back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Surabaya
10 Juli 1999Surya
Besi tua: Potensi Besar yang Ditelantarkan
Bidang usaha satu ini bagi sekelompok anggota masyarakat mungkin dianggap jorok dan terkesan kumuh. Namun, bagi keluarga H Choddin Abdur Rahman, usaha besi tua justru ladang 'emas'. Berbekal tekad ulet dan gigih, tiap bulan Abdur Rahman mampu meraup laba lebih dari Rp 28,5 juta per bulan. Angka itu setelah dipotong gaji untuk keempat karyawannya yang total hampir Rp 2 juta per bulan serta biaya operasional bulanan, seperti membayar rekening PLN dan telepon sebesar Rp 1,5 juta. "Alhamdulillah, ini berkat rahmat Allah. Dan yang tidak bisa dipungkiri, saya cuma melanjutkan usaha yang sudah dirintis oleh orangtua," tutur Abdur Rahman, direktur CV Karya Bhakti, dengan nada merendah. Berawal dari usaha kecil-kecilan, perusahaan yang dikelola keluarga Abdur Rahman kini mampu jadi pemasok besi tua terbesar ke PT Ispat Indo. Dari sekitar 60 pemasok besi tua ke PT Ispat Indo, CV Karya Bhakti menempati urutan pertama dengan jumlah setoran rata-rata lebih dari 5.000 ton per bulan. Dari data di PT Ispat Indo, pemasok lainnya hanya berkisar 3.000 ton atau kebanyakan hanya 1.000 ton. Abdur Rahman memang tidak bekerja sendiri. Ayah empat anak ini dikelilingi sedikitnya 120 0rang pemulung dan pengepul, yang tidak hanya berasal dari kawasan Surabaya, namun juga dari Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, dan Probolinggo. Tidak hanya itu, pemulung maupun pengepul yang memasok besi tua ke perusahaan Abdur Rahman juga ada yang dari Banjarmasin, Balikpapan, dan Ujung Pandang. Hj Hamimah Sofiah, isterinya, serta keempat anaknya juga selalu mendampingi dirinya bergelut dengan besi-besi rongsokan. "Tiap hari saya mendapat pasokan rata-rata 150 - 200 ton," papar warga jalan Sidorame ini sambil menyebut untuk pasokan sebanyak itu dia mengeluarkan dana Rp 150 juta per hari bagi para pemulung dan pengepul. Berkat keuletan dan kreativitas Abdur Rahman, perusahaan besi tua itu kini memiliki empat alat pengepres yang bahannya juga dari besi tua. Produktivitas masing-masing mesin pres, yang nilainya Rp 80 juta ini, tiap hari rata-rata enam ton. Dengan mesin pres ini, pengiriman besi tua sudah dalam bentuk pak-pakan, ke pabrik bisa lebih ringan dan mudah. Potensi usaha di bidang besi tua ini, diakui Abdur Rahman cukup besar. Namun, ternyata potensi ini ditelantarkan (kkurang mendapat perhatian serius) dari pemerintah. Akibat kurangnya binaan dan arahan pemerintah, baik dari Departeman Koperasi maupun Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag), pemulung dan pengepul ini bekerja sendiri-sendiri. "Jika ada yang membina, mereka kan bisa mendapat kredit sebagai modal usaha. Karena kesulitan modal, ya usaha yang mereka lakukan tidak bisa berkembang," cetus pria asal Bangkalan ini. Selain soal modal, kesulitan yang sering dihadapi pemulung maupun pengepul adalah kepercayaan dari pabrik. Pasokan besi tua mereka ke pabrik tidak jarang ditolak kalangan pabrik lantaran tidak adanya penjamin kualitas besi besi yang disetorkan. Abdur Rahman, yang mengaku tidak sempat menikmati bangku perguruan tinggi ini, menambahkan keinginan dibentuknya wadah para pemulung, pengepul, dan pemasok besi tua ini amat mendesak. Dengan adanya wadah tersebut, diharapkan koordinasi para pelaku usaha besi tua bisa jadi lebih mantap. (pra) |