back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Virtual Life-long Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Rabu
19 Januari 2000
Radar Madura


Fadhilah Kemungkinan Punya
Andil Tragedi Pemilu 1999

GP Ansor Akan Bentuk TPF, Buktikan Kebenaran Kuburan Massal

BANGKALAN - Untuk membuktikan sinyalemen tentang ''Tragedi Pemilu 1997'' di Sampang yang diduga banyak memakan korban jiwa, DPC GP Ansor Sampang akan membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) untuk menginvestigasi tragedi tersebut. Ketua DPC GP Ansor Sampang Drs H. Dja'far Shodiq menegaskan, pernyataan DPC GP Ansor Sampang tentang kuburan massal korban Tragedi Pemilu 1997 bukan bualan belaka, tapi berdasarkan informasi, data, dan fakta. ''GP Ansor akan membentuk Tim Pencari Fakta untuk mengungkap keberadaan kuburan massal di Sumenep untuk menanam korban tragedi Pemilu Sampang,'' tandas Dja'far, yang juga anggota DPRD I Jatim ini.

Dja'far juga mengungkapkan tentang kemungkinan keterlibatan Bupati Sampang H.Fadhilah Bodiono karena memberikan instruksi ganda. Dikatakan, saat itu Fadhilah mengintruksikan kepada camat-camat untuk tidak memberikan formulir CA-1 rekapitulasi suara kepada para saksi PPP. ''Di sisi lain, Fadhilah menulis memo kepada PPP agar saksi diberi formulir CA-1,'' kata Dja'far yang saat itu menjabat sebagai wakil sekretaris PPP Sampang.

Akibatnya, sambung Dja'far, pada H-1 Pemilu 1997, massa PPP berkumpul di Lapangan Wijaya Kusuma Sampang untuk meminta kejelasan tentang pemberian formulir CA-1 untuk saksi PPP. Peristiwa tersebut, akhirnya menjadi pemicu Tragedi Pemilu 1997. ''Kemungkinan Fadhilah punya andil dalam tragedi ini. Dan saya masih menyimpan memo bupati yang ditulis ke PPP saat itu,'' ugkapnya.

Beberapa minggu lalu, kata Dja'far, dia telah mendatangi langsung lokasi kuburan massal yang berada di sekitar Kecamatan Pasongsongan, Sumenep. Namun, jalan masuk ke kuburan sudah dirusak, sehingga kendaraan tidak bisa masuk ke lokasi kuburan massal. ''Mungkin saja ada oknum yang sengaja merusak jalan masuk ke kuburan untuk menghalangi adanya penyelidikan lebih lanjut perihal kuburan tersebut," ujarnya.

''Informasi tentang adanya kuburan massal tersebut saya dapatkan ketika intel Kodam turun untuk menangani kasus tersebut dan menemukan mayat Achmad Wafir (bukan Wahid seperti yang diberitakan, Red.) dan juga adanya kuburan massal di sekitar Pasongsongan Sumenep yang diduga kuburan korban Tragedi Pemilu Sampang. Jadi, saya tidak membual,'' tegas Dja'far.

Berdasarkan catatan dari DPC PPP Sampang, lanjutnya, ada 24 orang yang dinyatakan hilang dalam tragedi tersebut, yang juga didasarkan pada laporan masyarakat. Kemudian, dua hari setelah kejadian, 13 orang ditemukan di Polres Sampang dalam keadaan fisik yang sangat mengenaskan. Juga, ditemukan satu orang korban meninggal, yaitu Achmad Wafir. ''Sedangkan 10 korban sisanya, atau mungkin korban lain yang tak tercatat, sampai sekarang masih belum jelas nasibnya dan masih menjadi pertanyaan,'' tegas Dja'far.

''Hasil autopsi mayat Achmad Wafir hingga sekarang masih ada di Polres Sumenep. Hanya jaksa dan hakim saja yang boleh melihat, sedangkan yang lain tidak diperbolehkan,'' tambahnya.

Menanggapi tentang jabatannya sebagai Wakil Sekretaris DPC PPP Sampang saat itu, Dja'far mengelak pernah memberikan pernyataan seperti yang dikatakan Wakil Ketua DPC PPP Sampang H. Abdul Wadud Luthfi (Radar Madura, 17/1). Bahkan, katanya, dua hari setelah dia berdemo bersama GP Ansor 25 Juni 1998, dia dipanggil pengurus DPC PPP dan dipecat dengan tidak hormat. ''Justru saya melihat adanya konspirasi di antara elit partai saat itu,'' tegas Dja'far.

Untuk membuktikan keseriusan GP Ansor untuk mengungkapkan Tragedi Pemilu 1997, lanjut Dja'far, DPC GP Ansor tidak hanya akan membentuk Tim Pencari Fakta, tapi akan mengundang Komnas HAM untuk datang ke Madura. Ditegaskan, GP Ansor siap membantu Komnas HAM untuk meninjau lokasi kuburan massal tersebut dan memberikan data-data yang diperlukan untuk pengungkapan kasus memiliukan tersebut.

Selain itu, kata Dja'far, GP Ansor juga akan mengadukan Bupati Sampang Fadhilah Budiono untuk bertangung jawab atas Tragedi Pemilu 1997 tersebut. ''GP Ansor akan mengundang Komnas HAM untuk turun ke Madura mengenai Tragedi Pemilu 1997 di Sampang untuk mengungkapkan kebenaran," tandas Dja'far. (mat)