back
Serambi MADURA PadepokanVirtual
Surabaya Based Virtual Life-long Learning Environment

Jumat
17 September 1999
Radar Madura


H.A. Sutarjo, Donatur Pembangunan Puluhan Masjid:
Dulu Anak Panti, Kini Pengusaha Udang

Sampang, Radar.-

Barangkali, Nama H. Ach. Sutardjo bukan nama yang asing bagi masyarakat Sampang. Lelaki kelahiran Camplong (Sampang) 2 Juli 1940 ini kini dikenal sebagai pengusaha tambak (udang) yang sukses. Namun, bukan karena itu, H Sutar, demikian sapaan akrabnya, jadi cukup kondang. Ia dikenal karena suka ‘’menyantuni’’ (pembangunan) masjid.

Sudah puluhan masjid yang dibantu pembangunannya oleh H Sutar, salah satunya adalah masjid Camplong yang cukup megah. Dia juga dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Persis di Kecamatan Camplong. ‘’Dalam hidup ini kita memang harus mampu menyeimbangkan tiga, yakni ilmu, harta, dan amal,’’ kata Sutar.

Puncak sukses yang diraih H Sutar bukan jalan yang lempang, melainkan banyak lika-liku yang mesti dilalui. Bahkan, jika melihat sukses yang diraihnya kini, mungkin orang tak pernah membayangkan bahwa ia dilahirkan dari keluarga nelayan, yang serba kekurangan.

Karena orang tuanya tak mampu membiayai sekolahnya, setamat SR (sekolah rakyat, Red), Sutar kecil terpaksa masuk panti asuhan Muhammadiyah di Probolinggo. ‘’Untuk melanjutkan ke SMP, saat itu saya harus menjadi anak panti asuhan milik Muhammadiyah di Probolinggo selama tiga tahun. Saya kemudian melanjutkan ke SMA di Pamekasan," kenangnya.

Setelah lulus dari SMA sekitar tahun 1960, ia diterima menjadi pegawai padi sentra, salah satu lembaga di bawah Departemen Pertanian. Tetapi karena tidak cocok, dua tahun kemudian ia keluar. Setelah itu, sekitar tahun 1962 sampai 1964, ia sempat jadi pegawai di Kejaksaan Negeri Sampang. Lagi-lagi karena tidak cocok, ia keluar dan menjadi guru di Madrasah Tsanawiyah.

Kemudian, tahun 1966 ia menyunting gadis pilihannya Rosyidah. Sejak berkeluarga ia mulai mencoba berwirausaha. ‘’Saat itu saya buka toko kecil-kecilan. Tetapi, karena sering diutangi sama pembeli, usaha itu bangkrut. Tetapi dari sana saya banyak mendapat ilmu tentang bisnis,’’ jelas Sutardjo yang hampir semua anaknya itu di sekolahkan ke Timur Tengah itu.

Ia mulai menekuni bisnis ikan pada 1970. Awalnya, ia hanya menekuni bisnis ikan kering, seperti cumi-cumi dan teri. Tetapi tiga tahun kemudian, ia secara khusus menekuni usaha udang sampai sekarang. ‘’Jadi, bisnis udang ini sudah saya tekuni sejak tahun 1973. Sudah sekitar 26 tahun lebih. Usaha ini bisa sukses, karena kerja keras dan keuletan,’’ tambah Sutar yang kini punya 500 santri ini.

Menurut H. Ach. Sutardjo, sukses yang diraihnya penuh lika-liku, melalui proses panjang dan cukup melelahkan. Tetapi, ada beberapa hal yang ia yakini, yakni bahwa dalam hidup hendaknya orang bisa menyeimbangkan antara ilmu, harta, dan amal.

‘’Dalam setiap kita melangkah, apalagi bagi seorang pengusaha, harus punya keyakinan bahwa makanan yang kita makan, harus diperoleh dengan cara-cara yang baik. Sehingga, timbul keyakinan dalam diri kita bahwa sebagian dari harta kita adalah milik orang miskin,’’ kata Sutardjo.

Selain itu, lanjutnya, kejujuran adalah sangat berperan dalam mencapai sukses. Sebab, dengan kejujuran itu ia sering mendapat kepercayaan dari pembeli. Sehingga, walaupun ia tidak mempunyai modal, kesulitan itu bisa diatasi.

‘’Sedangkan kunci sukses dari semua itu adalah sabar dan tawaqal. Sebab, kesabaran akan melatih manusia terutama pengusaha tetap ulet dan bekerja keras. Sedangkan tawaqal, melatih manusia dari sifat sombong dan kikir. Kalau ini semua kita lakukan, Insya Allah hidup kita akan bermanfaat bagi orang lain dan diri sendiri,’’ tegas pengusaha yang punya 70 hektar tambak yang tersebar di seluruh Madura ini. (fiq)