back | |
Serambi KAMPUS |
https://zkarnain.tripod.com/ Internet Based Virtual Life-long Learning Environment for Maintaining Professional Vitality |
KESRA Selasa, 27 Juni 00 |
Suara Pembaharuan |
Perguruan Tinggi Indonesia Jago Kandang
Jakarta, 27 Juni Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, Dr Satrio Soemantri Brojonegoro mengakui, perguruan tinggi di Indonesia masih jago kandang. Artinya, hanya dikenal dan memiliki nama besar di Tanah Air atau hanya sampai pada tingkat lokal. Padahal, era kesejagatan menuntut sumber daya manusia berstandar akademis internasional. ''Harus diakui secara jujur, daya saing output SDM yang dihasilkan sejumlah PTS/PTN di Indonesia masih kurang kualitasnya jika dibanding dengan negara jiran sekalipun,'' ujar Satrio kepada wartawan usai melakukan penandatanganan naskah kerja sama dengan Presiden Universitas-universitas di Australia, Prof John Niland di Jakarta, Senin (26/6). Menurut Satrio, survei majalah bergengsi NewsWeek mengenai peringkat perguruan tinggi di Asia Pasifik menunjukkan, kondisi PTN di Indonesia masih tertinggal dengan negara jiran. Meskipun metodologi survei masih bisa diperdebatkan, hasilnya tetap merupakan fakta. Mengacu pada fakta tersebut, tantangan besar dunia pendidikan tinggi di Indonesia adalah menyikapi era kesejagatan dengan melahirkan SDM berkualitas dan bertaraf internasional. Serbuan sumber daya manusia asing atau ekspatriat dalam pasar bebas nanti merupakan tantangan besar bagi PTS/PTN. Pemerintah, ujar Satrio, mengambil inisiatif melakukan kerja sama antarnegara atau government to government, yang nantinya melibatkan seluruh perguruan tinggi Indonesia dan perguruan tinggi Australia. Selama ini sudah ada kerja sama antaruniversitas di Indonesia dengan di Australia, namun masih terbatas. Hanya universitas besar yang terlibat. Dalam tahap awal, ada 130 PTS/PTN yang terlibat dalam kerja sama dan bentuknya bisa dalam pertukaran mimbar akademis, pemberian beasiswa bagi dosen yang ingin melanjutkan studi, dan program pengembangan kurikulum pendidikan. ''Yang jelas kerja sama dilakukan dalam bentuk mutual benefits (saling menguntungkan),'' ujar Satrio. Diakui, komunikasi dan kebutuhan pasar di masa depan menjadi masalah bagi PTS/PTN di Indonesia. Dengan kerja sama, itu diharapkan kemampuan akademis SDM Indonesia akan meningkat karena pengelola pendidikan tinggi sudah memiliki visi menghasilkan output yang sesuai kebutuhan kebutuhan industri. Pengamat pendidikan tinggi, Dr Bambang Hartanto, menilai positif kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Australia. Menurut dia, kerja sama itu perlu diikuti dengan kebijakan swakelola dan swadana perguruan tinggi agar profesional. ''Saya menyambut baik kerja sama itu dan harus diikuti dengan kebijakan swakelola dalam dunia pendidikan tinggi yang dapat menciptakan iklim belajar dan mengajar secara lebih profesional'' katanya. (E-5) |