back
Serambi MADURA https://zkarnain.tripod.com/
Internet Based Life-long e-Learning Environment
for Maintaining Professional Vitality

Metropolis
Rabu, 11/10/2000
Jawa Pos


Khadir, Copet Cilik yang Biasa Beroperasi di Ferry
Baru 13 Tahun, Tapi Istrinya Dua

SURABAYA - Petugas Polresta Tanjung Perak, kini, menahan pencopet cilik berusia 13 tahun. Namanya Abdul Khadir. Yang menarik, bocah ingusan tersebut ternyata sudah mempunyai istri. Bahkan, dua istri. Yaitu, Sih, 16 asal Sampang dan Erna, 17, tinggal di Kamal, Madura

Sejak bayi Khadir sudah ditinggal mati ibunya. Ayahnya menikah lagi. Ia pun harus hidup dengan ayah dan ibu tirinya. Khadir kecil sangat nakal, sehingga kedua orang tuanya sering jengkel. Karena sering dimarahi, ia akhirnya nekat pergi dari rumah.

Khadir yang asal Lumajang itu mulai meninggalkan kampung halamannya sekitar 4 tahun yang lalu. Sejak usia 9 tahun bocah ini sudah harus menjalani kehidupan yang keras ini,sendirian. ''Saya pamit orang tua hendak mengadu nasib dengan berjualan di Surabaya,'' aku Khadir.

Kedua orang tuanya mengizinkan begitu saja. Khadir pergi ke Surabaya, tanpa tujuan yang pasti. Selama 4 tahun mengelana di kota buaya ini, ia sudah beberapa kali pindah tempat. Mulai di Sawah Pulo, Ujung dan Pelabuhan Tanjung Perak.

Semula ia berjualan asongan di atas kapal feri. Namun, pengaruh lingkungan yang keras telah mengubahnya. Ia pun ikut mencopet bersama teman-teman seprofesinya di kapal. ''Awalnya cuma coba-coba, ternyata hasilnya banyak,'' jelasnya.

Bocah yang biasa tidur diatas dek kapal feri ini, kelihatan sangat profesional dalam melakukan aksinya. Kancil--begitu ia dipanggil teman-temannya-- mempunyai kiat tersendiri saat mencopet. ''Orangnya saya tabrak dulu. Lantas, teman-teman saya yang nyopet,'' katanya polos.

Memang, setiap beraksi ia selalu dibantu lima temannya. Mereka adalah Mat Halil, Slaman, Yono, Fauzi dan Faiz. Meski mereka berumur lebih tua, namun Khadir mengaku sebagai pemimpinnya.

ketika ditanya soal kali ia sudah mencopet, ia menjawab, " Waduh, lupa mas." Ia mengaku sudah tidak ingat lagi, sudah berapa orang yang sudah menjadi korbannya. Karena selain sebagai pedagang asongan, profesi ini (copet,red) sudah ia jalani hampir selama 4 tahun. Dan hampir setiap hari dia selalu berhasil mendapatkan mangsa. Biasanya ia beroperasi pada malam hari.

Ia berangkat kerja pada pukul 00.00 dini hari dan pulang pagi. Setelah itu biasanya tidur atau pergi ke Sawahpulo. Tepatnya di tempat warung-warung. Saking seringnya mencopet, ia telah 20 kali ditangkap petugas dalam kasus yang sama.

Bahkan ia pernah dipulangkan oleh petugas, tetapi ia selalu kembali ke Surabaya. Kenapa? "Kangen karo bojo", jawabnya singkat ketika. Bocah yang sempat mengenyam pendidikan sampai kelas 6 Madarasah Ibtidaiyah ini, memutuskan menikah siri dengan Sih enam bulan lalu. Sih, berasal dari Sampang Madura.

Kemudian sekitar sebulan yang lalu ia mengaku mempunyai lagi seorang gendakan (pacar,red). Tetapi Erma, gadis asal Kamal ini belum sempat ia nikahi. Walaupun begitu, ia mengaku sudah sering melakukan hubungan layaknya suami istri.

Kedua istrinya itu tetap tinggal di Madura. Tiap hari ia harus menyisihkan sebagian hasil kerjanya istri-istrinya itu. ''Seminggu sekali saya serahkan kepada mereka,'' katanya. Untuk satu istrinya, ia biasa memberikan nafkah 10 ribu per hari. Hal ini ia mengaku tidak merasa kesulitan. Karena sehari ia rata-rata mendapat 80 ribu dari hasil copet maupun jualannya.

Kendati tidak diperhatikan oleh keluaganya, sebulan sekali biasanya, ia pulang ke kampung halamannnya. Alasannya, ia kangen dengan ibu kandungnya yang sudah meninggal.

Khadir ditangkap petugas Polresta Tanjung Perak seminggu yang lalu. Ia tepergok sedang mencopet penumpang kapal feri yang akan ke Madura. Kini ia harus mendekam di sel untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. (ssk)