Pengukuran Tingkat Kebisingan PLTG Kamal
Beberapa Rumah Masih di Atas Ambang Batas
Bangkalan - Surabaya Post
Hasil pengukuran tingkat kebisingan suara yang ditimbulkan PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas) di Kampung Nangkek, Desa Gili Timur, Kecamatan Kamal, Bangkalan, di dua puluh rumah penduduk terdekat, delapan di antaranya mencapai angka di atas ambang batas minimal 55 dBm (baca desibell meter).
Agar tidak mengganggu penduduk dari polusi suara, pengelola PLTG agar menurunkan kebisingan suara.
Petugas pengukur kebisingan dari Hiperkes Balai Kesehatan Kerja, Kanwil Depnaker Jatim, dan Bapedalda Jatim. Pengukuran disaksikan Ketua DPRD Bangkalan, KH Drs Syafik Rofii, bersama pimpinan Dewan dan Ketua Fraksi-fraksi, pejabat dari PT PLN Surabaya dan PT PLN PJB II UP Gresik, Muspida Bangkalan, Muspika Kamal, tokoh masyarakat dan pemilik rumah terdekat Desa Gili Timur.
"Dari 20 rumah yang dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah pengoperasian PLTG, beberapa rumah di atas angka 55 dBm. Sedang batas minimal bagi proyek PLTG di daerah permukiman adalah 55 dBm," kata Ir Wito Siyoso, petugas dari Kanwil Depnaker Jatim, seusai membacakan tingkat kebisingan di hadapan yang hadir pada acara pengukuran tingkat kebisingan suara PLTG Gili Timur, Kamis (24/8).
Ir Habib Rochani, Manager Unit Pembekalan Gresik, mengatakan, untuk mengurangi tingkat kebisingan agar di beberapa rumah tidak lagi di ambang batas, akan memasang peredam suara di lokasi proyek, juga meninggikan pagar pembatas, menanam pepohonan di sekitar lokasi.
"Kami memohon pengertian pada masyarakat, segera akan berupaya supaya suara bising lebih berkurang. Ini terus dilakukan secara bertahap," katanya.
Menyinggung tentang masih ada masyarakat yang meminta lokasi proyek dipindah, menurut Habib, hal itu tidak mungkin dipenuhi. Sebab PLTG ini dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat Madura.
"Sebenarnya pengoperasian PLTG rugi. Sebab biaya produksi 403,7/kWh, dijual ke konsumen 230/kWh. Kalau tidak dioperasikan, kami malah enak tidak rugi, tetapi demi memenuhi kebutuhan masyarakat Madura yang lebih besar," ujarnya.
Di PLTG Gili Timur terdapat dua unit pengoperasian, masing-masing berkapasitas 20 mega watt. Ini digunakan untuk menunjang pendistribusian listrik Madura dari kabel bawah laut di Selat Madura.
"Setiap hari hanya dioperasikan 3 jam, mulai pukul 17.00-20.00. Saat itu puncak penggunaan listrik. Bila tidak ditunjang PLTG ini, ada beberapa daerah di Madura tidak teraliri listrik," ujar Habib. (kas)
|