Nomor 17/V 13 Maret 1999 |
Gatra |
Tapi, Adhi Satriya, Direktur Utama PLN, belum berani menunjuk hidung si pemilik jangkar itu. Ia hanya menduga, biang keroknya adalah Kapal Motor Kota Indah, milik Pacific International Lines, Singapura. "Sebab, itulah satu-satunya kapal yang berlabuh di daerah kawasan bebas jangkar ketika peristiwa itu terjadi," ujar Adhi pada pers, Kamis pekan lalu.
Memang, nahkoda Kota Indah, A.S. Akhtar, mengakui kapalnya diterpa angin dan arus hingga terseret di kawasan bebas lego jangkar. Tapi, catatan Stasiun Metereologi Tanjung Perak pada saat kejadian, 19 Februari lalu, area laut tersebut dalam kondisi normal. Angin bertiup dari barat ke arah barat laut dengan kecepatan 0-22 knot, dan gelombang laut cuma 0-1,5 meter.
"Jadi, baik angin maupun arus air laut, tidak mungkin bisa menyeret kapal," kata L.S. Dirgahayuni, Asisten Pengamat Stasiun Metereologi Tanjung Perak, kepada Wahyudi N. dari Gatra.
Sebenarnya, bencana jangkar di Selat Madura bukan baru kali ini saja terjadi. Di selat itu terbentang tiga sirkuit kabel berdaya 150 kv. Pada 1994, sirkuit dua tertimpa jangkar kapal M.V. Ocean Competence. Tapi bencana ini tak sampai membuat listrik di Pulau Karapan Sapi itu lumpuh. Sebab, sirkuit lainnya masih berfungsi. Kabel merek BICC-England itu pun diperbaiki pada 1996.
Pada 1996, kejadian serupa terjadi, menimpa sirkuit tiga. Kabel merek Showa buatan Jepang itu tersangkut jangkar kapal M.V. Festivity. Setelah diperbaiki, kabel itu pun kembali dioperasikan pada akhir Juni 1997. Celakanya, empat bulan kemudian, sirkuit ini kembali terkait jangkar kapal M.V. Bali Sea. Akibatnya sirkuit itu putus, hingga kini.
Memang, kedua kejadian tersebut tak sampai membuat aliran listrik ke Pulau Garam itu mati. Namun, sialnya, pada 19 Februari lalu, jangkar yang diduga milik kapal Kota Indah memutuskan dua sirkuit sekaligus. Akibatnya, fatal. Madura gelap. Kabel berdiameter 149 milimeter itu tak lagi berfungsi. Mungkin perbaikannya memakan waktu setahun.
Kasus ini pun menyulut sejumlah kecurigaan. Salah siapa? Adakah konstruksi pemasangannya yang senilai 4 juta lebih itu tak memenuhi standar? Menurut Kompas, yang mengutip keterangan dari sumber di PLN Distribusi Jakarta Raya-Tangerang, kabel laut di Jawa-Madura-Bali hanya diletakkan di dasar laut. Cuma pada bagian ujung di dekat pantai saja yang ditanam langsung (direct burried).
Jadi, pemasangan kabel di wilayah berkonjungtur tidak rata seperti di Selat Madura dan Selat Bali yang sekadar diletakkan itu memungkinkan kabelnya mengambang -kendati di beberapa bagian sudah dipatok dengan beton. Kabel yang mengambang itulah yang tersangkut jangkar.
Namun, pendapat di atas dibantah Hizban Achmad, Pemimpin PLN Distribusi Jawa Timur. Menurut Hizban, kabel listrik Jawa-Madura itu ditanam sedalam tiga meter dari stiff clay (tanah liat di dasar laut) tanpa cor. Cara penanaman ini sesuai dengan keputusan Direktorat Perhubungan Laut tahun 1986, yang mensyaratkan penanaman kabel minimal 1,5 meter dari stiff clay.
Selain itu, PLN juga sudah memperhitungkan tingkat korosifnya dengan memakai kabel berstandar internasional. Bagian luar kabel itu dilindungi berlapis-lapis isolator, plus lapisan selongsong aluminium berisi minyak yang berfungsi mengamankan setrum. Jika aluminium itu pecah, minyak akan keluar, dan dalam hitungan detik arus listrik terputus.
Tidak hanya itu, PLN juga melengkapi perlindungan kabel sepanjang 4.000 meter di Selat Madura itu dengan menempatkan dua suar apung berjarak 800 meter. Areal tersebut tak boleh dilalui kapal. Peta perlindungan ini sudah didaftarkan pada Pelayaran Internasional sebagai zona larangan lego jangkar.
Jadi, Hizban merasa yakin, pemasang kabel di Selat Madura sudah sesuai standar. Dugaan bahwa pelaksana pemasangan kabel bawah laut itu, BICC Supertension Cable Ltd dari Inggris, melakukan penyimpangan dianggapnya mengada-ada. Sebab, semua itu bisa meruntuhkan reputasinya di dunia internasional. BICC sudah berkecimpung dalam soal pemasangan kabel listrik sejak 1945 di Eropa, Asia, dan Australia. "Jadi, mereka tidak akan menyimpang dari ketentuan yang seharusnya," ujar Hizban kepada Muchlis dari Gatra.
Hingga pekan lalu, pihak PLN masih kesulitan mendeteksi lokasi persis musibah itu. Kerugiannya pun masih dihitung. Yang pasti, dalam kasus ini PLN telah mengeluarkan biaya operasional tambahan untuk mendatangkan 22 unit genset berkekuatan 5 megawatt sebesar Rp 100 milyar. Ini di luar biaya kerugian.
Kerawanan kabel bawah laut juga mengintai jaringan Jawa-Bali. Menurut sumber Gatra, dari enam kabel - dalam satu sirkuit - yang ditanam melintas Selat Bali, kini tinggal satu yang berfungsi. "Isolator kabel-kabelnya sudah koyak di sana-sini," katanya. Kabel berkapasitas 250 megawatt itu kemungkinan putus tetap besar.
Namun, berbeda dengan kondisi di Madura, di Bali rada aman. Rasa aman ini terwujud karena di sana ada sebuah turbin gas pembangkit listrik berkekuatan 200 megawatt. Turbin yang semula ditempatkan di Muara Tawar, Jakarta Utara, itu telah dipindahkan ke Bali pada Mei 1997 sebagai cadangan.
Andi Zulfikar Anwar dan Koesworo Setiawan
top | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |