diisukan menerima suap dari para saksi
perkara jalan tol yang menghebohkan itu, setelah ''dirayu'' di hiburan malam. Sebelumnya,
dia diajak putar-putar di hiburan malam Jakarta oleh pengacara. Menurut dia, sebelum kasus
itu meledak, Faried pernah menceritakan kalau ada pengacara Jakarta yang menawari uang Rp
10 miliar, asal para terdakwa kasus tol dituntut ringan. Selain itu, mereka juga meminta
agar saksi diseret jadi tersangka. (becky/endrayani)
Lha kenapa bisa dilaporkan Pak?
"Namanya juga orang (maksudnya rekan-rekannya di
kejaksaan) ada yang seneng dan tidak seneng. Ya yang iri itulah yang
melaporkan," tuturnya.
Pak Faried kan sakti, masak diperiksa saja
takut...
"Ah, kamu itu ada-ada saja," katanya pendek
sambil ngeloyor pergi.