Bantuan Rumah Pengungsi Sambas Diduga Disunat
Surabaya - Surabaya Post
Uang bantuan pembuatan rumah sisipan senilai Rp 1,2 miliar untuk 900 pengungsi Sambas di kawasan Kec. Kokop, Kab. Bangkalan dari Menteri Kesra/Taskin, Haryono Suyono diduga disunat. Akibatnya, kondisi rumah yang seharusnya sudah layak huni kini memprihatinkan.
RKH Fuad salah seorang tokoh Masyarakat Bangkalan Madura ditemui di Gapura Surya Tanjung Perak, Rabu (1/9) di sela-sela menjemput 176 anak yatim piatu asal Sambas mengatakan, pembangunan rumah sisipan itu sangat memprihatinkan.
Dia mencontohkan, rumah yang dibangun itu dindingnya terbuat dari sesek bambu, lantai tanah, tikar bambu, dan atapnya terbuat dari daun kelapa. Jika dikalkulasi biayanya hanya menghabiskan sekitar Rp 650 ribu. Padahal, sesuai janji menteri setiap kepala keluarga mendapat rumah sisipan senilai Rp 1,5 juta.
"Jika tahu rumahnya seperti itu lebih baik setiap KK diberi uang Rp 1,5 juta sesuai jatah mereka agar mereka membangun rumah sendiri. Itu akan lebih baik," katanya.
Untuk mengetahui pembangunan ini, Fuad mengaku menemui seorang Direktur dari CV yang membangun rumah tadi. Namun gagal karena Direktur CV tersebut enggan komentar.
Fuad kemudian menanyakan itu ke Bupati Bangkalan. Namun, usahanya belum membuahkan hasil karena bupati saat itu tak ada di tempat. Dalam minggu ini dia hendak mengirim foto rumah itu ke Gubernur Jatim. Selain itu, Fuad juga mengungkap kembali belum mengucurnya bantuan beras dari pemerintah (Surabaya Post, kemarin).
Menyinggung tentang 176 anak yatim piatu yang tadi pagi turun di Dermaga Gapura Suryo, Fuad mengatakan mereka itu adalah anak-anak pengungsi Sambas berusia antara 5-16 tahun. Mereka nantinya akan dikirim ke berbagai pondok di Jatim. Ini merupakan gelombang ke dua.
Arifin (15), anak yatim dari Sambas kelas V SDN mengaku bapaknya tewas ditembak. Dan dia menyaksikan langsung pembunuhan itu dilakukan. Ibunya juga tewas saat meletusnya kerusuhan. Semua harta benda orang tuanya ludes.
Hakiki (13), yang tubuhnya terserang kudis terlihat paling murung di antara temannya. Dia harus berpisah dengan ibunya yang kini hidup di penampungan Pontianak. (bas, iwa)
|