Lewat Batik Kristal, Madura ke Pasar Global
BATIK tulis Madura kini sudah diperhitungkan di tingkat nasional, bahkan bisa disejajarkan dengan batik Pekalongan, yang telah dikenal lebih dulu.
Salah satu upaya yang bisa mengangkat citra Pulau Madura ini dilakukan Ny Soraya Sallal. Perajin batik tulis dari Pamekasan ini bahkan membuat lompatan budaya dengan karyanya yang berlabel "Batik Kristal".
Karena karyanya itulah, pemerintah dalam memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional lewat Menristek menganugerahkan penghargaan berupa Anugerah Teknologi 1999.
Penghargaan ini bukan hanya milik Soraya, tapi merupakan kebanggaan bagi masyarakat Madura khususnya semua perajin batik yang ada di pulau garam itu.
"Mudah-mudahan penghargaan ini merupakan awal yang baik bagi para perajin batik di Madura, untuk meningkatkan mutu sehingga bisa bersaing di pasaran. Apalagi menghadapi pasar bebas yang tinggal beberapa tahun lagi," kata Ny Soraya ditemani suaminya Sallal di istana Batik Kristal, di Pamekasan.
Tidak Retak
Ciri khas batik kristal yang menjadi penilaian kantor Menristek terlihat pada desain yang bagus, komposisi warna, teknik pewarnaan batik dengan menggabungkan teknik tradisional dengan pewarnaan kulit. Sehingga noda tidak menempel pada kain dan garis-garis pada kain tidak retak.
Yang membuat beda hasil karya batik kristal dengan batik tulis tradisional yang ada di Madura, terletak pada penerapan teknologi pewarnaan. Seperti lazimnya batik di Madura sekarang, sebagian besar sudah menggunakan pewarna dari bahan kimia (neptol). Walau sebagian kecil pembatik masih menggunakan pewarna secara alami terutama yang tinggal di pedesaan dengan mempertahankan keaslian alam.
Penggabungan teknik tradisional dengan teknik pewarnaan kulit merupakan kreasi dari suami istri ini. Ny Soraya kebetulan mempunyai darah pembatik dari kakek-neneknya. Sedang suaminya, sejak muda sudah bergelut dengan kulit binatang, bahkan sempat mengenyam pendidikan di Akademi Teknologi Kulit, Yogyakarta, pada 1987.
Batik tulis Madura umumnya masih mempertahankan pola tradisional dan ternyata lambat berkembang. Sehingga perlu ada terobosan baru agar bisa mendongkrak pasar batik tulis Madura.
Teknologi Batik Kristal hingga kini masih menjadi rahasia perusahaan. Perpaduan teknologi ini dilakukan mulai proses awal hingga finishing. Mulai dari proses kesiapan kain putih yang siap menerima warna sekuat-kuatnya (diistilahkan diketel). Bahan yang diperlukan minyak camplong dilarutkan dengan kaustik soda.
Pekerjaan pembatikan Ny Soraya yang di tempat kerjanya dibantu 15 karyawan (kolektor). Kain yang telah siap, didesain dengan bentuk kontemporer, etnik Madura atau penggabungan. Pengerjaan selanjutnya diserahkan pada anak asuh yang berjumlah 200 orang di desa-desa. Hasil kerja pembatik dikontrol oleh kolektor yang terus mendapat pengawasan Ny Soraya.
Dipakai Ibu Negara
Dikisahkan Ny Soraya, pada waktu Presiden Habibie masih menjadi Menristek/Ketua BPPT, Ibu Ainun Habibie tertarik dengan Batik Kristal di suatu pameran. "Pada waktu Ibu Ainun Habibie menjadi Ibu Negara, beliau pernah memakai Batik Kristal. Katanya pesanan dari Bapak Gubernur Basofi Soedirman saat itu. Ya cukup bangga batik Madura pernah dipakai ibu negara," kata Ny Soraya yang lulusan IKIP Malang ini.
Saat ini produksi Batik Kristal, bisa mencapai 500 potong ukuran 2-3 meter, dan 1.000 potong sal. Bagi Ny Soraya tidak mengalami kesulitan untuk memasarkan hasil produksinya.
Sebab sudah ada pedagang atau relasi yang datang ke show room-nya. Batik yang mempunyai kelas tersendiri ini harganya mulai dari Rp 750 ribu hingga bisa Rp 3 juta/potong (kain sutera).
Kini batik dengan warna hitam keperak-perakan, merah muda, hijau, dan perpaduan warna tak hanya tersebar di Madura, Surabaya, Jakarta, dan kota-kota Indonesia lainnya. Warga Amerika, Belanda, Jepang, Korea, Brunei, Malaysia, Arab Saudi sudah ada yang memakai Batik kristal.
Untuk memposisikan batik Madura lebih dikenal lagi, Ny Soraya tak segan memberikan bimbingan ke pengusaha batik lainnya. Kini Istana Batik Kristal menjadi jujukan birokrat, dan akademisi, baik lokal, regional, nasional, maupun internasional untuk minta dibimbing. (Kasiono)
|