back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Jumat, 16 April 1999 |
Kompas |
Sambas, Kompas
Kerusuhan di Kabupaten Sambas (Kalbar) masih belum reda, terutama di wilayah Kecamatan Sungairaya yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pontianak. Kamis (15/4), sedikitnya 25 rumah warga Madura hangus dibakar massa.
Sementara itu, menurut Camat Sungairaya, Haswandi Hasyim, hingga kini sekitar 200 kepala keluarga (KK) warga Madura yang masih bertahan dan menolak diungsikan. Mereka tinggal di Dusun Melapis, Desa Sungaiduri (70 KK), Kampung Tengah, Desa Karimunting (70 KK), dan Dusun Sampang, Desa Sungaikeran (60 KK).
Menurut pengamatan Kompas, situasi di Kecamatan Sungairaya hingga kemarin belum pulih benar. Satu peleton pasukan antihuru-hara (PHH)) dari Batalyon Armed 10 Kostrad ditempatkan di Desa Sungaikeran.
Dalam insiden Rabu pukul 16.30, ketika terjadi baku tembak antara massa dengan aparat, seorang warga, Saleh (50), tewas tertembak petugas yang berupaya mencegah pembakaran rumah di Dusun Guntur, Desa Rukmajaya. Dalam insiden ini, anggota PHH, Pratu H Harefa, menderita luka tembak senjata api rakitan yang dilepaskan massa. Sebanyak 31 rumah warga Madura di Dusun Guntur dibakar massa. Dalam peristiwa ini polisi menahan empat orang.
Aksi pembakaran di Kecamatan Sungairaya meluas sejak Minggu (11/4). Selama empat hari ini, sudah 133 rumah dibakar. Tidak semua rumah yang dibakar milik warga Madura, karena sudah dua kali warga Madura melakukan serangan balik dan membakar 22 rumah warga Melayu. Kecuali itu, seorang warga Melayu, Herman Mahidin (35), tewas akibat luka bacok di lehernya, Selasa lalu.
Pengungsi Sambas yang kini tinggal di Bangkalan Madura, biaya hidupnya ditanggung Pemda setempat selama dua bulan.
Gubernur Imam Utomo mengungkapkan itu di Desa Katol, Kecamatan Geger, Bangkalan, Kamis, ketika menyerahkan sumbangan berupa uang Rp 35 juta dan 25 ton beras. Jumlah pengungsi yang ada di sembilan kecamatan di Bangkalan, sekitar 6.000 jiwa. (ksp/eta)