back | |
Serambi DEPAN |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Jumat 20 Jumat 1999 |
Radar Madura |
Musim Panen Tembakau Tiba: Panen dan Toko Pamekasan Penuh Sesak Pembeli Musim panen tembakau di Madura telah tiba. Musim belanja pun datang. Itulah yang selama ini menggejala di beberapa kota di Madura, seperti Sumenep, Pamekasan, dan juga Sampang. Sebab, dari empat kabupaten yang ada di Pulau Garam ini, hanya Bangkalan yang tidak cocok untuk ditanami emas hijau (baca: tembakau) tersebut. Tahun ini petani tembakau diperkirakan akan menangguk untung besar. Sebab, seiring naiknya harga rokok, petani tembakau mengharapkan harga tembakau petani juga ikut terdongkrak. Apalagi, musim kali ini lebih bersahabat, karena langit terang dan hujan tidak turun menjelang panen yang bisa menyebabkan tembakau rusak. Dari catatan Dinas Perkebunan, dalam masa tanam tembakau tahun 1999 di Pamekasan terdapat 24.465 hektare areal pertanian yang ditanami tembakau. Tentu angka fantastis ini cukup menggembirakan bagi Disbun, Pamekasan. Sebab, mengacu tahun 1998, para petani Pamekasan hanya bisa menanam tembakau seluas 3.000 hektare. Hal ini dimungkinkan karena dampak krisis moneter, juga karena sebagian petani masih ragu-ragu untuk menam tembakau akibat cuaca yang tidak stabil saat itu. Tapi, bukan hanya petani tembakau yang menuai untung. Para pedagang barang-barang kebutuhan pun akan kecipratan. Ini terlihat di sejumlah pusat perbelanjaan (pasar, Red) di Pamekasan. Tampak wajah-wajah ceria bersliweran. Toko dan pasar di Pamekasan tampak sesak dengan pembeli yang memborong barang-barang yang dijual di toko. Para petani tembakau yang selama musim tanam kehidupannya cukup memprihatinkan, bahkan ada yang terpaksa harus tidur di sawah, kini tampak berubah. Mereka dengan ringan (tanpa peritungan) mengeluarkan uang untuk membeli apa saja yang diinginkan. Bahkan, banyak di antaranya yang tanpa menawar. Saya memang sudah lama mendambakan ini, kata lelaki yang mengaku bernama Ahmad sambil menunjukkan pesawat TV yang baru dibelinya. Di Pamekasan, bisa jadi juga di Sumenep dan Sampang, sudah jadi kelaziman saat musim panen tembakau tiba, para petani tembakau berduyun-duyun pergi ke pasar untuk belanja. Para petani tembakau tidak segan-segan membeli segala kebutuhan rumah tangga, mulai membangun rumah hingga melengkapi isi rumahnya, seperti kulkas, TV berwarna, dan tape. Bagi mereka yang senang bersolek (umumnya wanita) biasanya memborong emas, pakaian baru, dan semacamnya. Fenomena ini benar tentu mendatangkan keuntungan besar bagi para pedagang. Mereka ikut panen atas keberhasil masa panen tembakau. Para pedagang tidak lagi ngantuk menunggu pembeli. H. Suud Faizal misalnya. Pedagang kain di JL Kabupaten ini biasanya sepi pembeli, kini kebanjiran pembeli. Dia tampak kewalahan melayani para pembeli yang datang silih berganti. Selain di pasar dan toko barang, keramaian ini nampak juga di lokasi pasar sepeda motor di Pasar Kol-Pajung. Di pasar tersebut terlihat deretan sepeda motor yang dipajang, bahkan meluber sampai ke jalan raya. Keramaian ini menyebabkan jalan di depan pasar itu agak macet. Pamekasan dikenal punya lahan pertanian tembakau terluas se Madura. Di kota Pamekasan ini juga dijumpai gudang penyuplai tembakau terbesar se Madura. Banyak gudang-gudang rokok besar yang dibangun di Pamekasan. Dari seluas areal tembakau tersebut bukan berarti semua tergolong lahan produktif. Dalam catatan Disbun, Pamekasan tanah produktif untuk ditanam tembakau hanya bisa dijumpai dibeberapa wilayah Kecamatan. Seperti Kecamatan Galis, Pademawu, Pakong dan Waru. Kecamatan Proppo yang dikenal dengan desa tembakau, tidak tergolong Kecamatan produktif untuk tanaman tembakau. (hambali rasidi). |