back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

DIKBUD
Jumat, 18 Agustus 00
KOMPAS


Sugeng Santoso: Wajib Belajar Mestinya Mulai dari TK

Jakarta, Kompas

Mengingat pentingnya pendidikan prasekolah dalam menunjang tumbuh dan berkembangnya anak, wajib belajar (wajar) mestinya tidak dimulai dari sekolah dasar (SD) melainkan mulai dari yang paling dasar, yakni taman kanak-kanak (TK). Akan tetapi, perubahan kebijakan itu selain membutuhkan dana wajib belajar lebih besar untuk membiayai program, juga membutuhkan guru pendidikan prasekolah yang memenuhi syarat untuk mendidik anak usia 3-6 tahun.

Pendapat itu dikemukakan Prof Dr Sugeng Santoso kepada Kompas di Jakarta, pekan lalu. Sebelumnya, persoalan pendidikan anak usia dini (PAUD) diangkat ke permukaan oleh Prof Sugeng Santoso (58) saat dikukuhkan menjadi mahaguru Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (FIP-UNJ) akhir Juli lalu.

Keberhasilan pendidikan bagi anak, kata Sugeng, ditentukan oleh pendidikan yang dilakukan sejak usia dini. Bentuk pendidikannya bisa TK, kelompok bermain, atau penitipan anak. Mengutip keterangan dari Unicef (badan PBB yang khusus mengurusi masalah anak) Indonesia dan Malaysia, kalau anak usia tujuh tahun tak diberikan pendidikan apa pun, anak itu akan terlambat dalam pertumbuhan dan perkembangannya. "Fisik mungkin tidak begitu kentara, tapi psikisnya akan kelihatan sekali jika tidak dididik," ujarnya.

Menurut Sugeng, pendidikan prasekolah bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang dibutuhkan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan selanjutnya.

Pembinaan dan pendidikan anak usia dini bisa dilakukan dalam bentuk pelayanan langsung kepada anak melalui program penitipan anak, kelompok bermain dan lembaga sejenis. alternatif lain adalah pendidikan caregivers kepada orangtua dan tenaga sukarelawan melalui kunjungan dari rumah ke rumah, pendidikan keluarga, pos pelayanan terpadu (posyandu) atau bina keluarga balita. Sedangkan upaya lain yang dapat ditempuh adalah peningkatan kesadaran masyarakat dan peningkatan tuntutan masyarakat atas perlunya program itu.

Harus seimbang

Usia anak 0-6 tahun tak boleh dibiarkan kosong. Masa tersebut justru menjadi saat pembentukan kepribadian anak. Oleh karena itu, dari segi motorik kasar (berlari, loncat) dan motorik halus (menggambar), keterampilan, pengenalan baca-tulis, berbahasa hingga budi pekertinya harus mulai dilatih dan dididik.

"Semua yang diberikan tadi harus seimbang, sehingga saat masuk SD ia sudah terlatih untuk memulai kegiatan bersekolah," tuturnya.

Sepanjang pengamatannya, saat ini jumlah penitipan anak, kelompok bermain maupun TK-terutama di kota-kota besar-makin menjamur, namun disayangkan sebagian besar belum dikelola sesuai tujuan pendidikan anak prasekolah. "Mengelola pendidikan prasekolah tidak bisa sembarangan, karena pengajarnya juga harus paham kondisi psikologis anak. Itu sebabnya para pengajar juga harus memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup," katanya seraya mengingatkan bahwa soal perlengkapan sarana belajar perlu pula diperhatikan.

Masalahnya, selain butuh modal cukup besar pendidikan prasekolah juga memerlukan persiapan sumber daya manusia yang memadai. Selain itu juga perlu adanya kesadaran para orangtua atas pentingnya program itu.

"Yang saya pikirkan adalah bagaimana pendidikan prasekolah untuk anak-anak yang berada di pedesaan. Mereka butuh perhatian lebih besar lagi," kata Sugeng. (tri)

Berita dikbud lainnya: