back | |
Serambi MADURA |
PadepokanVirtual Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment |
Senin 22 Maret 1999 |
Kompas |
Sambas, Kompas
Kerusuhan di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar), hingga hari Minggu (21/3) belum juga reda. Massa tetap mengamuk, hingga menewaskan lima orang serta meluluhlantakkan ratusan rumah warga Madura di enam desa di Kecamatan Sambas, sekitar 230 km dari Kota Pontianak.
Dengan tambahan korban tewas sebanyak itu, kerusuhan di Sambas yang pecah sejak awal pekan lalu, sekurang-kurangnya telah menelan korban tewas sebanyak 110 orang. Angka ini diperkirakan lebih banyak lagi, mengingat masih adanya jenazah yang dibiarkan tergeletak di dalam hutan atau langsung dikubur oleh warga setempat. Sedangkan jumlah rumah yang dibakar dari tujuh kecamatan mencapai 1.800 unit.
Sabtu malam, massa juga mengepung perkampungan di Desa Rambaian, Sempadian, Sagarau, Segarang, Paritbaru, Paritsetia, di Kecamatan Tebas dan Kecamatan Jawai, yang lokasinya terisolir karena dibelah Sungai Sambas Besar.
Massa menggunakan perahu motor, menuju perkampungan warga Madura pendatang. Ratusan rumah dibakar dan puluhan jenazah ditemukan dalam insiden berdarah itu. Namun pihak berwenang belum bersedia memberikan keterangan resmi dalam kasus ini.
Jalan raya antara Singkawang dan Sambas masih terlihat lengang dan sepi. Jarang sekali kendaraan melintas di jalur utara Kalbar itu. Kelompok-kelompok massa masih tampak di sudut-sudut jalan.
Namun sejak siang hari, petugas gabungan TNI AD dan Polri melancarkan operasi senjata tajam dan senjata api di jalan raya. "Kami akan menyapu bersih senjata-senjata itu agar kerusuhan tidak berlanjut," kata Komandan Korem 121/ABW Kolonel (Inf) Encip Kadarusman. Operasi dilancarkan di daerah Sungaidaun, Kecamatan Selakau, Kabupaten Sambas, dan juga di daerah Mempawah, Kabupaten Pontianak.
Untuk membantu pengamanan di Sambas, dua satuan setingkat kompi (SSK) yang masing-masing berkekuatan 100 prajurit dari Batalyon Infanteri Udara 612/ Modang dan Brigade Mobil (Brimob) Polda Kaltim, hari Sabtu diberangkatkan dari Bandara Sepinggan Balikpapan ke Pontianak menggunakan dua pesawat Hercules TNI AU.
Kapolda Kaltim Brigjen (Pol) Crist Soepontjo yang didampingi Kepala Staf Kodam VI/Tanjungpura Brigjen TNI Yudo Wibowo melepas pasukan tersebut. Crist Soepontjo, yang mewakili Pangdam VI/Tanjungpura Mayjen TNI Zainuri Hs mengingatkan, seluruh prajurit yang diterjunkan ke wilayah kerusuhan, tugas utama adalah ikut mengamankan dan mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, dan bukannya menambahkan kekalutan. "Itu sebabnya, hendaknya menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya," tegasnya.
Ribuan diungsikan
Sementara dalam insiden di Jawai dan Tebas, informasi yang diperoleh menyebutkan, penyerangan ke perkampungan warga Madura itu terjadi, karena sebelumnya anak Kepala Desa Rambaian di Kecamatan Tebas bernama Mahrus tewas dibunuh pada Sabtu pagi. Malam harinya, massa berdatangan, naik perahu motor menyeberangi Sungai Sambas Besar, lengkap dengan senjata tajam dan senjata api rakitan.
Dalam penyerangan itu, puluhan orang ditemukan tewas, tujuhbelas di antaranya disebutkan sebagai "orang-orang kriminal yang meresahkan warga setempat". Sebanyak 400 rumah, 50 motor dan lima mobil dibakar massa.
Ratusan orang diungsikan dengan kapal perintis yang berada di tepi Laut Natuna, menuju Pontianak. Sedangkan sekitar 6.000 pengungsi lainnya dari Desa Rambaian (Tebas) kini diamankan oleh dua kompi pasukan keamanan. Sabtu malam, mereka diangkut dengan kapal TNI AL.
Komandan Pangkalan TNI AL Pontianak Kolonel Laut (P) Uray Asnol Kabri mengatakan, pihak TNI AL mengerahkan dua kapal perang, yaitu KRI Imam Bonjol dan KRI Teluksabang, serta satu pesawat pengintai Nomad untuk membantu para pengungsi. Dua KRI ini tiba di Pontianak pukul 14.30 sore, dan malamnya tiba di Pelabuhan Sintete, Pemangkat, Kabupaten Sambas.
Kapasitas KRI Teluksabang sekitar 1.000 orang, sedang KRI Imam Bonjol bertugas sebagai pengaman. Tugas pengamanan TNI AL ini dipimpin Komandan Gugus Tempur Komando Armada RI Kawasan Barat TNI AL Laksma TNI Sumardjono.
Demam dan Diare
Kondisi kesehatan ribuan warga korban kerusuhan di Kabupaten Sambas yang mengungsi di Pontianak, kini semakin memprihatinkan. Ratusan pengungsi mulai terserang diare, demam, dan radang paru-paru. Penderita umumnya anak di bawah lima tahun.
Petugas Posko Kesehatan dr Isman Ramadhi di Pontianak, Minggu, menjelaskan, serangan penyakit tersebut diduga akibat kondisi fisik yang sangat lemah, serta makanan dan lingkungan di lokasi pengungsian yang kurang bersih. Kondisi yang buruk itu diperparah lagi dengan stres sehingga mudah terserang penyakit.
Dikatakan, sejak hari Jumat hingga Minggu, jumlah pengungsi yang berobat mencapai 299 pasien. Mereka umumnya menderita diare, demam, radang paru-paru, serta perdarahan. Bahkan tujuh pasien di antaranya terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso Pontianak untuk dirawat secara intensif.
Jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah pada hari-hari berikutnya, khususnya anak balita. Sebab sepanjang hari Minggu, gejala itu mulai tampak. Dari 80 pasien yang diobati, sebanyak 18 balita menderita diare dan 25 lainnya menderita demam dan radang paru-paru.
Masih sulit
Berdasarkan pemantauan, Pemda Kalbar masih mengalami kesulitan mencari tempat untuk menampung pengungsi. Gedung Olahraga Pangsuma yang semula diandalkan jadi alternatif penampungan pengungsi -setelah lima lokasi lainnya penuh-ternyata juga hanya mampu menampung 2.000 jiwa. Padahal pengungsi yang tiba di Pontianak sepanjang hari Minggu mencapai 3.160 jiwa.
Untuk itu menurut Asisten Setwilda Kalbar Ibrahim Salim, pihaknya sedang mengusahkan sebuah gudang sembako yang terletak di kawasan Wajok, sekitar 15 kilometer arah utara Pontianak. Daya tampung gudang tersebut diperkirakan bisa menampung 3.000 orang.
Selain itu Pemda Kalbar juga sedang mencari lokasi lain yang dinilai cukup aman untuk dijadikan tempat pengungsian. Sebab saat ini sekitar 9.000 pengungsi yang belum terangkut dari Kabupaten Sambas.
Kebutuhan tempat penampungan itu juga untuk menampung 2.742 pengungsi yang saat ini diamankan di Asrama Haji. Karena daya tampung Asrama Haji paling banyak 1.000 jiwa, sedangkan pengungsi yang ada di lokasi itu telah mencapai 3.742 jiwa.
Hingga Minggu malam, jumlah pengungsi yang tiba di Pontianak diperkirakan mencapai 8.000 jiwa. Yang diamankan di pengungsian sebanyak 6.403 jiwa, sedang sisanya ditampung di rumah keluarga mereka di Pontianak dan kawasan sekitar.
Bantuan terbatas
Data di Kanwil Depsos Kalbar menyebutkan, bantuan makanan bagi para pengungsi yang masuk ke Posko masih terbatas. Apalagi pengungsi kemungkinan masih cukup lama. Beras yang dimasak diperkirakan sebanyak dua ton per hari. Stok beras yang tersedia saat ini tinggal 18 ton.
Sedang untuk biaya lauk pauk bagi pengungsi, Kanwil Depsos sedang mengusulkan ke Depsos di Jakarta agar dinaikan dari Rp 1.500 menjadi Rp 3.000/ orang per hari. Pertimbangannya indeks itu sudah tak sesuai lagi dengan perkembangan harga sayur-sayuran di pasaran. "Ini cuma usul saja. Keputusannya terserah Mensos," ujar Kakanwil Depsos Kalbar Suyatno Yuwono.
Kasus kerusuhan di Sambas yang menimbulkan puluhan korban tewas serta kerusuhan-kerusuhan serupa seperti yang terjadi di Ambon, Ketapang, Banyuwangi, dan daerah lain, diduga sengaja untuk menurunkan kredibilitas pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah diminta untuk segera menyelesaikan masalah tersebut, sedang ABRI didesak untuk mengungkap kelompok provokator serta aktor intelektual di balik aksi kerusuhan tersebut.
Penegasan itu disampaikan Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hamzah Haz di Solo, Minggu.
Di Denpasar, Bali, rohaniawan sepuh Gedong Bagoes Oka saat berbicara dalam Studi Refleksi Aktif Tanpa Kekerasan (SR-ATK), Minggu, di Kuta mengatakan, mata rantai kerusuhan yang mencengkeram bangsa Indonesia, baru akan bisa dihentikan jika seluruh komponen bangsa menyadari bahwa akar kekerasan ada dalam hati mereka masing-masing. Namun, pertama-tama tetap harus ada upaya dari para pemimpin bangsa untuk berdamai dengan dirinya sendiri.
Acara ini diselenggarakan Pimpinan Pusat Ikatan Remaja Muhammadiyah (PP IRM) bekerja sama dengan The Asia Foundation. SR-ATK berlangsung selama empat hari, diikuti sekitar 33 peserta dari berbagai daerah. (ksp/jan/asa/ful/jun)