Sebelum sampai di desa Banjar, Ali mengaku sempat
bersembunyi di dalam hutan. Dari situ kemudian, ia berencana mau melanjutkan pelariannya
lewat Tanah Merah. Namun, baru beberapa jam ia tiba di desa yang kering itu sudah disergap
polisi. "Kebetulan beberapa orang yang kita 'tanam' di
situ memergoki kehadiran Ali. Lantas informasi ini diteruskan kepada polisi,"
papar seorang perwira polisi ketika ditanya bagaimana ihwal keberhasilan menangkap
tersangka ini.
Perburuan Besar-Besaran
Sampai tadi malam, perburuan terhadap Musa terus
berlangsung. Bahkan tak tanggung-tanggung. Tiga kolonel sekaligus langsung memimpin
perburuan ini. Mereka adalah Kadit Serse Polda Jatim Kol Soeroto, Kadit Intelpampol Kol
Wahyu Saronto dan Komandan Brimob Kol Chanafi.
Ketiga pamen polisi ini terus menyisiri dan
mengubek-ubek tempat-tempat yang diperkirakan sebagai lokasi persembunyian Musa. Mereka
ikut masuk ke lokasi terjadi pembantaian yang menewaskan tiga anggota polisi, sampai terus
ke dalam hutan dan naik ke gunung. "Pokoknya Musa harus bisa ditemukan dalam
keadaan hidup atau mati," tegas polisi yang ikut dalam perburuan ini. (mam)
Bapak-Ibunya Ditahan
Dari 42 orang tersangka yang kini diperiksa di
Polres Bangkalan, empat di antaranya mengaku terlibat langsung membunuh polisi. Sedangkan
yang lainnya baru mengatakan ikut melakukan pengeroyokan dan penganiayaan. Bapak dan ibu
Musa termasuk puluhan orang yang diamankan itu. Juga mertua perempuannya. Sedangkan
istrinya sudah keburu kabur dari rumahnya.
Keempat tersangka pembunuhan polisi itu Nk, 25 tahun
warga Daleman, Om, 16 tahun warga Tellok, Ms, 28 tahun warga Tellok dan Da, 40 tahun warga
Daleman. "Mereka semuanya mengaku membunuh polisi karena tipu daya dan hasutan
Musa yang meneriaki PKI kepada polisi yang mau menangkapnya," paparnya.
Kapolda menjelaskan, lima tersangka terpaksa harus
ditembak karena berusaha melawan dan menyerang polisi ketika hendak ditangkap.
"Kini tersangka yang luka dalam perawatan dokter. Tak ada satupun tersangka
atau warga yang meninggal," kata Kapolda.
Selain itu, dari hasil pengejaran yang dilakukan
polisi dapat ditemukan lagi sepucuk pistol. Senjata api genggam ini tergeletak di semak
belukar dan dalam keadaan kosong. Tidak ada pelurunya. Diperkirakan, pistol ini dipakai
terlebih dahulu untuk menembak kepala korban M Hadiri sebelum dibuang.
Barang bukti lainnya yang disita polisi adalah
puluhan senjata tajam dan Yamaha RX King berplat nomor B. Kendaraan ini ditemukan di rumah
Musa. "Motor ini diperoleh dari hasil kejahatan di Jakarta. Karena setelah
dicek, ternyata ada di DPB (daftar pencarian barang) Polda Metro Jaya,"
jelasnya.
Silakan Kembali ke Desa
Kapolda Jatim Mayjen Pol M Dayat mempersilahkan
warga desa Daleman dan Tellok yang ingin pulang ke rumahnya. "Saya akan jamin
keselamatan mereka. Asalkan mau membantu polisi menangkap Musa. Dan jangan malah
melindungi penjahat seperti dia (Musa, red)," tegas Kapolda ketika berkunjung
ke Mapolres Bangkalan, kemarin.
Orang nomor satu di jajaran kepolisian Jatim ini
datang ke Madura bersama Asops (asisten operasional) Kapolri Mayjen Pol Surojo Bimantoro.
Dalam kunjungan kerjanya ini, kedua petinggi Polri itu juga menyempatkan mengunjungi rumah
duka almarhum Sertu Anumerta M Hadiri di Tunjung, Burneh Bangkalan.
Menurut Kapolda, saat ini, hampir semua pemuda dan
laki-laki di lokasi kejadian tidak berada di desanya. Diduga mereka sengaja bersembunyi di
suatu tempat karena takut ditangkap polisi. Yang tinggal di desa hanya perempuan dan
anak-anak. "Karena itulah saya imbau mereka segera kembali ke desa,"
katanya. Sebab, bukan warga desa yang menjadi lawan polisi, melainkan Musa.(mam/amu)