Akibat La Nina, ekspor Madura tahun ini juga turun menjadi 83.000 dollar AS per hari. Sedangkan ekspor tahun lalu sebesar 100 ribu dollar AS per hari. Ekspor Madura meliputi garam, teri, jamu, pupuk.
Industri kecil
Lebih lanjut Suharno menjelaskan, hampir 90% produsen Madura tersebut adalah industriwan kecil. Dari data Deperindag di Madura ada 68.733 unit industri kecil dengan terbesar ada di Sumenep 34.173 unit dan Bangkalan 17.666 unit. Jika padamnya listrik di Madura tidak segera tertanggulangi dikhawatirkan kerugian makin membengkak hingga Rp 6-7 miliar per hari.
Beberapa dari mereka terutama yang menggunakan listrik saat ini tentu mengalami kemacetan dalam proses produksi, misalnya pabrik-pabrik roti yang memerlukan oven, produsen krupuk. Belum lagi adanya kecenderungan naiknya harga gas elpiji sebagai dampak mati lampu dan terganggunya arus tranaportasi. Yang masih agak tertolong adalah industri kecil logam yang memproduksi alat-alat pertanian. Para pandai besi ini biasanya masih menggunakan bahan bakar arang, meski penerangannya tetap memerlukan listrik.
Tidak hanya para pengusaha yang terancam kollaps, para karyawan industri kecil juga akan terancam penghasilannya. Misalnya saja dalam satu unit rata-rata tiga karyawan maka secara total sekitar 200 ribu orang yang terganggu mata pencahariannya.
"Dalam kondisi yang serba sulit seperti ini jangan sampai para pengusaha kecil dibuat makin sulit," katanya.
Untuk membantu mereka dalam waktu dekat ini Deperindag telah minta bantuan Pertamina pasokan baik minyak tanah dan solar sebagai bahan bakar genset hingga dua kali lipat. Suharno juga menghimbau kepada para asosiasi yang terkait dengan para pengusaha kecil seperti KUKMI, koperasi-koperasi, dan asosiasi lainnya untuk ikut segera membantu kesulitan para pengusaha kecil di Madura.
Industri pulau garam yang paling terpukul adalah produksi garam (Surabaya Post, 26/2). "Sejak terjadi pemadaman, hingga kini perusahaan berhenti total," kata Budiono, pimpinan Perusahaan Garam (PG) Budiono yang terletak di desa Tlanakan, kecamatan Tlanakan, Pamekasan. Karywan pun diliburkan, tetapi masih menerima gaji.
Karena produksi terhenti para pengusaha garam ini harus kehilangan omzet ratusan juta per hari. Budiono mengaku kehilangan omzet Rp 107,7 juta per hari. Rinciannya, dari garam meja omzet melayang Rp 10 juta, garam briket Rp 14 juta, garam cetak Rp 3,7 juta, garam halus open Rp 30 juta, garam halus tidak diopen Rp 50 juta. Agar kembali berproduksi dalam waktu dekat ini perusahan tersebut akan membeli genset seharga Rp 200 juta.
Industri lainnya adalah industri teri dan pabrik es. Akibat penggunaan genset ongkos produksi pabrik es meningkat hingga 100%. Padahal kapasitas produksi dengan genset hanya tinggal 30% dari semula. (hap)